31.8 C
Jakarta
19 November 2024, 22:19 PM WIB

Gandeng Ojek Online, Pedagang Pasar Ogah Kalah dari E-commerce

DENPASAR – Ketika pagebluk Covid-19 melanda Bali mulai Maret 2020, Surya bingung. Pedagang cabai di Pasar Badung ini merasakan betapa sepinya pembeli.

Memang, saat Covid-19 mewabah banyak pembeli yang mengurangi intensitas keluar rumah. Menghindari keramaian. Tak terkecuali pasar tradisional.

Untung saja, April lalu Pemkot Denpasar bekerja sama dengan aplikasi ojek daring macam Gojek. Kedua pihak sepakat menjembatani konsumen dengan pedagang pasar melalui layanan GoShop.

Para pedagang di sebelas pasar yang ada di Kota Denpasar ikut serta dalam kerja sama ini. Pasar-pasar tersebut adalah Pasar Badung, Kumbasari, Kreneng, Sanglah, Pidada, Anyarsari, Satria, Ketapian, Abiantimbul, Cokroaminoto, dan Gunung Agung.

Adanya kerja sama itu memang berdampak baik. Surya mengakui, ada beberapa ojek daring yang berbelanja di tempatnya.

“Awal-awal (Covid-19 mewabah) ada ojek online yang berbelanja,” kata Surya, Minggu (25/10).

Bila tak ada inovasi, UMKM sekelas pedagang pasar tradisional memang bisa kalah saing dengan pedagang yang memanfaatkan teknologi. Apalagi kala pandemi Covid-19 seperti ini. 

Lihat saja toko-toko daring mulai banyak hadir di tengah masyarakat. Biasanya sebelum pandemi, toko daring menjual barang yang tidak ada di pasar umum. Tapi sekarang, toko daring bisa menjual segala jenis barang. Bahkan banyak yang menjual kebutuhan pokok hingga makanan untuk dikonsumsi sehari-hari.

Inilah yang diperhatikan PD Pasar Kota Denpasar. PD Pasar Kota Denpasar tidak ingin pedagang pasar kalah saing dengan pedagang dari toko daring.

“Kami memang sudah merancang kerja sama ini sebelum pandemi. Kami tidak ingin pedagang pasar tradisional kalah dengan E-commerce yang terus meningkat sampai sekarang,” ucap Dirut PD Pasar Ida Bagus Kompyang Wiranata saat diwawancarai Senin kemarin (26/10).

Untuk Pasar Badung misalnya, Kompyang Wiranata mengungkapkan bahwa rider Gojek wajib mengisi buku tamu setiap ada konsumen yang berbelanja. Dari data yang dia berikan, secara hitungan kasar setidaknya ada peningkatan dari pendapatan pedagang.

“Untuk saat ini ada peningkatan omzet pedagang 15 sampai 20 persen untuk belanja online. Praktis, pedagang sedikit terbantu. Nah dari yang kami terima laporannya, banyak pedagang yang juga menjajakan dagangan mereka melalui WhatsApp atau facebook pribadi mereka,” tuturnya.

Yang perlu diperhatikan ke depannya adalah bagaimana sistem untuk mendata pengendara ojek daring. Sistem inilah yang masih lemah karena ada pengendara yang dominan berbelanja di satu pedagang saja yang menjadi langganan mereka.

“Ke depannya, kami perlu mengatur lagi tentang sistem ini. Pasti kami akan berkomunikasi lagi dengan operator ojek daring. Jadi bisa lebih tahu ke pedagang mana saja mereka bisa membeli barang. Kami juga berusaha untuk mempromosikan sistem ini untuk digunakan masyarakat lebih banyak lagi. Terutama ditengah pandemi seperti ini, harus bisa meminimalisir dampak-dampak yang akan terjadi kedepannya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Petugas Bagian Informasi Pasar Badung Ni Wayan Yudiari mengungkapkan, awal-awal program ini berjalan cukup banyak ojek daring yang berbelanja di Pasar Badung. Bahkan rutin mengisi buku tamu.

“Kalau dirata-ratakan, ada sekitar 20 ojek online yang berbelanja ke sini (Pasar Badung). Awal-awal program ini, cukup banyak. Biasanya yang sering dibeli itu kebutuhan pokok, sayur-sayuran atau bumbu-bumbu dasar,” bebernya.

Menurut Yudiari, ojek daring seperti Gojek atau konsumen tidak perlu susah untuk mencari harga kebutuhan pokok yang ada di Pasar Badung. Sebab, informasi harga terkini bisa dilihat di akun instagram resmi milik Pasar Badung.

“Harga terkini ada di @infopasarbadung. Jadi pembeli tidak perlu pusing mencari harga,” jelasnya.

Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama. Surya merasakan, akhir-akhir ini, ketika memasuki era adaptasi kebiasaan baru, masyarakat sudah terbiasa berbelanja sendiri ke pasar. Apalagi, keuangan masyarakat juga terus merosot sehingga ikut memengaruhi jasa ojek online.

“Sekarang, (ojek online berbelanja di pasar, Red) mulai sedikit  menurun intensitasnya. Sudah lebih banyak orang yang berbelanja langsung,” pungkas Surya.

DENPASAR – Ketika pagebluk Covid-19 melanda Bali mulai Maret 2020, Surya bingung. Pedagang cabai di Pasar Badung ini merasakan betapa sepinya pembeli.

Memang, saat Covid-19 mewabah banyak pembeli yang mengurangi intensitas keluar rumah. Menghindari keramaian. Tak terkecuali pasar tradisional.

Untung saja, April lalu Pemkot Denpasar bekerja sama dengan aplikasi ojek daring macam Gojek. Kedua pihak sepakat menjembatani konsumen dengan pedagang pasar melalui layanan GoShop.

Para pedagang di sebelas pasar yang ada di Kota Denpasar ikut serta dalam kerja sama ini. Pasar-pasar tersebut adalah Pasar Badung, Kumbasari, Kreneng, Sanglah, Pidada, Anyarsari, Satria, Ketapian, Abiantimbul, Cokroaminoto, dan Gunung Agung.

Adanya kerja sama itu memang berdampak baik. Surya mengakui, ada beberapa ojek daring yang berbelanja di tempatnya.

“Awal-awal (Covid-19 mewabah) ada ojek online yang berbelanja,” kata Surya, Minggu (25/10).

Bila tak ada inovasi, UMKM sekelas pedagang pasar tradisional memang bisa kalah saing dengan pedagang yang memanfaatkan teknologi. Apalagi kala pandemi Covid-19 seperti ini. 

Lihat saja toko-toko daring mulai banyak hadir di tengah masyarakat. Biasanya sebelum pandemi, toko daring menjual barang yang tidak ada di pasar umum. Tapi sekarang, toko daring bisa menjual segala jenis barang. Bahkan banyak yang menjual kebutuhan pokok hingga makanan untuk dikonsumsi sehari-hari.

Inilah yang diperhatikan PD Pasar Kota Denpasar. PD Pasar Kota Denpasar tidak ingin pedagang pasar kalah saing dengan pedagang dari toko daring.

“Kami memang sudah merancang kerja sama ini sebelum pandemi. Kami tidak ingin pedagang pasar tradisional kalah dengan E-commerce yang terus meningkat sampai sekarang,” ucap Dirut PD Pasar Ida Bagus Kompyang Wiranata saat diwawancarai Senin kemarin (26/10).

Untuk Pasar Badung misalnya, Kompyang Wiranata mengungkapkan bahwa rider Gojek wajib mengisi buku tamu setiap ada konsumen yang berbelanja. Dari data yang dia berikan, secara hitungan kasar setidaknya ada peningkatan dari pendapatan pedagang.

“Untuk saat ini ada peningkatan omzet pedagang 15 sampai 20 persen untuk belanja online. Praktis, pedagang sedikit terbantu. Nah dari yang kami terima laporannya, banyak pedagang yang juga menjajakan dagangan mereka melalui WhatsApp atau facebook pribadi mereka,” tuturnya.

Yang perlu diperhatikan ke depannya adalah bagaimana sistem untuk mendata pengendara ojek daring. Sistem inilah yang masih lemah karena ada pengendara yang dominan berbelanja di satu pedagang saja yang menjadi langganan mereka.

“Ke depannya, kami perlu mengatur lagi tentang sistem ini. Pasti kami akan berkomunikasi lagi dengan operator ojek daring. Jadi bisa lebih tahu ke pedagang mana saja mereka bisa membeli barang. Kami juga berusaha untuk mempromosikan sistem ini untuk digunakan masyarakat lebih banyak lagi. Terutama ditengah pandemi seperti ini, harus bisa meminimalisir dampak-dampak yang akan terjadi kedepannya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Petugas Bagian Informasi Pasar Badung Ni Wayan Yudiari mengungkapkan, awal-awal program ini berjalan cukup banyak ojek daring yang berbelanja di Pasar Badung. Bahkan rutin mengisi buku tamu.

“Kalau dirata-ratakan, ada sekitar 20 ojek online yang berbelanja ke sini (Pasar Badung). Awal-awal program ini, cukup banyak. Biasanya yang sering dibeli itu kebutuhan pokok, sayur-sayuran atau bumbu-bumbu dasar,” bebernya.

Menurut Yudiari, ojek daring seperti Gojek atau konsumen tidak perlu susah untuk mencari harga kebutuhan pokok yang ada di Pasar Badung. Sebab, informasi harga terkini bisa dilihat di akun instagram resmi milik Pasar Badung.

“Harga terkini ada di @infopasarbadung. Jadi pembeli tidak perlu pusing mencari harga,” jelasnya.

Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama. Surya merasakan, akhir-akhir ini, ketika memasuki era adaptasi kebiasaan baru, masyarakat sudah terbiasa berbelanja sendiri ke pasar. Apalagi, keuangan masyarakat juga terus merosot sehingga ikut memengaruhi jasa ojek online.

“Sekarang, (ojek online berbelanja di pasar, Red) mulai sedikit  menurun intensitasnya. Sudah lebih banyak orang yang berbelanja langsung,” pungkas Surya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/