TABANAN – Asuransi Usaha Tani Pertanian (AUTP) yang merupakan program pemerintah pusat sejak tahun 2015 sampai sekarang (2019) ternyata manfaatnya masih belum banyak dirasakan oleh para petani.
Di Tabanan, misalnya, petani yang ikut dalam program pemerintah pusat melalui Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) masih terbilang rendah hingga kini.
Padahal, program yang di publish langsung Kementerian Pertanian ini bertujuan untuk melindungi resiko petani saat mengalami berbagai musibah yang melanda sektor pertanian.
Baik kerusakan lahan, tanaman kena wabah hama maupun adanya bencana alam. Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Tabanan I Nengah Mawan,
progaram sejatinya bertujuan untuk meringankan beban petani ketika mengalami kerugian akibat gagal tanam maupun gagal panen dari usaha yang dilakoninya. .
“Pemerintah pusat sangat berharap bahwa petani ikut bergabung dalam program AUTP. Yakni, dengan membayar 20 persen dari nilai
yang ditanggung oleh pemerintah pusat. Namun kemudahan tersebut masih kurang direspon oleh petani di Tabanan saat ini,” ungkap Mawan.
Program AUTP memiliki berbagai manfaat yang menguntungkan bagi petani. Namun, petani kurang merespons.
Hasilnya, tahun lalu 2018 meski dialokasikan kecil, namun realisasi dari pencapaian target program tersebut sangat rendah.
“Rendahnya capaian target tersebut disebabkan karena kesadaran petani di Tabanan yang memang masih rendah untuk ikut dalam program tersebut selama ini,” jelas Mawan yang juga Ketua KTNA Provinsi Bali ini.
Selain itu, penyebab lainnya ada keinginan petani agar program tersebut tidak membebankan biaya, mengingat beban biaya produksi yang ditanggung petani sudah cukup besar selama ini.
“Tidak hanya sebagai besar petani di Tabanan saat ini belum pernah mengalami musibah gagal panen yang begitu besar,” tegasnya.
Disinggung mengenai distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Tabanan, kata dia, sudah terpenuhi dengan baik.
Tercermin kebutuhan pupuk untuk keperluan pada musim tanam, sudah berada dalam kondisi yang mencukupi, bahkan evaluasi pada 2017 lalu aloksi untuk pupuk bersubsidi jenis urea justru berada dalam jumlah berlebih.
“Untuk 2018 memang belum mengecek data yang ada, namun prediksinya alokasi untuk pupuk bersubsidi jenis urea juga sama seperti kondisi tahun sebelumnya. Yakni, dalam jumlah yang berlebih,” akunya.
Ditambahkan, khusus untuk ketersediaan pupuk bersubsidi untuk di Tabanan terpenuhi semua, dan terdistribusikan tepat sasaran.
Di sisi lain, kelebihan alokasi pupuk urea bersubsidi ini juga merupakan suatu keberhasilan, karena itu mencerminkan bahwa petani sudah mulai mengadopsi pola pemupukan dengan cara pupuk berimbang sesuai anjuran pemerintah.
“Sebelumnya petani yang cenderung hanya fokus menggunakan urea saja, kini pola tersebut pelan-pelan sudah bergeser dengan petani yang mulai
menggunakan pupuk organik dan NPK untuk budi daya, sehingga serapan urea akhirnya berkurang dari sebelumnya,” pungkasnya.