29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:16 AM WIB

Pupuan Mulai Kembangkan Produk Kopi, Sasar Pasar Ekspor

TABANAN – Kopi menjadi komoditas andalan Pupuan, Tabanan selama ini. Kecamatan yang terletak di sebelah barat kota Tabanan ini cukup dikenal memiliki hasil kopi yang enak.

Untuk itu, Pupuan melalui Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) ini kini mulai melirik produk kopi di luar minuman.

Potensi tersebut dikembangkan untuk menyasar pasar yang lebih luas dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat Pupuan. 

Camat Pupuan I Putu Hendra Manik Mastawa menuturkan, pengembangan produk berbahan dasar kopi ini dilakukan setelah pihaknya melakukan pelatihan tentang pengembangan produk kopi dari Kementerian Desa.

“Kebetulan saya juga kenal. Akhirnya dengan senang hati menawarkan pelatihan untuk pengembangan produk jajanan kopi di Pupuan,” tutur Hendra Manik Mastawa.

Pelatihan yang digelar selama tiga hari itu diikuti 30 perwakilan pelaku usaha yang tergabung dalam Bumdes-bumdes yang ada di kecamatan Pupuan.

“Mereka mengikuti pelatihan untuk membuat lima olahan jajanan berbahan kopi yang belum pernah ada di Indonesia. Pupuan pertama menjadi daerah pertama yang mencoba itu,” kata Hendra.

Terdapat lima varian produk yang mulai fokus dikembangkan. Mulai dari jajanan emping dari kopi, ice cream, kripik kopi, dan beberapa produk lainnya.

Dari segi rasa kata dia sangat enak dengan tampilan yang menarik. “Rasa kopinya terasa tapi sedikit. Karena kan bahan dasarnya memang kopi. Tapi rasanya memang enak,” ungkapnya.

Nantinya, produk-produk ini ketika sudah berhasil diproduksi dalam jumlah banyak, pemasaran akan dilakukan dengan merambah pasar ekspor.

Salah satu pelaku usaha jagung yang merupakan tangan kanan dari Kementerian Pedesaan bernama Yuni ini yang langsung akan memfasilitasi proses pemasaran untuk ekspor.

“Itu gratis. Kebetulan Yuni ini produknya sudah berhasil merambah pasar ekspor di lima negara dengan mengembangkan produk berbahan dasar jagung. Jadi produk ini memang sesuai kebutuhan pasar ekspor yang diminati,” tambah Hendra.

Hasil produk nantinya akan dikumpulkan di Bumdes Bersama untuk menjadi satu produk pemasaran. Sehingga terbentuk dalam satu wadah untuk mengakomodir produk-produk pelaku UMKM di Pupuan.

Bahkan karena keseriusan Yuni dalam membantu pengembangan produk kopi di Pupuan pihaknya memberikan bantuan berupa dua alat seperti pemanas, dan juga penggilingan kopi.

Khusus untuk emping dan kripik kopi berbentuk lonjong itu terlebih dahulu kopi dihaluskan lalu dicampurkan dengan tepung dan bahan-bahan makanan lainnya hingga menghasilkan produk emping dan kripik kopi yanb enak.

“Dibuatnya higienis. Dan yang terpenting produk ini dijamin halal,” tutur Hendra lagi.Yang menjadi tantangan dalam pengembangan produk ini ke depan adalah kesiapan SDM.

Sejauh mana kesiapan SDM yang mengikuti pelatihan tersebut siap untuk memulai menyiapkan produk. Hendra mencambahkan, pengembangan produk ini juga bisa menyiasati ketika permintaan kopi di Pupuan lesu.

“Proses ini memang tidak bisa instan, butuh waktu sekitar satu sampai dua tahun. Jadi harus benar-benar ada pendampingan juga biar benar-benar mahir bisa membuat produk itu,” tandasnya.

Dalam pengembangan produk berbahan dasar kopi sebenarnya bisa dikembangkan menjadi 42 varian produk di luar minuman, hanya saja untuk saat ini masyarakat Pupuan masih fokus mengembangkan lima varian produk saja.

TABANAN – Kopi menjadi komoditas andalan Pupuan, Tabanan selama ini. Kecamatan yang terletak di sebelah barat kota Tabanan ini cukup dikenal memiliki hasil kopi yang enak.

Untuk itu, Pupuan melalui Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) ini kini mulai melirik produk kopi di luar minuman.

Potensi tersebut dikembangkan untuk menyasar pasar yang lebih luas dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat Pupuan. 

Camat Pupuan I Putu Hendra Manik Mastawa menuturkan, pengembangan produk berbahan dasar kopi ini dilakukan setelah pihaknya melakukan pelatihan tentang pengembangan produk kopi dari Kementerian Desa.

“Kebetulan saya juga kenal. Akhirnya dengan senang hati menawarkan pelatihan untuk pengembangan produk jajanan kopi di Pupuan,” tutur Hendra Manik Mastawa.

Pelatihan yang digelar selama tiga hari itu diikuti 30 perwakilan pelaku usaha yang tergabung dalam Bumdes-bumdes yang ada di kecamatan Pupuan.

“Mereka mengikuti pelatihan untuk membuat lima olahan jajanan berbahan kopi yang belum pernah ada di Indonesia. Pupuan pertama menjadi daerah pertama yang mencoba itu,” kata Hendra.

Terdapat lima varian produk yang mulai fokus dikembangkan. Mulai dari jajanan emping dari kopi, ice cream, kripik kopi, dan beberapa produk lainnya.

Dari segi rasa kata dia sangat enak dengan tampilan yang menarik. “Rasa kopinya terasa tapi sedikit. Karena kan bahan dasarnya memang kopi. Tapi rasanya memang enak,” ungkapnya.

Nantinya, produk-produk ini ketika sudah berhasil diproduksi dalam jumlah banyak, pemasaran akan dilakukan dengan merambah pasar ekspor.

Salah satu pelaku usaha jagung yang merupakan tangan kanan dari Kementerian Pedesaan bernama Yuni ini yang langsung akan memfasilitasi proses pemasaran untuk ekspor.

“Itu gratis. Kebetulan Yuni ini produknya sudah berhasil merambah pasar ekspor di lima negara dengan mengembangkan produk berbahan dasar jagung. Jadi produk ini memang sesuai kebutuhan pasar ekspor yang diminati,” tambah Hendra.

Hasil produk nantinya akan dikumpulkan di Bumdes Bersama untuk menjadi satu produk pemasaran. Sehingga terbentuk dalam satu wadah untuk mengakomodir produk-produk pelaku UMKM di Pupuan.

Bahkan karena keseriusan Yuni dalam membantu pengembangan produk kopi di Pupuan pihaknya memberikan bantuan berupa dua alat seperti pemanas, dan juga penggilingan kopi.

Khusus untuk emping dan kripik kopi berbentuk lonjong itu terlebih dahulu kopi dihaluskan lalu dicampurkan dengan tepung dan bahan-bahan makanan lainnya hingga menghasilkan produk emping dan kripik kopi yanb enak.

“Dibuatnya higienis. Dan yang terpenting produk ini dijamin halal,” tutur Hendra lagi.Yang menjadi tantangan dalam pengembangan produk ini ke depan adalah kesiapan SDM.

Sejauh mana kesiapan SDM yang mengikuti pelatihan tersebut siap untuk memulai menyiapkan produk. Hendra mencambahkan, pengembangan produk ini juga bisa menyiasati ketika permintaan kopi di Pupuan lesu.

“Proses ini memang tidak bisa instan, butuh waktu sekitar satu sampai dua tahun. Jadi harus benar-benar ada pendampingan juga biar benar-benar mahir bisa membuat produk itu,” tandasnya.

Dalam pengembangan produk berbahan dasar kopi sebenarnya bisa dikembangkan menjadi 42 varian produk di luar minuman, hanya saja untuk saat ini masyarakat Pupuan masih fokus mengembangkan lima varian produk saja.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/