DENPASAR – Dedengkot band punk Bali, The Djihard tengah fokus menyelesaikan album ke empat mereka yang ditargetkan rampung Maret 2019 mendatang.
Band yang lahir dari rahim skena musik punk kota Denpasar di tahun 1997 silam ini akan resmi menyandang usia mereka 21 tahun konsisten berkarya. Album ketiga mereka berjudul Macan Asia yang telah lahir di awal tahun 2014 silam.
Ditemui di Denpasar, Roy sang vokalis menuturkan album keempat mereka akan dikemas lebih apik ketimbang garapan sebelumnya.
Dengan konsep perjalanan band yang beranggotakan Roy (vokal), Dewa (gitar), Oche (bass) dan Oka pada drum ini akan menyuguhkan 14 lagu dengan kemasan video klip di semua lagu mereka.
Dengan kematangan konsep yang telah dibangun, ini juga sebagai penanda kedewasaan musikalitas The Djihard setelah dua dekade berada di Skena musik punk.
“Klipnya semua akan digarap oleh Erick Est. Album keempat ini konsepnya bisa menjadi cerita perjalanan The Djihard selama 21 berkarya.
Jadi, antara klip satu dan klip lainnya akan ada keterikatan yang membentuk cerita film ketika digabung,” kata pria yang juga frontman di band Punk Reformasi ini.
Terdapat sembilan lagu yang saat ini siap. Lima diantaranya, telah selesai proses rekaman. Bahkan beberapa lagu mereka telah diluncurkan terlebih dahulu, seperti Burn and Chaos dan Layangan Janggan.
“Ini akan masuk juga dialbum keempat kami nantinya,” imbuhnya. Proses pendewasaan ini dituturkan dari aransemen dan isi lirik yang lebih tertata apik.
Muatan isi lirik diakui akan dikemas lebih bergizi. Dibandingkan lagu-lagu terdahulu yang hanya membuat lirik asal-asalan.
“Kalau dulu asal jadi aja. Tapi, kalau sekarang lebih memberi manfaat bagi pendengar. Kalau dulu, lagu kami hanya main pada lagu sama reff sekarang ada melody, ada chorus juga.
Durasinya juga lama, kalau dulu hanya satu sampai dua menit. Ya ini proses pendewasaan kami karena band ini sudah cukup lama, agar pendengar memiliki kesan pada lagu dan lebih paham,” jelas Roy.