DENPASAR, radarbali.id- Memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah, butuh tekad dan keberanian. Namun yang dilakukan oleh para pelaku UMKM ini bisa menjadi inspirasi.
Di tengah banyaknya tantangan selama pandemi, mereka percaya akan ada hasil baik, asal tidak menyerah.
Ivana Gabriella, pemilik usaha Bite Bali mengambil keberanian untuk pindah haluan dengan berbisnis patiseri croissant setelah dirumahkan dan bisnis keluarganya merosot akibat pandemi.
Sementara Amilus Sholikhah, pemilik usaha Sayur Express di Jakarta, banting setir dari bisnis katering sehat jadi jualan sayur segar.
Keduanya pun memutar otak untuk terus mengembangkan usahanya, dan menjadikan Grab sebagai bagian dari perjalanan sukses memperluas pangsa pasar dan akses konsumen melalui digitalisasi.
Usaha Bite Bali yang didirikan oleh Ivana Gabrielle, 23, telah berjalan dua tahun dengan produk andalannya yaitu patiseri croissant. Ivana tidak menyangka bisa mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri.
Jika bukan karena pandemi, sepertinya ide untuk merintis bisnis sendiri tidak akan terwujud. Di awal pandemi, usaha laundry untuk pelanggan hotel yang telah dijalankan oleh keluarganya, merasakan dampak, sehingga terpaksa merumahkan karyawannya.
Selama di rumah saja, Ivana yang jago masak awalnya membuat kreasi singkong goreng untuk ditawarkan ke teman-teman orang tuanya dan mendapatkan respons positif lalu mulai menerima pesanan.
Peluang ini dimanfaatkan olehnya untuk mendapatkan penghasilan dan membantu perekonomian keluarga.
Setelah dua bulan menjalankan usaha singkong goreng, ia memiliki ide untuk membuat produk baru yaitu croissant dengan isian krim kekinian (Lotus Biscoff) yang ternyata disukai oleh konsumen dan menjadi laris.
Sebagai industri rumah tangga, bisnis Ivana sangat bergantung pada bagaimana dia melayani pelanggan. Ivana membutuhkan platform yang bisa mempermudah mengantarkan pesanan ke konsumen.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Ivana memilih menggunakan layanan GrabExpress.
“Sejak pelanggan semakin banyak, saya sangat perlu bantuan mitra pengiriman. Setelah menggunakan layanan GrabExpress, bisnis ini rasanya semakin lancar dan omzetnya ikut naik. Dari yang awalnya modal bisnis jutaan, kini pendapatan per bulan naik sampai 55 persen. Bahkan kini saya bisa membuka offline store di kawasan Kuta Bali,’’ ungkap Ivana.
Untuk kemudahan transaksi, Ivana menggunakan OVO untuk mendukung pembayaran. “OVO juga semakin mempermudah konsumen saya ketika bertransaksi dengan Bite Bali,’’ lanjutnya.
Kisah serupa dialami Amilus Sholikhah. Setelah bisnis cateringnya terdampak pandemi, Amilus Sholikhah banting setir membangun usaha Sayur Express dan bergabung menjadi mitra GrabMart.
Digitalisasi membantu Sayur Express menjangkau konsumen lebih luas. Amilus Sholikhah, 39, bercita-cita untuk memiliki bisnis sendiri yang bisa diwariskan ke anak cucu.
Pada 2019 dia mendirikan usaha katering sehat dan memiliki 6 orang karyawan. Tak berumur lama, usahanya pun terhantam pandemi.
Demi tetap bisa mempertahankan karyawan, perempuan yang akrab disapa Ami ini kemudian banting setir dengan berjualan sayur yang produknya didapat dari pemasok bisnis kateringnya dulu.
Tidak berjalan mulus, tantangan berjualan sayur mentah yang tidak tahan lama pun ia rasakan. Ami harus mencari cara agar produknya bisa dipasarkan ke konsumen yang luas dan dalam waktu cepat.
’’Di momen itu saya langsung berpikir, harus jualan secara online. Saya mencari tahu lewat internet dan lantas mendaftar sebagai mitra merchant GrabMart pada November 2020. Tidak lama setelah proses registrasi, toko online Sayur Express aktif,” ujarnya.
Adaptasi dari model bisnis offline ke online pun menjadi kunci keberhasilannya. Sekitar 6 bulan Ami mencari cara terbaik sampai akhirnya bisa menyesuaikan dengan model penjualan yang tersedia di dalam layanan GrabMart.
Setelah bisa berjualan online dan menjangkau konsumen lebih luas, usaha Sayur Express mengalami peningkatan omzet secara bertahap.
Untuk transaksi, Sayur Express menggunakan OVO sehingga konsumen pun menjadi lebih mudah berbelanja, aman, dan nyaman.
“Sebelum bisa berjualan online, omzet saya bahkan pernah minus karena tidak ada pemasukan. Setelah menggunakan layanan GrabMart, omzet Sayur Express cenderung meningkat hingga sekarang dengan penambahan revenue 30 persen dari total omzet,’’ ungkap Ami.
Tak hanya kenaikan omzet, dampak positif dari digitalisasi Sayur Express pun bisa membuka peluang pekerjaan.
Karyawannya kini bertambah menjadi 20 orang. Tak segan Ami mengajak sesama pelaku UMKM dan pedagang pasar yang belum digitalisasi untuk mengikuti jejaknya.
“Bagi Sayur Express, pemasok dan pedagang pasar merupakan aset usaha, digitalisasi lah yang menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan. Melalui ini, kami bisa tumbuh bersama. Bergabung layanan GrabMart juga bisa seperti saya dengan modal minim dan tidak memiliki toko fisik. Asal percaya dan semangat belajar, pasti pendapatan meningkat,” tuturnya.
Dalam momentum Hari UMKM Nasional, Ami menyampaikan harapannya agar semakin banyak UMKM bisa naik level.
Dia sangat mendukung jika pemerintah maupun instansi lain membantu pelaku UMKM untuk lebih mempercepat proses digitalisasi.
Melalui berbagai layanan yang disediakan oleh Grab dan OVO jutaan pelaku UMKM Indonesia kini dapat mengambil kesempatan untuk bertumbuh di tengah perekonomian digital yang sedang bertumbuh.
Salah satunya adalah dengan menghubungkan para pelaku UMKM dengan konsumen yang lebih luas.
Dalam survei yang dilakukan oleh OVO dan CORE Indonesia pada 2.001 pelaku UMKM yang mana 82 persen pelaku UMKM merasa terbantu oleh ekosistem Grab dan OVO.
Bergabungnya UMKM dalam ekosistem digital OVO telah membawa berbagai peluang. Dalam survei tersebut, ditemukan bahwa mereka mencatat peningkatan pendapatan bulanan hingga 27 persen dan pendapatan harian mencapai 30 persen.
Ekosistem Grab dan OVO akan terus mendukung keberlangsungan bisnis UMKM dan mendorong digitalisasi UMKM baru. Grab dan OVO #PercayaUMKM Indonesia. (ken)