25.8 C
Jakarta
26 April 2024, 8:38 AM WIB

Teknologi Digital Picu Pergeseran Ekonomi, Ini yang Diminta Hipmi Bali

DENPASAR – Era digitalisasi yang kian deras membuat perekonomian bergeser. Seolah terjadi revolusi untuk memanfaatkan peluang usaha dengan jangkauan lebih luas.

Namun, di Bali sendiri, para pengusaha belum banyak yang memanfaatkan potensi alam Bali untuk menghadirkan bisnis wisata yang berbasis experience seperti leisure ekonomi.

Ketua Umum Ikatan Senior Hipmi Indonesia (ISHI) Bali Gde Sumarjaya mengatakan, pelaku usaha di Bali yang tidak banyak memanfaatkan bidang ini harus melakukan antisipasi sedini mungkin.

Bagaimana untuk mencapai leisure ekonomi pelaku usaha harus mengerti bisnis digital. “Perubahan ekonomi kita sangat cepat,

buktinya pembayaran saat ini banyak yang menggunakan cashless. Jadi seperti ada revolusi bidang ekonomi atau industri,” ujar Demer – sapaan akrabnya.

Bali yang memiliki destinasi wisata sangat banyak, memiliki potensi yang sangat besar untuk penerapan leisure ekonomi.

Misalnya, desa wisata Pengelipuran yang hanya menjual tradisional desa, namun belum banyak yang menggali lebih dalam. Seperti kuliner, kesenian dan lainnya.

“Padahal, itu bisa digali lebih dalam lagi untuk menawarkan produk lebih dari hanya sekadar keunikan desa. Itu yang dimaksud leisure ekonomi berdasarkan experience (pengalaman),” kata Demer.

Perkembangan globalisasi, membuat sejumlah retail konvensional tutup akibat derasnya pengaruh digitalisasi.

Ini terjadi lantaran adanya pergeseran konsumen yang saat ini lebih memilih plesir ketimbang belanja barang. Tidak heran banyak pelaku usaha yang tidak mau membaur mengalami disrupsi (kehancuran).

“Saat disprupsi ini banyak yang tutup, tapi sebagian ada juga yang bangkit lagi, itu tergantung pelaku usaha yang benar-benar bisa mengelola,” katanya.

Dia menambahkan, di Bali para pelaku usaha yang memanfaatkan potensi ini sangat sedikit. Untuk itu melalui seminar tentang leisure ekonomi tersebut diharapkan

membuka wawasan para pelaku usaha di Bali untuk bisa memprediksi dan mengambil langkah apa yang harus dilakukan disaat kondisi kemajuan tekonologi semakin pesat.

“Ini harus dimanfaatkan betul, dari pemerintah juga harus memiliki komitmen. Jangan hanya berkutat pada bisnis yang biasa, tapi harus berpacu dalam pemanfaatan teknologi,” pungkasnya. 

DENPASAR – Era digitalisasi yang kian deras membuat perekonomian bergeser. Seolah terjadi revolusi untuk memanfaatkan peluang usaha dengan jangkauan lebih luas.

Namun, di Bali sendiri, para pengusaha belum banyak yang memanfaatkan potensi alam Bali untuk menghadirkan bisnis wisata yang berbasis experience seperti leisure ekonomi.

Ketua Umum Ikatan Senior Hipmi Indonesia (ISHI) Bali Gde Sumarjaya mengatakan, pelaku usaha di Bali yang tidak banyak memanfaatkan bidang ini harus melakukan antisipasi sedini mungkin.

Bagaimana untuk mencapai leisure ekonomi pelaku usaha harus mengerti bisnis digital. “Perubahan ekonomi kita sangat cepat,

buktinya pembayaran saat ini banyak yang menggunakan cashless. Jadi seperti ada revolusi bidang ekonomi atau industri,” ujar Demer – sapaan akrabnya.

Bali yang memiliki destinasi wisata sangat banyak, memiliki potensi yang sangat besar untuk penerapan leisure ekonomi.

Misalnya, desa wisata Pengelipuran yang hanya menjual tradisional desa, namun belum banyak yang menggali lebih dalam. Seperti kuliner, kesenian dan lainnya.

“Padahal, itu bisa digali lebih dalam lagi untuk menawarkan produk lebih dari hanya sekadar keunikan desa. Itu yang dimaksud leisure ekonomi berdasarkan experience (pengalaman),” kata Demer.

Perkembangan globalisasi, membuat sejumlah retail konvensional tutup akibat derasnya pengaruh digitalisasi.

Ini terjadi lantaran adanya pergeseran konsumen yang saat ini lebih memilih plesir ketimbang belanja barang. Tidak heran banyak pelaku usaha yang tidak mau membaur mengalami disrupsi (kehancuran).

“Saat disprupsi ini banyak yang tutup, tapi sebagian ada juga yang bangkit lagi, itu tergantung pelaku usaha yang benar-benar bisa mengelola,” katanya.

Dia menambahkan, di Bali para pelaku usaha yang memanfaatkan potensi ini sangat sedikit. Untuk itu melalui seminar tentang leisure ekonomi tersebut diharapkan

membuka wawasan para pelaku usaha di Bali untuk bisa memprediksi dan mengambil langkah apa yang harus dilakukan disaat kondisi kemajuan tekonologi semakin pesat.

“Ini harus dimanfaatkan betul, dari pemerintah juga harus memiliki komitmen. Jangan hanya berkutat pada bisnis yang biasa, tapi harus berpacu dalam pemanfaatan teknologi,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/