TABANAN – Di tengah pandemi Covid-19 permintaan buah manggis yang diekspor ke Tiongkok mengalami peningkatan. Selama ini Tabanan menjadi penyumbang terbanyak buah manggis untuk dikirim ke Negeri Tirai Bambu.
Kendati permintaan buah manggis meningkat, namun sayangnya tidak diikuti dengan produksi buah manggis Tabanan yang melimpah. Justru saat ini produksi buah manggis yang dihasilkan oleh petani Bumi Lumbung Beras ini anjlok. Pasalnya hingga kini pohon buah manggis mereka yang sudah berusia puluhan tahun masih berbunga. Bahkan rontok saat berbunga.
Salah satu eksportir buah manggis asal Desa Padangan, Pupuan Jro Putu Tesan mengungkapkan, pandemi Covid-19 diharapkan bisa memberikan berkah bagi para petani manggis dan durian di akhir tahun di Tabanan. Karena kebutuhan buah terutama di awal tahun 2021 mendatang sangat besar. Selain itu kebutuhan buah manggis akan besar lantaran warga Cina akan merayakan Hari raya Imlek.
Lanjutnya rata-rata momentum akhir tahun dan Imlek setiap tahunnya dalam kondisi normal mampu 30-40 ribu ton buah manggis dikirim ke Tiongkok. Buah manggis tersebut dihasilkan oleh 6.250 petani manggis di Pulau Dewata.
“Meski saat ini permintaan buah manggis ekspor tinggi. Akan tetapi sekarang kami tidak dapat berbuat banyak untuk kebutuhan ekspor. Bukan pengaruh karena pandemi. Melainkan pohon manggis dari para petani belum berbuah sama sekali baru berbunga,” ungkap Ketua Perkumpulan Eksportir Manggis dan Hortikultura Indonesia ini, Rabu (30/12).
Diakui Tesan, pohon manggis yang belum berbuah di pengujung tahun 2020 dan hanya berbunga namun rontok pihaknya belum mengetahui penyebabnya.
Kondisi seperti baru dialami oleh petani manggis di Tabanan dan meran terjadi. Apakah kemungkinan karena faktor hujan datang lebih awal yang mempengaruhi pihaknya juga tidak mengetahui. Apa juga karena wabah penyakit, pihaknya juga belum tahu.
“Yang jelas tahun 2019 sebelumnya, meski hujan datang lebih awal di daerah Tabanan. Tetapi pohon manggis berbunga dan tidak rontok. Kemudian produksi buah manggis melimpah,” kata Tesan.
Dia menambahkan biasanya produksi buah manggis di wilayah Tabanan khususnya Pupuan dan Selemadeg Barat bisa mencapai ribuan ton. Bahkan petani setiap satu kali panen mampu menghasilkan produksi buah manggis sebanyak 4.000 sampai 5.000 ton.
“Kalau sekarang untuk bisa memenuhi kebutuhan eksport sekitar 50 ton saja sulit. Sehingga terpaksa kami mendatangkan buah manggis dari Lombok dan Jawa Timur. Ya kita gabung-gabunglah dengan produksi buah manggis Bali,” sebutnya.
Padahal kata Tesan biasanya panen buah manggis dari petani di Tabanan mulai Desember sampai Februari. Para petani akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar selian tanaman kopi dan durian.
Apalagi harga manggis di tingkat petani mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Bahkan untuk yang super mencapai Rp 75 Ribu per kilogramnya.
“Meski harga lumayan mahal, petani tidak bisa menikmati, karena manggis tidak berbuah. Kalaupun ada sangat sedikit,” pungkasnya.