31.6 C
Jakarta
5 September 2024, 16:08 PM WIB

Ramaikan Pameran The Normal, Siram Pertahankan Lukisan Young Artis

GIANYAR – Salah satu pelukis I Nyoman “Siram” Rustiawan, asal Banjar Kutuh, Desa Sayan, Kecamatan Ubud mengikuti pameran di Hotel The Mansion, Desa Sayan, Kecamatan Ubud.

Siram ikut pameran dalam ajang The New Normal of Tourism Conference-Expo. Acara itu berlangsung selama tiga hari, mulai 10-12 November.

Siram mengaku tertarik ikut pameran lantaran memiliki keinginan agar lukisan ciri khas Sayan bergaya Young Artist dapat eksis dan bertahan di tengah pandemi Covid-19.

“Untuk lukisannya memang ciri khas Desa Sayan. Yang disebut dengan gaya Young Artist. Yaitu tertuang di dalamnya adalah pemandangan, sekalipun ada orangnya adalah mereka yang beraktifitas di alam,” ujar Siram.

Siram yang mulai belajar melukis Young Artist sejak duduk di bangku sekolah dasar sampai saat ini terus berkarya.

Meskipun pandemi Covid-19 melanda, dia tetap berkarya. “Walaupun tidak ada pesanan, saya terus melukis,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Siram hanya membawa lukisan untuk dipamerkan sebanyak 30 koleksi.

Dengan ukuran yang paling besar sekitar 1,5 meter x 1 meter. Kemudian ukuran yang paling kecil 20 centimeter x 50 centimeter.

Sebagai pelukis, dia berharap dengan adanya ajang pameran tersebut generasi muda setidaknya mau mempertahankan budaya tersebut. Agar tidak hilang ditelan zaman.

“Harapannya, supaya generasi muda ikut melestarikan Young Artist ini agar tidak punah,” pinta Siram.

Sementara itu, Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Desa Sayan, Ni Made Gandhi Sanjiwani menjelaskan seni lukisan di Sayan tidak kalah menarik dengan daerah lainnya.

Sebab aliran seni lukis Young Artist yang dibawa dan dikembangkan oleh Arie Smith, pelukis legendaris dunia, mengajarkan anak-anak di Desa Sayan. Gaya lukisan itu telah mendunia sejak tahun 1960-an.

“Young Artist menjadi satu-satunya aliran lukisan otentik di dunia yang menjadi living culture dan hanya bisa ditemukan di Desa Sayan, Ubud,” ujarnya.

Dari gaya lukisan itu, telah melahirkan banyak pelukis ternama di desanya. Diantaranya, Ketut Soki, Ketut Tagen, Nyoman Cakra, Nyoman Tulus, Nyoman Sujana, dan lainnya.

“Maka, Desa Sayan dijuluki sebagai Home of Young Artist,” pungkas alumnus Magister Pariwisata UGM ini. 

GIANYAR – Salah satu pelukis I Nyoman “Siram” Rustiawan, asal Banjar Kutuh, Desa Sayan, Kecamatan Ubud mengikuti pameran di Hotel The Mansion, Desa Sayan, Kecamatan Ubud.

Siram ikut pameran dalam ajang The New Normal of Tourism Conference-Expo. Acara itu berlangsung selama tiga hari, mulai 10-12 November.

Siram mengaku tertarik ikut pameran lantaran memiliki keinginan agar lukisan ciri khas Sayan bergaya Young Artist dapat eksis dan bertahan di tengah pandemi Covid-19.

“Untuk lukisannya memang ciri khas Desa Sayan. Yang disebut dengan gaya Young Artist. Yaitu tertuang di dalamnya adalah pemandangan, sekalipun ada orangnya adalah mereka yang beraktifitas di alam,” ujar Siram.

Siram yang mulai belajar melukis Young Artist sejak duduk di bangku sekolah dasar sampai saat ini terus berkarya.

Meskipun pandemi Covid-19 melanda, dia tetap berkarya. “Walaupun tidak ada pesanan, saya terus melukis,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Siram hanya membawa lukisan untuk dipamerkan sebanyak 30 koleksi.

Dengan ukuran yang paling besar sekitar 1,5 meter x 1 meter. Kemudian ukuran yang paling kecil 20 centimeter x 50 centimeter.

Sebagai pelukis, dia berharap dengan adanya ajang pameran tersebut generasi muda setidaknya mau mempertahankan budaya tersebut. Agar tidak hilang ditelan zaman.

“Harapannya, supaya generasi muda ikut melestarikan Young Artist ini agar tidak punah,” pinta Siram.

Sementara itu, Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Desa Sayan, Ni Made Gandhi Sanjiwani menjelaskan seni lukisan di Sayan tidak kalah menarik dengan daerah lainnya.

Sebab aliran seni lukis Young Artist yang dibawa dan dikembangkan oleh Arie Smith, pelukis legendaris dunia, mengajarkan anak-anak di Desa Sayan. Gaya lukisan itu telah mendunia sejak tahun 1960-an.

“Young Artist menjadi satu-satunya aliran lukisan otentik di dunia yang menjadi living culture dan hanya bisa ditemukan di Desa Sayan, Ubud,” ujarnya.

Dari gaya lukisan itu, telah melahirkan banyak pelukis ternama di desanya. Diantaranya, Ketut Soki, Ketut Tagen, Nyoman Cakra, Nyoman Tulus, Nyoman Sujana, dan lainnya.

“Maka, Desa Sayan dijuluki sebagai Home of Young Artist,” pungkas alumnus Magister Pariwisata UGM ini. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/