33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 14:18 PM WIB

Delapan Tahun Urusi SID, Ini Cerita Dodix untuk OutSIDer dan LadyRose…

DENPASAR – Berada di belakang layar, terlebih “menyetir” sebuah band besar tentu tak mudah. Meski sibuk dengan urusan band, tak membuat ruang kreativitas tertutup.

Justru, ia juga dapat mengembangkan bakatnya. Yup, itulah I Gede Ardi Suryana alias Dodix. Sebelum berada di belakang layar SID, Dodix malang melintang di sejumlah pekerjaan.

Selain di kapal pesiar, dia pernah bekerja di Hotel. Sampai akhirnya memutuskan menjalani hidup yang lebih rock n roll di tahun 2005.

Dia juga sempat bekerja sebagai manajer gudang di garmen, manajer operasional di konsultan training dari Australia yang memiliki kantor cabang di Bali, dan jadi manajer training untuk Surfer Girl.

Puncaknya adalah saat usianya menginjak 39 tahun, atau tahun 2010 lalu, ia berhenti dari dunia itu.

Kemudian banting setir menjadi manajer band bergenre punk rock, Superman Is Dead (SID) yang ditinggal manajer sebelumnya.

“Saya bergabung dengan Outsider Inc. (manajemen SID) September 2010 lalu. Waktu itu saya baru berhenti dengan pekerjaan formal,

 dan bermigrasi menjadi seorang freelancer, dan di saat bersamaan manajer SID baru saja mengundurkan diri,” ungkap pria asal Seririt, Buleleng ini.

Di tahun awal SID bergabung dengan Sony Music, Dodix menjadi bagian dari Glampunkabilly Inferno, manajemen yang mewadahi SID dan Navicula, sebagai road manager, sambil nyambi bekerja di hotel.

Jadi memang selain kedekatan sebagai kawan, secara profesional Dodix sejatinya sudah pernah bekerja untuk band.

Namun, setelah dipercayai mengurusi SID, Dodix juga masih memiliki kesibukan lainnya. Kini, ia bekerja paruh waktu menjadi konsultan operasional di The Sidji Hotel di Pekalongan,

Jawa Tengah, secara reguler juga memberikan pelatihan tentang customer service untuk Es Teler 77, perusahaan waralaba yang bergerak di bidang makanan cepat saji Indonesia.

“Di waktu luang saya juga nge-DJ dengan Riddim Killah Soundsystem, yang khusus memainkan musik-musik dari Jamaika khususnya Reggae dan Dancehall,” ungkapnya.

Omong-omong soal DJ, Dodix mengaku itu terjadi sejak 2008 silam. Awalnya, katanya, karena suka mengoleksi CD musik Ska dan Reggae.

Lama-lama setelah era digital DJ, di mana perlengkapan DJ disederhanakan dengan hanya laptop dan controller (pemutar musik berbasis software khusus DJ), ia jadi tertarik untuk membagi musik-musik kepada khalayak.

“Awalnya saya tampil sendiri, namun sejak 2016, bersama Punang dan Ucok membentuk Riddim Killah Soundsystem, sampai sekarang,” tuturnya.

September ini, tepat delapan tahun Dodix bersama SID. Suka-duka pun tentu cukup banyak dilewatinya.

“Perjalanan delapan tahun sungguh tidak terasa, karena saya pribadi dan SID punya kesamaan visi, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sosial. Jadi tidak pernah merasa sedang bekerja,” akunya.

Lalu apa yang suka dukanya? “Sukanya banyak sekali, saya jadi bisa melihat daerah-daerah lain di Indonesia, dan bahkan berkunjung ke negara lain bersama SID.

Dukanya mungkin hanya satu, kami harus sering bangun sangat pagi demi mengejar penerbangan pertama,” jawabnya lantas tertawa.

Para personel SID belakangan memang diketahui tidak hanya sibuk bermain musik saja. Namun juga sibuk dengan urusan pribadi. Yakni bisnis.

Namun, Dodix bukanlah seorang manajer yang saklek. Bahkan, ia sendiri mengaku tak memiliki kesulitan dalam menangani band ini.

Kuncinya adalah mereka sudah terbiasa dengan disiplin waktu dan mengatur jadwal pribadi dengan mencocokkan jadwal konser SID.

“Ini mungkin kenapa band-band lain banyak bubar setelah punya proyek sampingan, karena personelnya tidak memprioritaskan jadwal band,

sementara di SID ini tidak terjadi.  Kami juga selalu berkomunikasi via grup Whatsapp untuk setiap informasi baru,” ungkapnya.

Hal menarik lainnya dalam mengurusi SID, Dodix juga pastinya pernah mengalami permintaan yang aneh-aneh dari penyelenggara.

“Yang paling aneh menurut saya adalah ketika sebuah EO yang mengundang SID meminta video ucapan selamat ulang tahun untuk guru TK anaknya,” katanya, lantas terkekeh.

Tahun ini pun, menjadi tahun penting baginya dalam mengurus SID. Sebab, saat ini SID sedang menyelesaikan album ke-6, sekaligus album terakhir dengan label mayor.

Rencananya, jika tidak ada halangan. album akan dirilis pada November 2018.

 

 

DENPASAR – Berada di belakang layar, terlebih “menyetir” sebuah band besar tentu tak mudah. Meski sibuk dengan urusan band, tak membuat ruang kreativitas tertutup.

Justru, ia juga dapat mengembangkan bakatnya. Yup, itulah I Gede Ardi Suryana alias Dodix. Sebelum berada di belakang layar SID, Dodix malang melintang di sejumlah pekerjaan.

Selain di kapal pesiar, dia pernah bekerja di Hotel. Sampai akhirnya memutuskan menjalani hidup yang lebih rock n roll di tahun 2005.

Dia juga sempat bekerja sebagai manajer gudang di garmen, manajer operasional di konsultan training dari Australia yang memiliki kantor cabang di Bali, dan jadi manajer training untuk Surfer Girl.

Puncaknya adalah saat usianya menginjak 39 tahun, atau tahun 2010 lalu, ia berhenti dari dunia itu.

Kemudian banting setir menjadi manajer band bergenre punk rock, Superman Is Dead (SID) yang ditinggal manajer sebelumnya.

“Saya bergabung dengan Outsider Inc. (manajemen SID) September 2010 lalu. Waktu itu saya baru berhenti dengan pekerjaan formal,

 dan bermigrasi menjadi seorang freelancer, dan di saat bersamaan manajer SID baru saja mengundurkan diri,” ungkap pria asal Seririt, Buleleng ini.

Di tahun awal SID bergabung dengan Sony Music, Dodix menjadi bagian dari Glampunkabilly Inferno, manajemen yang mewadahi SID dan Navicula, sebagai road manager, sambil nyambi bekerja di hotel.

Jadi memang selain kedekatan sebagai kawan, secara profesional Dodix sejatinya sudah pernah bekerja untuk band.

Namun, setelah dipercayai mengurusi SID, Dodix juga masih memiliki kesibukan lainnya. Kini, ia bekerja paruh waktu menjadi konsultan operasional di The Sidji Hotel di Pekalongan,

Jawa Tengah, secara reguler juga memberikan pelatihan tentang customer service untuk Es Teler 77, perusahaan waralaba yang bergerak di bidang makanan cepat saji Indonesia.

“Di waktu luang saya juga nge-DJ dengan Riddim Killah Soundsystem, yang khusus memainkan musik-musik dari Jamaika khususnya Reggae dan Dancehall,” ungkapnya.

Omong-omong soal DJ, Dodix mengaku itu terjadi sejak 2008 silam. Awalnya, katanya, karena suka mengoleksi CD musik Ska dan Reggae.

Lama-lama setelah era digital DJ, di mana perlengkapan DJ disederhanakan dengan hanya laptop dan controller (pemutar musik berbasis software khusus DJ), ia jadi tertarik untuk membagi musik-musik kepada khalayak.

“Awalnya saya tampil sendiri, namun sejak 2016, bersama Punang dan Ucok membentuk Riddim Killah Soundsystem, sampai sekarang,” tuturnya.

September ini, tepat delapan tahun Dodix bersama SID. Suka-duka pun tentu cukup banyak dilewatinya.

“Perjalanan delapan tahun sungguh tidak terasa, karena saya pribadi dan SID punya kesamaan visi, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sosial. Jadi tidak pernah merasa sedang bekerja,” akunya.

Lalu apa yang suka dukanya? “Sukanya banyak sekali, saya jadi bisa melihat daerah-daerah lain di Indonesia, dan bahkan berkunjung ke negara lain bersama SID.

Dukanya mungkin hanya satu, kami harus sering bangun sangat pagi demi mengejar penerbangan pertama,” jawabnya lantas tertawa.

Para personel SID belakangan memang diketahui tidak hanya sibuk bermain musik saja. Namun juga sibuk dengan urusan pribadi. Yakni bisnis.

Namun, Dodix bukanlah seorang manajer yang saklek. Bahkan, ia sendiri mengaku tak memiliki kesulitan dalam menangani band ini.

Kuncinya adalah mereka sudah terbiasa dengan disiplin waktu dan mengatur jadwal pribadi dengan mencocokkan jadwal konser SID.

“Ini mungkin kenapa band-band lain banyak bubar setelah punya proyek sampingan, karena personelnya tidak memprioritaskan jadwal band,

sementara di SID ini tidak terjadi.  Kami juga selalu berkomunikasi via grup Whatsapp untuk setiap informasi baru,” ungkapnya.

Hal menarik lainnya dalam mengurusi SID, Dodix juga pastinya pernah mengalami permintaan yang aneh-aneh dari penyelenggara.

“Yang paling aneh menurut saya adalah ketika sebuah EO yang mengundang SID meminta video ucapan selamat ulang tahun untuk guru TK anaknya,” katanya, lantas terkekeh.

Tahun ini pun, menjadi tahun penting baginya dalam mengurus SID. Sebab, saat ini SID sedang menyelesaikan album ke-6, sekaligus album terakhir dengan label mayor.

Rencananya, jika tidak ada halangan. album akan dirilis pada November 2018.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/