32 C
Jakarta
24 November 2024, 10:18 AM WIB

Sembroli Bereksperimen Lewat Wayang Bondres

RadarBali.com – Seni pedalangan tak hanya melulu soal wayang kulit belaka. Beberapa karya eksperimental di bidang pedalangan pun mulai muncul, seperti Wayang Ental.

Kali ini eksperimen baru muncul kembali, yakni Wayang Bondres. Seni Wayang Bondres itu diperkenalkan oleh I Gusti Made Aryana, yang lebih dikenal dengan nama Dalang Sembroli.

Seni eksperimental itu dipentaskan di Puri Kanginan Singaraja, disela-sela acara Buleleng Festival 2017, Jumat (4/8) malam lalu.

Dalang Sembroli menggandeng Sanggar Bondres Sunari Bajra untuk mementaskan garapan tersebut. Malam itu mereka memainkan lakon I Lijah-Lijah yang diambil dari cerita rakyat Bali.

Dalam lakon itu, Sembroli berperan sebagai dalang yang mengendalikan cerita dalam pementasan itu. Sesekali Sembroli keluar panggung untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada penonton.

Ketika Sembroli muncul di atas panggung, otomatis para pemain bondres berdiri mematung. Beberapa kali Sembroli juga memainkan wayang-wayang miliknya di balik kelir.

Hanya saja permainan wayang itu tak banyak dilakukan. Hanya beberapa kali saja. Itu pun tak ada dialog antara pemain bondres dengan wayang yang dimainkan.

Ditemui usai pementasan, Sembroli mengungkapkan ini baru garapan pertama. Ia mencoba mengolaborasikan antara wayang dengan topeng bondres.

Kolaborasi ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Bali. “Sebelumnya saya sering libatkan seni pertunjukan lain, tapi bukan bondres. Misalnya wayang orang. Kalau bondres, setahu saya ini baru pertama kali. Kedepannya, tergantung masyarakat menilai seperti apa pertunjukan ini,” kata Sembroli.

Ia sendiri mengaku persiapan pementasan kali ini tak maksimal. Hanya ada waktu selama sebulan untuk melakukan persiapan.

“Ini pengalaman awal dan cukup lumayan sulit. Perlu banyak perbaikan-perbaikan,” katanya.

Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng, Wayan Sujana mengatakan, pertunjukan Wayang Bondres patut diapresiasi sebagai upaya mengembangkan seni tradisi di Bali.

Sujana menyebut ada beberapa seni pedalangan yang juga berasal dari hasil eksperimen.

“Dasarnya sekali memang wayang kulit. Lalu ada Wayang Wong yang mengambil lakon Ramayana, dan Wayang Parwa mengambil lakon Mahabrata. Itu kan hasil pengembangan leluhur kita,” kata Sujana.

Sebagai sebuah kesenian awal, Sujana mengaku masih ada banyak hal yang perlu dilakukan. Ia pun masih menanti banyak masukan dari praktisi serta penikmat seni, pasca pementasan itu.

“Hemat kami, porsi yang harus diperbaiki. Karena ini wayang bondres, tentu porsi wayang juga harus lebih banyak. Selain itu ada dialog bersama-sama antara dalang dengan bondres. Ini perlu perbaikan lagi,” tandas Sujana. 

RadarBali.com – Seni pedalangan tak hanya melulu soal wayang kulit belaka. Beberapa karya eksperimental di bidang pedalangan pun mulai muncul, seperti Wayang Ental.

Kali ini eksperimen baru muncul kembali, yakni Wayang Bondres. Seni Wayang Bondres itu diperkenalkan oleh I Gusti Made Aryana, yang lebih dikenal dengan nama Dalang Sembroli.

Seni eksperimental itu dipentaskan di Puri Kanginan Singaraja, disela-sela acara Buleleng Festival 2017, Jumat (4/8) malam lalu.

Dalang Sembroli menggandeng Sanggar Bondres Sunari Bajra untuk mementaskan garapan tersebut. Malam itu mereka memainkan lakon I Lijah-Lijah yang diambil dari cerita rakyat Bali.

Dalam lakon itu, Sembroli berperan sebagai dalang yang mengendalikan cerita dalam pementasan itu. Sesekali Sembroli keluar panggung untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada penonton.

Ketika Sembroli muncul di atas panggung, otomatis para pemain bondres berdiri mematung. Beberapa kali Sembroli juga memainkan wayang-wayang miliknya di balik kelir.

Hanya saja permainan wayang itu tak banyak dilakukan. Hanya beberapa kali saja. Itu pun tak ada dialog antara pemain bondres dengan wayang yang dimainkan.

Ditemui usai pementasan, Sembroli mengungkapkan ini baru garapan pertama. Ia mencoba mengolaborasikan antara wayang dengan topeng bondres.

Kolaborasi ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Bali. “Sebelumnya saya sering libatkan seni pertunjukan lain, tapi bukan bondres. Misalnya wayang orang. Kalau bondres, setahu saya ini baru pertama kali. Kedepannya, tergantung masyarakat menilai seperti apa pertunjukan ini,” kata Sembroli.

Ia sendiri mengaku persiapan pementasan kali ini tak maksimal. Hanya ada waktu selama sebulan untuk melakukan persiapan.

“Ini pengalaman awal dan cukup lumayan sulit. Perlu banyak perbaikan-perbaikan,” katanya.

Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng, Wayan Sujana mengatakan, pertunjukan Wayang Bondres patut diapresiasi sebagai upaya mengembangkan seni tradisi di Bali.

Sujana menyebut ada beberapa seni pedalangan yang juga berasal dari hasil eksperimen.

“Dasarnya sekali memang wayang kulit. Lalu ada Wayang Wong yang mengambil lakon Ramayana, dan Wayang Parwa mengambil lakon Mahabrata. Itu kan hasil pengembangan leluhur kita,” kata Sujana.

Sebagai sebuah kesenian awal, Sujana mengaku masih ada banyak hal yang perlu dilakukan. Ia pun masih menanti banyak masukan dari praktisi serta penikmat seni, pasca pementasan itu.

“Hemat kami, porsi yang harus diperbaiki. Karena ini wayang bondres, tentu porsi wayang juga harus lebih banyak. Selain itu ada dialog bersama-sama antara dalang dengan bondres. Ini perlu perbaikan lagi,” tandas Sujana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/