DENPASAR – Gitaris band grunge Bali, Navicula, Dadang SH Pranoto, akhirnya muncul dengan gagasan musikal terbarunya. Musisi yang juga berperan sebagai frontman Dialog Dini Hari ini merilis single anyar, bertajuk Legam. Dirilis RainDogs Records, ini adalah single pertama dari enam tahun setelah debut album Kubu Carik dirilis di 2017 silam.
Enam tahun sejak album ini, Pohon Tua mengalami evolusi musikal yang luar biasa. Sebuah evolusi yang datang dari ruang-ruang perenungan dan kontemplasi yang luar biasa. Kita bisa merasakan gagasan musikal yang dituangkan dalam sebuah arsitektur organik nan megah. Segenap perasaan dari kemarahan, kebosanan, kekalutan dan kesedihan diramu dalam gagasan tema di single ini.
Undak-undakan emosi dibangun sejak intro dimainkan, tak putus dibawa sampai ke akhir lagu. Kesedihan digesek dari senar-senar biola lewat kuartet string secara simultan di intro, segenap kabut kesedihan ini berubah menjadi kemarahan, dibunyikan dengan elegan oleh piano dan timpani sepanjang tiga menit.
Suasana lalu menjadi dramatis sesaat pertama kali lirik diucap dari dasar kerongkongan kasar Dadang, lalu pelan-pelan dari situ, pendengar ditarik makin dalam lagi ke dasar pemikiran soal kegelapan yang hakiki.
Dalam proses penggarapannya, Dadang dibantu barisan kuartet gesek, timpani, yang dimainkan oleh musisi lokal Bali. Dua drummer dilibatkan langsung dalam single ini, yaitu Palel (drummer Navicula) dan Denny (drummer Dialog Dini Hari).
Si pembetot bas, Indra Gupta yang kerap mengiringi Indra Lesmana diajak mengisi bas, sementara di departemen vokal latar ada suara khas Riko (vokalis Modjorido) dan Lyta dari Soulfood dipercaya untuk mengisinya.
Legam sendiri menghadirkan segenap kompleksitas yang berbeda dan tidak akan ditemui di debut albumnya. Single ini adalah puncak kegelisahan Dadang akan situasi diri sebagai bentuk refleksi akan lingkungan dan keadaan sekitar dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah single yang menjadi pengantar dari album penuh yang akan dirilis kemudian. “Legam” menjadi sebuah momen kembali-nya Pohon Tua dalam dimensi musik yang layak diberikan apresiasi.
“Ada pertanyaan yang selalu kembali hadir di kepalaku “Kamu ingin dikenang seperti atau sebagai apa/siapa? Aku menjawabnya dengan ringan. Meskipun tindak lanjutnya sungguhlah berat namun ya, aku ingin dikenang sebagai musisi/manusia yang bermanfaat buat banyak orang,“ tutupnya. Legam sudah hadir di berbagai layanan musik streaming. (ara)