MANGUPURA – Memasuki bulan April, kondisi cuaca mulai membaik. Hujan yang sebelumnya mengguyur sudah mulai mereda.
Kondisi ini membuat para nelayan di Pantai Kedonganan mulai melakukan aktivitas melaut setelah sebelumnya istirahat.
Pasokan ikan yang sebelumnya mengandalkan dari Luar Bali (Jawa) kini berangsur menurun.
Kepala Pengelola Pasar Adat Kedonganan, I Made Narka mengatakan, saat musim hujan, tangkapan ikan nelayan di Kedonganan mengalami penurunan hingga 70 persen dari hari biasanya.
Untuk memenuhi kebutuhan ikan tersebut, kebutuhan ikan dipasok dari Jawa Timur. Seperti, Banyuwangi, Gersik, Lamongan hingga Madura.
“Pasokan bisa sampai 80 persen. Tapi saat ini mulai menurun pasokan ika dari Jawa sekitar 60 persen, sisanya tangkapan dari nelayan Kedonganan,” terangnya.
Kondisi nelayan Kedonganan membaik sejak memasuki awal April ini. Dijelaskan, puncak panen raya baru akan terjadi pada bulan Mei hingga Agustus ini.
Dalam kondisi normal, nelayan Kedonganan masih mengandalkan pasokan dari Jawa sebanyak 50 persen. Ini dilakukan karena permintaan yang cukup tinggi.
Mengacu dari data UPT Pangkalan Pendaratan Ikan Pantai Kedonganan, saat kondisi normal, hasil tangkapan nelayan di Pantai Kedonganan bisa mencapai 18 ton per hari.
Puncak banyaknya ikan itu terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Saat cuaca bagus, antara Mei – Agustus, perbulan perputaran uang bisa mencapai Rp 5 hingga 17 miliar.
Sementara itu, saat bulan November 2017 awal memasuki musim hujan, hanya menyentuh angka Rp 857 juta saja.
Salah seorang pedagang ikan, Cikrak ditemui saat berjualan ikan mengungkapkan, saat musim hujan, rata-rata harga ikan
di tingkat pedagang dijual hingga Rp 20 ibu per kilo sehingga harga ikan yang dijual kepada konsumen bisa mencapai Rp 25 ribu.
“Tapi kalau dalam kondisi normal berkisar Rp 12 ribu per kilo. Saya jualanya di harga Rp 17 ribu. Karena sudah semua nelayan melaut,” pungkasnya. (zul/mus)
FOTO M. BASIR/RADAR BALI
= perahu nelayan parkir di kolam labuh karena belum ada solar untuk melaut
Nelayan Jembrana Kesulitan Pasokan Solar
NEGARA – Nelayan pesisir Jembrana yang sudah lama mengalami paceklik ikan kini bertambah sengsara. Mereka saat ini kesulitan mendapatkan bahan bakar solar.
Stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), sejak beberapa hari terakhir tidak sedia stok solar untuk nelayan. Akibatnya, para nelayan tidak bisa melaut lagi karena kelangkaan solar tersebut.
Sejumlah nelayan mengatakan, solar untuk nelayan sudah tidak ada di SPBN Pengambengan sejak empat hari terakhir.
Para nelayan terpaksa istirahat sampai menunggu pasokan sola datang, namun ada nelayan yang membeli di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) agar tetap bisa melaut.
Sulitnya solar ini awalnya diduga mengalami kelangkaan. Akan tetapi kalau memang ada kelangkaan seluruh stasiun pasti kosong. Buktinya, di beberapa SPBU solar masih ada stok.
“Tidak tahu kenapa di SPBN kosong. Daripada tidak melaut, terpaksa beli di SPBU,” kata Suwenia, salah seorang nelayan dari Pengambengan.
Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Jembrana I Made Dwi Maharimbawa mengatakan, sebenarnya saat ini bukan ada kelangkaan solar.
Sulitnya nelayan mencari solar karena ada aturan baru dari Pertamina mengenai pembelian solar. Pihak pengelola SPBN harus deposit terlebih dahulu, kemudian solar akan dikirim.
“Sekarang paceklik ikan. Mungkin SPBN tidak bisa memesan solar karena harus setor dulu,” jelas Made Dwi Maharimbawa.
Namun demikian, nelayan masih bisa membeli solar di SPBU terdekat dengan surat keterangan rekomendasi untuk pembelian bahan bakar minyak khusus nelayan lokal dari dinasnya.
“Sudah kami berikan rekomendasi kepada nelayan. Nanti setiap pembelian solar ke SPBU ada catatan di belakang surat yang harus diisi,” pungkasnya.