DENPASAR – Tahun 2017 menjadi tahun yang berat bagi dunia maskapai tanah air. Namun, mayoritas maskapai dapat melaluinya dengan baik.
Bahkan, Citilink mampu meraih bintang 4 dari Skytrack. Beratnya tahun 2017 lalu karena ada kenaikan cost.
Prediksi awal, harga bahan bakar yang dianggarkan di tahun 2017 sebanyak 47 USD sen per liter. Namun, sepanjang tahun tersebut harga bahan bakar berada di Atas angka 50 USD sen per liter.
“Prediksi kami meleset. Harga bahan bakar meningkat meski kami telah lakukan program efisiensi,” kata Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo saat ditemui di Hotel Prama Sanur kemarin.
Namun, berkat manajemen efisiensi yang tepat, mayoritas maskapai mampu melewati tantangan itu dengan baik.
Untuk penerbangan inbound dan outbound sendiri paling banyak terjadi di beberapa kota besar di Indonesia.
Melalui bandara Halim sendiri, rute gemuk seperti Solo, Jogjakarta, Semarang, Denpasar, Surabaya, Kualanamu (Medan) diklaim cukup bagus.
“Dari 29 flight yang ada, rata-rata isian penumpang terisi 75 sampai 80 persen,” papar Juliandra Nurtjahjo.
Disinggung mengenai dampak Gunung Agung, kondisi tersebut dialami pada penerbangan charter flight saja.
Untuk charter flight sendiri yang ada hanya rute Denpasar-Tiongkok dengan penerbangan di 11 kota di Tiongkok.
“Per hari ada dua flight ke Tiongkok. Terlebih dengan adanya travel advisory dari Tiongkok dan juga penutupan operasional ini sangat berdampak. Utilisasi penerbangan Desember 2017 kami turun,” jelas dia.
Dari 11 rute yang ada, saat ini belum normal kembali sesuai dengan kesepakatan kontrak. Hingga saat ini baru ada 3 charter flight yang bergerak, karena frekuensi belum pulih.
Namun, menjelang Imlek ini, ia berharap bisa kembali normal. Karena perayaan Imlek bagi maskapai merupakan masa emas.
Citilink sendiri akan menambah ekstra flight di beberapa rute gemuk termasuk Denpasar. “Penambahan sekitar 15 ribu kursi, mulai Kamis hingga Minggu,” pungkasnya.