32.9 C
Jakarta
14 September 2024, 17:03 PM WIB

Performance Maksimal Sebelum Go International

RadarBali.com – Jarum jam tepat menunjukkan pukul 16.09 WITA. Tiga personel anggota Unit Anjing Pelacak (K-9) Polda Bali, selesai menyeterilkan Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, dengan dua ekor anjing, turun ke lantai bawah.

Saat itulah, stage dan deretan 520 kursi ala amphitheater, tak sampai 10 menit sudah penuh undangan. Keluarga undangan yang turut serta hadir, disiapkan ruangan di bawah Ksirarnawa.

Mereka menempati deretan kursi lipat di sisi kolam. Bagi mereka, disediakan empat layar besar untuk menonton pertunjukan

Festival Seni Budaya Kasih Alam Semesta (The Nature Loving of The Art) yang dihelat The International Nature Loving Association (INLA) Bali.

’’Hadirin semua, mari Kita berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya,’’ ajak pasangan master of ceremony (MC) Huda dan Dewi Pradewi. 

Semua hadirin, mulai Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Wakapolda Bali, Ketua Umum DPP INLA Indonesia  Djoesianto Law, dan undangan VVIP lainnya koor melantunkannya.

Diikuti sambutan panitia hingga Gubernur Pastika. ’’`Selama setahun, kami melatih 270 penari dari 12 tim,’’ kata ketua panitia Hok Ling.

Sedang Djoesianto Law menyerukan perdamaian. ’’Salam Dunia Satu Keluarga. Kami siapkan program INLA Go to School. Indonesia harus damai, tak ada pertikaian,’’ paparnya.

Gubernur Pastika tampak happy, begitu menikmati 12 tarian, juga senam Dunia Satu Keluarga. Dia mengapresiasi festival seni budaya yang diselenggarakan INLA Bali ini.

’’Seni budaya menimbulkan harmoni. Saya ingin, tahun depan INLA Bali menggelarnya kembali,’’ pinta Pastika berseri-berseri.

Selain dari Denpasar, tim dancer juga datang dari DPC INLA Jembrana dan Tabanan, plus dari Pasuruan dan Surabaya.

Tim yang dapat kesempatan pertama performance adalah Langit Biru Sukacita, Denpasar, menari dengan iringan Hidup Bahagia Tiada Tara; Bumi Raya, Negara, Jembrana, dengan Hidup Nan Semarak.

Sedang Tim Aroma Buah Surabaya hadir dengan iringan tembang Hidup Bahagia Tiada Tara. Lautan Awan, Tabanan, dibarengi dentingan Lautan Awan; aksi INLA Madya Jatim dipadu Era Harmonis.      

Lantas, Gus Teja, dengan apiknya meniupkan serulingnya untuk tembang; Awan Putih dan Sundara. Dan lagi-lagi semua hadirin diminta MC untuk berdiri.

Kali ini diajak Senam Suka Cita Dunia Satu Keluarga bersama Tim Harmonis asal Tabanan. Semua undangan; Gubernur, Djoesianto Law, Dewan Penasehat DPD INLA Bali (Adhi Sunyata, Hendri Hanavi),

Dewan Kehormatan DPD INLA Bali Cahaya Wirawan Hadi, Ketua DPD INLA Bali Hery Sudiarto hingga konsultan acara Thomas Radja Santosa mengumbar senyumnya selama senam bersama.

Usai senam, tim ketujuh yang menggebrak stage adalah Langit Biru Ceria, Denpasar, mereka menari kompak, gerakannya diselaraskan musik sambil meneriakkan lirik-lirik Kembali Kepada Alam.

Disusul lantunan Era Harmonis ketika Tim Angkasa Raya, Tabanan, beraksi panggung dengan semangat dan senyum mengembang, memenuhi segala penjuru panggung.

Tembang kesembilan, Keindahan Manusia Terangi Dunia, membuat Tim Samudra Luas, Jembrana, berjingkrak-jingkrak menghibur semua audience.

Disambung feat heboh antara; Tim Dunia Satu Keluarga dari Pasuruan, yang bergerak rancak, tersenyum, sambil meneriakkan ’’eeeeeee…!!, aaaaa…!!’’ dan melantunkan Pujian Gunung.

Mereka kolaborasi manis dengan Jango Paramartha yang beraksi dengan melukis Gunung Agung. 

Kata Hery Sudiarto, proses kolaborasi dengan Jango terjadi secara tak sengaja. Kebetulan INLA punya lagu Pujian Gunung.

’’Waktu saya ketemu Bli Jango (Jango Paramartha, Red), muncul ide untuk berkolaborasi, melukis live, karena Gunung Agung sudah status aktif (awas, Red). Akhirnya Bli Jango menyanggupi,’’ kisah Hery bahagia.

Dua tim terakhir, masing-masing; Langit Biru Bahagia, Denpasar, diiringi Dunia Satu Keluarga yang lantas dipungkasi aksi Cemerlang, Denpasar, dengan Hidup nan Semarak.

Setiap sesi pergantian tim, sekelompok tim penyemangat memberi support. Mereka adalah muda-mudi Tim Penyemangat dengan kostum bak penari dengan aksesori di kepala.

Saat MC menyebut nama tim dan judul lagu, tugas mereka start dengan Tepuk Sepakat. Sepintas terdengar seperti Tepuk Pramuka. Begitu tim usai beraksi, mereka memberikan aplaus berupa Tepuk Pujian.

Sama seperti Gubernur Pastika, Hery begitu happy atas aksi panggung dancer-dancer muda INLA Bali juga tamu dari Jawa Timur.

Dia ingin performance itu terus diasah untuk go international. Terlebih mereka punya pengalaman dalam Festival INLA di Taiwan pada 2006 lalu. 

’’Tahun depan kami ingin Bali menjadi tuan rumah Festival Seni Budaya The Nature Loving of The Art INLA internasional,’’ harap Hery.

Setelah sesi pemberian penghargaan kepada artis dan tim pendukung, dilakukan foto bersama dan dipungkasi dengan lantunan tembang Tanah Airku. (djo)

 

 

RadarBali.com – Jarum jam tepat menunjukkan pukul 16.09 WITA. Tiga personel anggota Unit Anjing Pelacak (K-9) Polda Bali, selesai menyeterilkan Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, dengan dua ekor anjing, turun ke lantai bawah.

Saat itulah, stage dan deretan 520 kursi ala amphitheater, tak sampai 10 menit sudah penuh undangan. Keluarga undangan yang turut serta hadir, disiapkan ruangan di bawah Ksirarnawa.

Mereka menempati deretan kursi lipat di sisi kolam. Bagi mereka, disediakan empat layar besar untuk menonton pertunjukan

Festival Seni Budaya Kasih Alam Semesta (The Nature Loving of The Art) yang dihelat The International Nature Loving Association (INLA) Bali.

’’Hadirin semua, mari Kita berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya,’’ ajak pasangan master of ceremony (MC) Huda dan Dewi Pradewi. 

Semua hadirin, mulai Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Wakapolda Bali, Ketua Umum DPP INLA Indonesia  Djoesianto Law, dan undangan VVIP lainnya koor melantunkannya.

Diikuti sambutan panitia hingga Gubernur Pastika. ’’`Selama setahun, kami melatih 270 penari dari 12 tim,’’ kata ketua panitia Hok Ling.

Sedang Djoesianto Law menyerukan perdamaian. ’’Salam Dunia Satu Keluarga. Kami siapkan program INLA Go to School. Indonesia harus damai, tak ada pertikaian,’’ paparnya.

Gubernur Pastika tampak happy, begitu menikmati 12 tarian, juga senam Dunia Satu Keluarga. Dia mengapresiasi festival seni budaya yang diselenggarakan INLA Bali ini.

’’Seni budaya menimbulkan harmoni. Saya ingin, tahun depan INLA Bali menggelarnya kembali,’’ pinta Pastika berseri-berseri.

Selain dari Denpasar, tim dancer juga datang dari DPC INLA Jembrana dan Tabanan, plus dari Pasuruan dan Surabaya.

Tim yang dapat kesempatan pertama performance adalah Langit Biru Sukacita, Denpasar, menari dengan iringan Hidup Bahagia Tiada Tara; Bumi Raya, Negara, Jembrana, dengan Hidup Nan Semarak.

Sedang Tim Aroma Buah Surabaya hadir dengan iringan tembang Hidup Bahagia Tiada Tara. Lautan Awan, Tabanan, dibarengi dentingan Lautan Awan; aksi INLA Madya Jatim dipadu Era Harmonis.      

Lantas, Gus Teja, dengan apiknya meniupkan serulingnya untuk tembang; Awan Putih dan Sundara. Dan lagi-lagi semua hadirin diminta MC untuk berdiri.

Kali ini diajak Senam Suka Cita Dunia Satu Keluarga bersama Tim Harmonis asal Tabanan. Semua undangan; Gubernur, Djoesianto Law, Dewan Penasehat DPD INLA Bali (Adhi Sunyata, Hendri Hanavi),

Dewan Kehormatan DPD INLA Bali Cahaya Wirawan Hadi, Ketua DPD INLA Bali Hery Sudiarto hingga konsultan acara Thomas Radja Santosa mengumbar senyumnya selama senam bersama.

Usai senam, tim ketujuh yang menggebrak stage adalah Langit Biru Ceria, Denpasar, mereka menari kompak, gerakannya diselaraskan musik sambil meneriakkan lirik-lirik Kembali Kepada Alam.

Disusul lantunan Era Harmonis ketika Tim Angkasa Raya, Tabanan, beraksi panggung dengan semangat dan senyum mengembang, memenuhi segala penjuru panggung.

Tembang kesembilan, Keindahan Manusia Terangi Dunia, membuat Tim Samudra Luas, Jembrana, berjingkrak-jingkrak menghibur semua audience.

Disambung feat heboh antara; Tim Dunia Satu Keluarga dari Pasuruan, yang bergerak rancak, tersenyum, sambil meneriakkan ’’eeeeeee…!!, aaaaa…!!’’ dan melantunkan Pujian Gunung.

Mereka kolaborasi manis dengan Jango Paramartha yang beraksi dengan melukis Gunung Agung. 

Kata Hery Sudiarto, proses kolaborasi dengan Jango terjadi secara tak sengaja. Kebetulan INLA punya lagu Pujian Gunung.

’’Waktu saya ketemu Bli Jango (Jango Paramartha, Red), muncul ide untuk berkolaborasi, melukis live, karena Gunung Agung sudah status aktif (awas, Red). Akhirnya Bli Jango menyanggupi,’’ kisah Hery bahagia.

Dua tim terakhir, masing-masing; Langit Biru Bahagia, Denpasar, diiringi Dunia Satu Keluarga yang lantas dipungkasi aksi Cemerlang, Denpasar, dengan Hidup nan Semarak.

Setiap sesi pergantian tim, sekelompok tim penyemangat memberi support. Mereka adalah muda-mudi Tim Penyemangat dengan kostum bak penari dengan aksesori di kepala.

Saat MC menyebut nama tim dan judul lagu, tugas mereka start dengan Tepuk Sepakat. Sepintas terdengar seperti Tepuk Pramuka. Begitu tim usai beraksi, mereka memberikan aplaus berupa Tepuk Pujian.

Sama seperti Gubernur Pastika, Hery begitu happy atas aksi panggung dancer-dancer muda INLA Bali juga tamu dari Jawa Timur.

Dia ingin performance itu terus diasah untuk go international. Terlebih mereka punya pengalaman dalam Festival INLA di Taiwan pada 2006 lalu. 

’’Tahun depan kami ingin Bali menjadi tuan rumah Festival Seni Budaya The Nature Loving of The Art INLA internasional,’’ harap Hery.

Setelah sesi pemberian penghargaan kepada artis dan tim pendukung, dilakukan foto bersama dan dipungkasi dengan lantunan tembang Tanah Airku. (djo)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/