AMLAPURA – Panen raya yang membuat harga salak anjlok menjadi perhatian Pemkab Karangasem.
Untuk memperbaiki keadaan dalam memutus kondisi sama terjadi, akan ada sejumlah geberakan dan pembinaan kepada petani salak Karangasem.
Sekda Karangasem, I Ketut Sedana Merta mengungkapkan, salak menjadi salah satu komoditi andalan Bali.
Dan Karangasem menjadi daerah penghasil salak terbaik. Sehingga potensi ini diharapkan terus mengalami peningkatan.
“Kami memiliki 14 varietas salak dan salah satu salak unggulan adalah salak gula pasir dan salak nangka.
Di musim, salak gula pasir ini hanya Rp 10 ribu perkilo tapi ketika tidak musim naik Rp 115 ribu,” tuturnya.
Sementara salak biasa ketika panen raya benar-benar anjlok. Sehingga para petani enggan memanen untuk menjual buah salaknya mengingat ongkos panen lebih tinggi ketimbang harga jual salak biasa.
“Dengan pimpinan kami yang baru ini menjadi perhatian sandang pangan papan. Sehingga timbul multiplier effect salak tersebut.
Menjadi perhatian baru bagi Pemkab Karangasema agar petani itu tidak merasa dirugikan ketika musim panen,” kata Sedana Merta.
Diakui Sedana Merta, sejak beberapa tahun belakangan pengembangan olahan salak sudah dilakukan.
Salah satunya dengan membuat produk wine dan arak salak. Bahkan ini sudah memiliki izin. Hanya saja, pengembangan tersebut belum maksimal.
“Bagaimana pengembangan ke depan nantinya adalah set produknya. Misalnya dikemas dengan baik. Ke depan akan semakin digenjot lagi,” terangnya.
Pihaknya juga menuntut agar petani salak bisa lebih berinovasi lagi dalam mengembangkan sebuah produk olahan salak berbasis industri rumahan.
“Banyak yang tidak mau. Ini yang kami dorong petani itu agar produk rumah tangga tidak diambil masyarakat luar Karangasem, masyarakat kita yang harusnya mengambil ini.
Apa karena terkait subsidi anggaran yang kurang, atau apa. Makanya harus ada suntikan anggaran dibantu pemerintah dalam permodalan misalnya,
sehingga produk rumah tangga yang diperkuat. Ini yang masih kurang dan itu yang akan kami genjot ke depan,” tandasnya.