RadarBali.com – Kenaikan harga daging ayam hingga Rp 40 ribu per kilogram, tampaknya, masih akan berlanjut hingga beberapa hari ke depan.
Pasalnya, ketersediaan ayam hidup di Bali kian tipis. Dalam kondisi normal, Bali membutuhkan 180 ribu ekor ayam. Namun, kini pasokan dari peternak hanya 75 – 80 ribu ekor saja.
“Ini efek dari penumpukan stok kemarin. Ditambah pasokan DOC yang minim membuat harga daging sulit turun,” ujar Ketua Pinsar Broiler Bali (PBB) Ketut Yahya Kurniati.
Dia sendiri memprediksi seminggu ke depan harga daging akan naik hingga 50 persen. Dia berharap, kondisi kelangkaan ayam dan polemik yang saat ini terjadi tidak terulang kembali.
“Kami ingin duduk bersama, kami juga berharap nanti kepada pemotong untuk lebih mengutamakan serapan daging lokal di Bali,” bebernya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Gabungan Rumah Potong Unggas (Garpu) Bali Sang Putu Sudarsana mengatakan, Minggu kemari sempat menjalin pertemuan yang difasilitasi Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian dan anggota DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra yang berlangsung di Canggu.
Dalam pertemuan tersebut, pihaknya bersama Gabungan Daging Ayam (Gada) Bali sama-sama mencari solusi terkait kelangkaan daging ayam yang tengah terjadi saat ini.
“Sudah diarahkan dan sudah klir. Sepanjang terjadi kesamaan, pasti kami sangat sepakat agar kondisi ini segera pulih,” jelasnya.
Dia menginginkan ada kesamaan visi dengan kemitraan. Disinggung mengenai keinginan dari PBB untuk mengutamakan serapan daging lokal, dia mengatakan setuju sepanjang ada regulasi.
“Untuk kekuatan kami di Garpu menyerap daging ayam dari luar Bali hanya mampu 30 ton saja, jadi harus dicarikan juga solusi kekurangannya. Jadi harus disiapkan,” tutur Sudarsana.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali I Putu Sumantra mengklaim, polemik kelangkaan daging sudah klir.
Ke depan ia akan kembali memfasilitasi pertemuan seperti yang dilakukan Selasa (8/8) lalu. “Sudah selesai semuanya. Semua asosiasi sudah sepakat, jadi nanti akan di lakukan lagi pertemuan,” pungkasnya.