29.2 C
Jakarta
25 November 2024, 18:14 PM WIB

Pelajar Muslim Ikut Berbaur, Bupati Suwirta Bangga Bukan Main

SEMARAPURA – Pemerintah Kabupaten Klungkung menetapkan bulan Februari sebagai Bulan Bahasa Bali.

Berbagai kegiatan sebagai bentuk pelestarian Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali pun digelar yang dibuka Bupati Klungkung, I Nyoman Sucitra di depan Monumen Puputan Klungkung, Sabtu (9/2).

Seperti Festival Nyurat Aksara Bali atau menyalin huruf latin ke dalam aksara Bali yang diikuti ribuan siswa SD dan SMP di Kabupaten Klungkung

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung Dewa Gde Darmawan menjelaskan kegiatan ini mengacu pada Pergub Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali serta penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

Pencanangan Bulan Bahasa Bali di Kabupaten Klungkung melibatkan 4.149 siswa SD dan SMP di empat Kecamatan di Kabupaten Klungkung.

“Selain Festival Nyurat Aksara Bali, juga digelar lomba menyanyi sekar rare untuk anak tingkat Taman Kanak-kanak,” ungkapnya.

Mengingat Kabupaten Klungkung memiliki wilayah kepulauan, kegiatan ini dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Klungkung daratan, tepatnya bertempat di depan Monumen Puputan Klungkung dengan peserta sebanyak 2.019 peserta.

Kemudian di Wantilan Pura Penataran Ped, Kecamatan Nusa Penida sebanyak 1.230 peserta. Lokasi ke tiga di Catus Pata Desa Lembongan dengan diikuti sebanyak 900 peserta.

“Kegiatan ini juga diikuti siswa dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Hasanudin Semarapura,” bebernya.

Menurut Bupati Suwirta, para peserta terlihat sudah menguasai, tetapi dari segi bentuk dan kecakapan berbeda-beda.

Pihaknya pun terkesan dengan keberadaan sejumlah siswa dari Mts Hasanudin Semarapura di tengah-tengah ribuan siswa beragama Hindu.

“Ini mencerminkan persatuan dan kebhinekaan di Kabupaten Klungkung sangat kuat,” ujarnya.

Bupati asal Nusa Ceningan ini berharap implementasi dari kegiatan ini tidak saat pencanangan saja, tetapi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tentang bagaimana berbahasa dan berbusana adat Bali pada tempatnya.

Selain itu, dengan bahasa, aksara, sastra dan busana Bali bisa mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.

Sehingga Bali tetap lestari, sejalan dengan slogan atau spirit Kabupaten Klungkung ‘Gema Santi’ atau Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif.

“Dengan kegiatan ini bagaimana kita melestarikan adat dan budaya Bali,” terangnya. Sementara itu, salah seorang siswa SMP yang turut dalam festival tersebut,

Ni Putu Switari Maharani mengatakan jika kegiatan seperti ini merupakan langkah tepat dalam melestarikan bahasa, sastra dan aksara Bali.

Hal itu karena banyak anak muda yang saat ini tidak tahu cara menulis aksara Bali dan berbahasa Bali. “Dengan kegiatan ini, anak muda tahu seperti apa itu aksara Bali. Yang dulunya tidak tahu menjadi tahu,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Pemerintah Kabupaten Klungkung menetapkan bulan Februari sebagai Bulan Bahasa Bali.

Berbagai kegiatan sebagai bentuk pelestarian Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali pun digelar yang dibuka Bupati Klungkung, I Nyoman Sucitra di depan Monumen Puputan Klungkung, Sabtu (9/2).

Seperti Festival Nyurat Aksara Bali atau menyalin huruf latin ke dalam aksara Bali yang diikuti ribuan siswa SD dan SMP di Kabupaten Klungkung

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung Dewa Gde Darmawan menjelaskan kegiatan ini mengacu pada Pergub Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali serta penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

Pencanangan Bulan Bahasa Bali di Kabupaten Klungkung melibatkan 4.149 siswa SD dan SMP di empat Kecamatan di Kabupaten Klungkung.

“Selain Festival Nyurat Aksara Bali, juga digelar lomba menyanyi sekar rare untuk anak tingkat Taman Kanak-kanak,” ungkapnya.

Mengingat Kabupaten Klungkung memiliki wilayah kepulauan, kegiatan ini dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Klungkung daratan, tepatnya bertempat di depan Monumen Puputan Klungkung dengan peserta sebanyak 2.019 peserta.

Kemudian di Wantilan Pura Penataran Ped, Kecamatan Nusa Penida sebanyak 1.230 peserta. Lokasi ke tiga di Catus Pata Desa Lembongan dengan diikuti sebanyak 900 peserta.

“Kegiatan ini juga diikuti siswa dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Hasanudin Semarapura,” bebernya.

Menurut Bupati Suwirta, para peserta terlihat sudah menguasai, tetapi dari segi bentuk dan kecakapan berbeda-beda.

Pihaknya pun terkesan dengan keberadaan sejumlah siswa dari Mts Hasanudin Semarapura di tengah-tengah ribuan siswa beragama Hindu.

“Ini mencerminkan persatuan dan kebhinekaan di Kabupaten Klungkung sangat kuat,” ujarnya.

Bupati asal Nusa Ceningan ini berharap implementasi dari kegiatan ini tidak saat pencanangan saja, tetapi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tentang bagaimana berbahasa dan berbusana adat Bali pada tempatnya.

Selain itu, dengan bahasa, aksara, sastra dan busana Bali bisa mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.

Sehingga Bali tetap lestari, sejalan dengan slogan atau spirit Kabupaten Klungkung ‘Gema Santi’ atau Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif.

“Dengan kegiatan ini bagaimana kita melestarikan adat dan budaya Bali,” terangnya. Sementara itu, salah seorang siswa SMP yang turut dalam festival tersebut,

Ni Putu Switari Maharani mengatakan jika kegiatan seperti ini merupakan langkah tepat dalam melestarikan bahasa, sastra dan aksara Bali.

Hal itu karena banyak anak muda yang saat ini tidak tahu cara menulis aksara Bali dan berbahasa Bali. “Dengan kegiatan ini, anak muda tahu seperti apa itu aksara Bali. Yang dulunya tidak tahu menjadi tahu,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/