SEMARAPURA – Meski ditinggal budayawan yang juga maestro lukis asal Dusun Banda, Desa Takmung Klungkung, I Nyoman Gunarsa, Museum I Nyoman Gunarsa sampai saat ini masih terawat dengan baik.
Bahkan, sekalipun di tengah sepinya kunjungan akibat pandemi Covid-19, para pekerjanya tetap dipertahankan agar koleksi museum itu tetap terawat. Yang menarik untuk merawat koleksi museum, pihak pengelola menanam tumbuhan herbal.
Istri almarhum maestro I Nyoman Gunarsa, Ny Indrawati Gunarsa, Minggu (18/4) menuturkan, konsep Taru Pramana digunakannya dalam merawat koleksi di museum itu.
Dalam konsep itu, tumbuhan herbal yang digunakan dalam perawatan. Adapun salah satu manfaatnya untuk menghindari serangan jamur ataupun serangga pada koleksi museum.
“Seperti cengkeh dan kapulaga yang kami tabuh di sekitar koleksi untuk menghindari koleksi dari serangan serangga. Kami juga menanam tikel balung untuk menjauhkan museum dari serangan tikus. Ada juga tanaman lili gundi agar area museum tidak banyak serangga,” bebernya.
Adapun zat kimia baru dipergunakan jika ada koleksi yang terlanjut diserang jamur atau serangga. Namun tidak sembarang orang dapat mengaplikasikan zat kimia itu. Di mana biasanya pihaknya akan meminta bantuan ahli dari Museum Nasional untuk menanganinya.
Dijelaskan, I Nyoman Gunarsa membangun museum itu untuk menyelamatkan bukti peradaban dan akar budaya masyarakat Bali. Sehingga para penerus Bali nanti dapat tetap melihat bagaimana luar biasa peninggalan leluhurnya.
“Museum ini dibangun tidak berorientasi pada bisnis semata,” katanya.
Tidak heran meski di tengah pandemi Covid-19 di mana banyak orang mengurangi jumlah pekerja karena perekonomiannya terdampak, ia mengaku tidak ada pengurangan jumlah pekerja. Begitu juga dengan perawatan koleksi museum, tidak ada yang berubah.
“Koleksi di sini tidak ternilai harganya sehingga kami rawat setiap hari,” ujarnya.