DENPASAR – Dalam dua tahun terakhir, keberadaan UMKM di Bali mengalami penurunan sangat drastis. Dimana dari keseluruhan UMKM yang ada di Bali turun hingga 80 persen.
Kondisi terparah terjadi pada sektor kerajinan dan industri. Dari dua sektor tersebut, yang paling banyak tergerus yakni industri garmen, kerajinan ukir, perak dan beberapa sektor lainnya.
Untuk itu, Pengurus Daerah Induk UMKM Indonesia Bali tahun ini akan menggenjot peningkatan UMKM untuk lebih menggeliat.
Ketua Umum Pengurus Daerah Induk UMKM Indonesia Bali AA Ngurah Mahendra, mengatakan dari 1.000 jumlah UMKM aktif yang ada di Bali, yang masih produktif terdapat sekitar 150 UMKM.
Kondisi ini terjadi lantaran adanya pergeseran kekuatan yang tadinya UMKM di Bali menyasar pasar Amerika, Eropa, dan Jepang kini telah dipenuhi produk dari Tiongkok.
“Tiongkok sangat kompetitif, jadi saat ini barang mereka di negara-negara yang dulunya menjadi pangsa pasar kita justru dikuasai,” terangnya.
Terlebih saat ini, produk-produk UMKM asal Tiongkok gencar menyasar platform e-commerce. Ini menjadi daya dukung yang sangat kuat di tengah arus digitalisasi yang kian cepat.
Secara nasional, hampir 98 persen produk asal Tiongkok membanjiri pasar Indonesia. “Bukannya kita ekspor ke Tiongkok, malah sebaliknya,” cetusnya.
Dia memprediksi, keberadaan produk Tiongkok mencapai 60 persen menguasai pasar di Bali melalui e-commerce tersebut.