RadarBali.com – Perhelatan Hipmi Fashion Week (HFW) 2017 , yang diprakarsai Hipmi, 6 – 16 Juli hari ini menghadirkan sejumlah perancang profesional dari berbagai kota di Indonesia.
Berbagai jenis desain fashion kali ini ditampilkan dengan eksplorasi tema Bali. Salah satu perancang yang mendukung acara yang digelar di Beach Walk, Kuta ini adalah Ayu Mega Kusumastuti.
Wanita 29 tahun ini menyuguhkan lima desain. Pada acara yang dibuka langsung oleh Kementrian Perdagangan dan Kementrian Koperasi dan UKM, ini Ayu menampilkan desain khasnya yang menggunakan batik Solo.
Diakui, memilih batik dalam setiap desain yang dihasilkan adalah pilihannya sejak mulai berkecimpung sebagai desainer profesional.
Hal ini dilakukannya karena dirinya ingin melestarikan budaya Indonesia, dalam hal ini adalah batik. “Seperti yang kita tahu bahwa bahan fashion ini sangat lah banyak. Bahkan, kita juga bisa dapatkan dari luar negri, tapi saya lebih memilih batik,” katanya saat ditemui di sela kegiatan tersebut, kemarin (15/7).
Alasan lainnya, dikatakan perempuan kelahiran 2 Mei 1989 silam ini bahwa dalam dunia fashion sekarang ini, batik sudah jadi salah satu tren fashion.
“Zaman sekarang itu anak muda sudah terbiasa pakai batik, tidak hanya yang tua saja. Batik juga sudah biasa dipakai dalam segala acara,” ujarnya.
Hingga saat ini, brand fashion batik yang dimiliki sudah dikenal di beberapa kota di Indonesia. Kota-kota seperti Balikpapan, Medan, Jakarta, dan Surabaya pun sudah mengenal produk desain batik milik wanita hobi traveling ini.
Sekarang, produk bernama Batikan miliknya sedang mulai menjajal market Bali. Ayu sendiri menyukai dunia fashion dan desain sudah lama. Namun, menjalani profesi sebagai desainer profesional baru setahun terakhir.
“Setahun terakhir baru punya brand sendiri. Ini bisa dibilang passion jadi fashion,” imbuh wanita yang juga bekerja sebagai marketing di Jawa Pos Surabaya tersebut.
Dikatakan, meski saat ini dirinya belum menjajal market internasional namun dirinya tetap optimistis untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu langkah yang diambil salah satunya adalah mempromosikan desainnya di Bali.
“Di Bali pasarnya sekarang lebih global. Karena di sini (Bali), bukan lokal saja tetapi juga dari mancanegara. Ya, mungkin nantinya dari sini bisa naik ke level yang lebih tinggi,” tandasnya.
HFW 2017 ini sendiri menampilkan karya tak kurang 32 desainer. Mereka dari beberapa kota di Indonesia.
Seperti dari Semarang, Jakarta, Surabaya, Bondowoso, dan Bandung, yang bersaing menampilkan karya terbaik karena dilombakan.
“Tahun ini pemenang lomba akan diberangkatkan ke New York Fashion Week,” ungkap Ari Danangga selaku ketua Hipmi Gianyar sebagai penyelenggara utama di sela kegiatan kemarin.