29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:17 AM WIB

Omzet Pelaku UMKM di Bandara Terjun Bebas

DENPASAR – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan selama pandemi Covid-19 ini.

Data per April 2020, jumlah penumpang domestik hanya mencapai 0,84 juta orang. Angka ini turun 81,7 persen secara bulan ke bulan (mtm)

dari sebelumnya masih 4,58 juta orang dan 85,18 prsen secara year on year (yoy) dari April 2019 yang masih di angka 5,66 juta orang.

“Turun sejak Februari 2020. Turun lagi Maret 2020 dan drop. Angkutan luar domesitk April 2020 ini sebesar 0,84 juta orang,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/6) lalu.

Jumlah penumpang dari penerbangan internasional lebih anjlok lagi. Jumlahnya hanya mencapai 0,03 juta orang selama April 2020.

Turun 95,35 persen mtom dari posisi Maret 2019 yang masih 0,56 juta orang dan 98,26 persen secara yoy dari posisi April 2019 yang masih 1,49 juta orang.

Akibat kondisi ini, pelaku usaha UMKM di bandara babak belur. Omzet mereka terjun bebas lantaran minimnya penumpang.

Seperti diungkapkan CEO Securitech Indonesia Akhmad Fauzi Ssos MM. Menurutnya, hampir seluruh unit usaha wrapping atau jasa yang bergerak dibidang pembungkusan bagasi penumpang terdampak adanya penurunan penumpang lantaran Covid-19 ini.

“Omzet kami terjun bebas. Hampir di seluruh Bandara di Indonesia,” ujar pengusaha muda tersebut, Minggu (14/6).

Saat ini, ungkap Fauzi, semua tenant dan mitra pengusaha bandara tengah berjuang di saat pandemi Covid-19 ini.

Pelaku usaha menunggu turunnya kebijakan yang sangat luar biasa dari otoritas Bandara yang dapat meringankan beban mitra saat ini.

“Kita percaya Angkasa Pura lebih mengutamakan UMKM unggulan lokal yang dikelola mitranya secara profesional, bukan perusahaan asing ataupun anak perusahaan,” ujarnya.

Ditambahkan Fauzi, PT Angkasa Pura dan anak perusahaannya, harus juga mendukung program kerja mitra lama di bandara atau mitra UMKM di bandara.

CEO yang banyak menyabet penghargaan di bidang kemitraan ini yakin Angkasa Pura dan anak perusahaannya memiliki program kerja membangun dan bekerjasama, bukan menyingkirkan pesaing.

“Setidaknya di saat pandemi Covid-19 ini, sewa konsesi bisa lebih bersahabat dengan kantong pengusaha UMKM atau pengusaha nusantara. Jangan sampai jual rumah atau aset hanya untuk melunasi sewa atau konsesi bandara,” sambungnya.

Fauzi juga mengapresiasi kepedulian Menteri BUMN Erick Tohir kepada pelaku UMKM di Bandara. Seperti diberitakan Februari lalu, Erick Thohir meminta PT Angkasa Pura I dan II memaparkan strategi bisnis ritelnya di bandara-bandara yang mereka kelola.

Mantan pemilik klub sepak bola Inter Milan itu menginginkan kedua perseroaan tersebut memberi peluang kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Saya minta bisnis retailnya (AP I dan II) presentasi ke saya. Mana brand luar negeri, mana brand lokal. Mana punya konglomerat, mana punya UKM,” ujar Erick di Jakarta beberapa bulan lalu.

Erick ingin porsi UMKM lebih besar ketimbang gerai-gerai milik perusahaan asing di bandara-bandara di Indonesia.

Dengan mendorong UMKM, artinya sama saja mendorong perekonomian nasional. “Boleh dong di retail AP (I dan II) 70 persen produk lokal baru produk asing. Tapi jangan tricky, kadang produk lokal asing dimiliki konglomerat. Saya minta mana UKM-nya,” kata Erick.

Kendati begitu, Erick membantah bahwa dirinya disebut anti perusahaan asing. Dia hanya menginginkan pelaku UMKM lokal lebih di kedepankan lagi. “Kalau banyak entrepreneur pembukaan lapangan kerja semakin meningkat,” ucapnya. 

DENPASAR – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan selama pandemi Covid-19 ini.

Data per April 2020, jumlah penumpang domestik hanya mencapai 0,84 juta orang. Angka ini turun 81,7 persen secara bulan ke bulan (mtm)

dari sebelumnya masih 4,58 juta orang dan 85,18 prsen secara year on year (yoy) dari April 2019 yang masih di angka 5,66 juta orang.

“Turun sejak Februari 2020. Turun lagi Maret 2020 dan drop. Angkutan luar domesitk April 2020 ini sebesar 0,84 juta orang,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/6) lalu.

Jumlah penumpang dari penerbangan internasional lebih anjlok lagi. Jumlahnya hanya mencapai 0,03 juta orang selama April 2020.

Turun 95,35 persen mtom dari posisi Maret 2019 yang masih 0,56 juta orang dan 98,26 persen secara yoy dari posisi April 2019 yang masih 1,49 juta orang.

Akibat kondisi ini, pelaku usaha UMKM di bandara babak belur. Omzet mereka terjun bebas lantaran minimnya penumpang.

Seperti diungkapkan CEO Securitech Indonesia Akhmad Fauzi Ssos MM. Menurutnya, hampir seluruh unit usaha wrapping atau jasa yang bergerak dibidang pembungkusan bagasi penumpang terdampak adanya penurunan penumpang lantaran Covid-19 ini.

“Omzet kami terjun bebas. Hampir di seluruh Bandara di Indonesia,” ujar pengusaha muda tersebut, Minggu (14/6).

Saat ini, ungkap Fauzi, semua tenant dan mitra pengusaha bandara tengah berjuang di saat pandemi Covid-19 ini.

Pelaku usaha menunggu turunnya kebijakan yang sangat luar biasa dari otoritas Bandara yang dapat meringankan beban mitra saat ini.

“Kita percaya Angkasa Pura lebih mengutamakan UMKM unggulan lokal yang dikelola mitranya secara profesional, bukan perusahaan asing ataupun anak perusahaan,” ujarnya.

Ditambahkan Fauzi, PT Angkasa Pura dan anak perusahaannya, harus juga mendukung program kerja mitra lama di bandara atau mitra UMKM di bandara.

CEO yang banyak menyabet penghargaan di bidang kemitraan ini yakin Angkasa Pura dan anak perusahaannya memiliki program kerja membangun dan bekerjasama, bukan menyingkirkan pesaing.

“Setidaknya di saat pandemi Covid-19 ini, sewa konsesi bisa lebih bersahabat dengan kantong pengusaha UMKM atau pengusaha nusantara. Jangan sampai jual rumah atau aset hanya untuk melunasi sewa atau konsesi bandara,” sambungnya.

Fauzi juga mengapresiasi kepedulian Menteri BUMN Erick Tohir kepada pelaku UMKM di Bandara. Seperti diberitakan Februari lalu, Erick Thohir meminta PT Angkasa Pura I dan II memaparkan strategi bisnis ritelnya di bandara-bandara yang mereka kelola.

Mantan pemilik klub sepak bola Inter Milan itu menginginkan kedua perseroaan tersebut memberi peluang kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Saya minta bisnis retailnya (AP I dan II) presentasi ke saya. Mana brand luar negeri, mana brand lokal. Mana punya konglomerat, mana punya UKM,” ujar Erick di Jakarta beberapa bulan lalu.

Erick ingin porsi UMKM lebih besar ketimbang gerai-gerai milik perusahaan asing di bandara-bandara di Indonesia.

Dengan mendorong UMKM, artinya sama saja mendorong perekonomian nasional. “Boleh dong di retail AP (I dan II) 70 persen produk lokal baru produk asing. Tapi jangan tricky, kadang produk lokal asing dimiliki konglomerat. Saya minta mana UKM-nya,” kata Erick.

Kendati begitu, Erick membantah bahwa dirinya disebut anti perusahaan asing. Dia hanya menginginkan pelaku UMKM lokal lebih di kedepankan lagi. “Kalau banyak entrepreneur pembukaan lapangan kerja semakin meningkat,” ucapnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/