29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:32 AM WIB

Wayang Wong Desa Bualu, Lestarinya Kesenian Klasik Bali

RadarBali.com – Pelestarian kesenian klasik di Bali dibutuhkan peran dari berbagai pihak.  Khususnya kalangan generasi muda.

Di Bali, salah satu kesenian klasik yang masih jarang diminati adalah kesenian Wayang Wong. Dalam perjalanannya, hanya ada beberapa sekaa yang yang terus aktif melestarikan kesenian wayang wong. Salah satunya adalah sekaa Wayang Wong Desa Bualu, Kuta Selatan, Badung.

Mereka tampil apik di panggung Madya Mandala Taman Budaya, Rabu malam (19/7). Bahkan penampilan yang digelar dalam rangka Bali Mandara Mahalango ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari beberapa pengamat seni.

“Saya merasa ini suatu keberhasilan sekaa wayang wong desa Bualu,” tutur pengamat seni yang juga dosen ISI Denpasar, Ketut Suteja usai pementasan.

Menurut Suteja, keberhasilan dari pementasan seka wayang wong desa Bualu tersebut, tak lepas dari dukungan masyarakat khususnya generasi muda di desa Bualu itu sendiri.

Dimana biasanya kesenian wayang wong tergolong seni yang dipentaskan di pura sebagai bagian dari upacara masyarakat di desa Bualu.

Kata dia, pemahaman generasi muda tentang kesenian klasik ini sangat penting bagi pengembangan dan pelestarian kesenian klasik termasuk wayang wong.

 “Sebab di kesenian klasik ada filosofi yang penting bagi kehidupan masyarakat. Jadi ini bagus, kalau bisa wayang wong yang lain juga bisa bangkit lagi,” ujar Suteja.

Khusus untuk pementasan Wayang Wong Desa Bualu, Suteja menilai pementasannya memiliki sturktur yang bagus dan memiliki karakter.

“Untuk penarinya, saya lihat tidak terkontaminasi. Mereka hanya berperan sebagai satu tokoh saja. Kalau hanoman ya hanoman. Kalau sugriwa ya sugriwa. Tidak pernah ikut yang lain, karena biasanya seniman Bali terkontaminasi,” ungkapnya.

Senada dengan penilaian Suteja, pengamat seni lainnya yakni I Nyoman Astita juga mengapresiasi penampilan dari sekaa wayang wong  desa Bualu.

 “Wayang wong Bualu ini memiliki pakem yang khas dibanding wayang wong tempat lain seperti wayang wong Tejakula,” tutur Astita.

Dikatakan Astita, pada dasarnya wayang wong di setiap daerah di Bali memiliki ciri khas masing-masing. Pada kesempatan tersebut, Astita memberi catatan khusus untuk penampilan Wayang Wong Bualu tersebut.

“Yang perlu diperhatikan untuk pementasan ke depan adalah perlu digarap unsur dramatiknya sehingga penampilan lebih kuat. Termasuk ekspresi penarinya,” sarannya.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha mengaku terkesan dengan upaya pengembangan dan pelestarian kesenian klasik yang dilakukan oleh seka wayang wong desa Bualu.

“Kami dari Dinas Kebudayaan, pada posisi mendorong kuantitas penampilan seni klasik dulu. Setelah itu kami dorong ke kualitas kita tingkatkan. Tujuannya agar seni klasik tidak sampai punah dan ditinggalkan generasi muda,” tandas Beratha. 

RadarBali.com – Pelestarian kesenian klasik di Bali dibutuhkan peran dari berbagai pihak.  Khususnya kalangan generasi muda.

Di Bali, salah satu kesenian klasik yang masih jarang diminati adalah kesenian Wayang Wong. Dalam perjalanannya, hanya ada beberapa sekaa yang yang terus aktif melestarikan kesenian wayang wong. Salah satunya adalah sekaa Wayang Wong Desa Bualu, Kuta Selatan, Badung.

Mereka tampil apik di panggung Madya Mandala Taman Budaya, Rabu malam (19/7). Bahkan penampilan yang digelar dalam rangka Bali Mandara Mahalango ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari beberapa pengamat seni.

“Saya merasa ini suatu keberhasilan sekaa wayang wong desa Bualu,” tutur pengamat seni yang juga dosen ISI Denpasar, Ketut Suteja usai pementasan.

Menurut Suteja, keberhasilan dari pementasan seka wayang wong desa Bualu tersebut, tak lepas dari dukungan masyarakat khususnya generasi muda di desa Bualu itu sendiri.

Dimana biasanya kesenian wayang wong tergolong seni yang dipentaskan di pura sebagai bagian dari upacara masyarakat di desa Bualu.

Kata dia, pemahaman generasi muda tentang kesenian klasik ini sangat penting bagi pengembangan dan pelestarian kesenian klasik termasuk wayang wong.

 “Sebab di kesenian klasik ada filosofi yang penting bagi kehidupan masyarakat. Jadi ini bagus, kalau bisa wayang wong yang lain juga bisa bangkit lagi,” ujar Suteja.

Khusus untuk pementasan Wayang Wong Desa Bualu, Suteja menilai pementasannya memiliki sturktur yang bagus dan memiliki karakter.

“Untuk penarinya, saya lihat tidak terkontaminasi. Mereka hanya berperan sebagai satu tokoh saja. Kalau hanoman ya hanoman. Kalau sugriwa ya sugriwa. Tidak pernah ikut yang lain, karena biasanya seniman Bali terkontaminasi,” ungkapnya.

Senada dengan penilaian Suteja, pengamat seni lainnya yakni I Nyoman Astita juga mengapresiasi penampilan dari sekaa wayang wong  desa Bualu.

 “Wayang wong Bualu ini memiliki pakem yang khas dibanding wayang wong tempat lain seperti wayang wong Tejakula,” tutur Astita.

Dikatakan Astita, pada dasarnya wayang wong di setiap daerah di Bali memiliki ciri khas masing-masing. Pada kesempatan tersebut, Astita memberi catatan khusus untuk penampilan Wayang Wong Bualu tersebut.

“Yang perlu diperhatikan untuk pementasan ke depan adalah perlu digarap unsur dramatiknya sehingga penampilan lebih kuat. Termasuk ekspresi penarinya,” sarannya.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha mengaku terkesan dengan upaya pengembangan dan pelestarian kesenian klasik yang dilakukan oleh seka wayang wong desa Bualu.

“Kami dari Dinas Kebudayaan, pada posisi mendorong kuantitas penampilan seni klasik dulu. Setelah itu kami dorong ke kualitas kita tingkatkan. Tujuannya agar seni klasik tidak sampai punah dan ditinggalkan generasi muda,” tandas Beratha. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/