29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:36 AM WIB

Dollar vs Rupiah, BI Harus Kemana?

RadarBali.com – Bank Indonesia, tampaknya, harus melakukan beragam upaya untuk menekan laju nilai mata uang dollar terhadap rupiah karena melihat volatilitas nilai tukar rupiah semakin melemah akhir – akhir ini. Sebelumnya rupiah berada di level 13.218, tapi kembali melemah di 13.272, nilainya hampir sekitar 54 basis poin. Tentu, pelaku pasar dan investor berharap kepada BI agar melakukan langkah-langkah untuk penguatan terhadap nilai rupiah. 

Dan sebaliknya indeks dollar sempat mengalami penurunan yang cukup tajam karena indeks dollar adalah satu faktor penekan atau menjadi tolak ukur untuk kembali menguatkan rupiah ketika indeks dolar dalam situasi tertekan. Para pelaku pasar masih menunggu langkah dari pemerintah dan otoritas keuangan terhadap pelemahan nilai mata uang rupiah karena masih cemas dan ketakutan terhadap liarnya “Bola Ekonomi Kunci”.

Semua ini dikarenakan dampak negatif yang akan ditimbulkan cukup besar sehingga sangat di khawatirkan oleh para pelaku ekonomi terutama pemerintah. Tapi, mungkin saja tidak bagi para spekulan. Hal – hal lain yang memicu pelemahan rupiah yaitu besarnya kebutuhan dollar oleh beberapa pelaku ekonomi kunci. Seperti Pertamina. Dollar dibutuhkan untuk memenuhi pembayaran harga minyak impor akibat melejitnya harga minyak dunia.

Faktor lain yaitu kepanikan para pemegang uang yang merasa nilai kekayaan mereka terpangkas oleh inflasi sehingga berbondong bondong mencari posisi aman dengan menggeser portofolio kekayaannya dari simpanan atau deposito di perbankan menjadi aset yang lebih stabil dan dapat menguntungkan dengan keyakinan memegang dollar Amerika. Tindakan ini terutama di lakukan oleh pemilik “Uang Panas” yang di tanam dalam bentuk deposito jangka pendek yang tentunya dapat di tarik sewaktu waktu.

Tapi, jika hal ini berlangsung berkepanjangan maka jelas akan memperburuk kegiatan produktif di sektor riel. Harga barang semakin tinggi, sementara nilai tukar rupiah melemah. Tentunya dalam situasi begini para pelaku pasar bingung untuk memilih atau menempatkan dananya di mana. “Nah, kami memiliki penawaran, bagaimana mengembangkan bisnis tanpa harus melibatkan banyak pihak. Jawabannya ada di forex,” ujar Regional Manager Monex Made Sugiartha. (Made Sugiarta)

RadarBali.com – Bank Indonesia, tampaknya, harus melakukan beragam upaya untuk menekan laju nilai mata uang dollar terhadap rupiah karena melihat volatilitas nilai tukar rupiah semakin melemah akhir – akhir ini. Sebelumnya rupiah berada di level 13.218, tapi kembali melemah di 13.272, nilainya hampir sekitar 54 basis poin. Tentu, pelaku pasar dan investor berharap kepada BI agar melakukan langkah-langkah untuk penguatan terhadap nilai rupiah. 

Dan sebaliknya indeks dollar sempat mengalami penurunan yang cukup tajam karena indeks dollar adalah satu faktor penekan atau menjadi tolak ukur untuk kembali menguatkan rupiah ketika indeks dolar dalam situasi tertekan. Para pelaku pasar masih menunggu langkah dari pemerintah dan otoritas keuangan terhadap pelemahan nilai mata uang rupiah karena masih cemas dan ketakutan terhadap liarnya “Bola Ekonomi Kunci”.

Semua ini dikarenakan dampak negatif yang akan ditimbulkan cukup besar sehingga sangat di khawatirkan oleh para pelaku ekonomi terutama pemerintah. Tapi, mungkin saja tidak bagi para spekulan. Hal – hal lain yang memicu pelemahan rupiah yaitu besarnya kebutuhan dollar oleh beberapa pelaku ekonomi kunci. Seperti Pertamina. Dollar dibutuhkan untuk memenuhi pembayaran harga minyak impor akibat melejitnya harga minyak dunia.

Faktor lain yaitu kepanikan para pemegang uang yang merasa nilai kekayaan mereka terpangkas oleh inflasi sehingga berbondong bondong mencari posisi aman dengan menggeser portofolio kekayaannya dari simpanan atau deposito di perbankan menjadi aset yang lebih stabil dan dapat menguntungkan dengan keyakinan memegang dollar Amerika. Tindakan ini terutama di lakukan oleh pemilik “Uang Panas” yang di tanam dalam bentuk deposito jangka pendek yang tentunya dapat di tarik sewaktu waktu.

Tapi, jika hal ini berlangsung berkepanjangan maka jelas akan memperburuk kegiatan produktif di sektor riel. Harga barang semakin tinggi, sementara nilai tukar rupiah melemah. Tentunya dalam situasi begini para pelaku pasar bingung untuk memilih atau menempatkan dananya di mana. “Nah, kami memiliki penawaran, bagaimana mengembangkan bisnis tanpa harus melibatkan banyak pihak. Jawabannya ada di forex,” ujar Regional Manager Monex Made Sugiartha. (Made Sugiarta)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/