DENPASAR – Berangkat dari kegabutan selama pandemi dari tahun 2020, lima orang pemuda sepakat membentuk sebuah band bernama Svami.
Kelima personelnya merupakan musisi kafe yang kerap main di sejumlah event dan tempat hiburan selama pariwisata Bali masih ramai.
Kelima personel itu adalah Ade Wiwikananda (vokal), Yudi Rama Saputra (bass), Baskara Wibawa (gitar), Gede Arik Yudasmara (keyboard) dan Gusman Adi Yudiana (drum).
Menandai satu tahun berkarya, Svami akhirnya melepas mini album perdananya. Album ini resmi dirilis ke publik Bali pada Minggu (21/3). Album ini bertajuk Hidup. Nama album ini diambil dari salah satu lagu di dalam album.
“Lima lagu di dalamnya masing-masing berjudul Hidup, Status Tiban, Ulam Segara, Kenangan dan instrumen Pawiwahan. Di instrumen ini kami berkolaborasi dengan Gus Teja,” kata Ade Wiwikananda (vokal), di Denpasar, Senin (22/3).
Menariknya semua lagu di dalam album ini dikemas dengan komposisi musik bernuansa pop, jazz hingga keroncong. Bahkan, nuansa musik mereka kental dengan warna khas band nasional, Payung Teduh.
“Kami ingin dikenal sebagai Payung Teduh-nya Bali,” ujarnya.
Menurut dia, langkah ini diambil karena SVAMI ingin melestarikan budaya Bali dari sejumlah lirik lagu yang berbahasa Bali di dalam album ini.
Menariknya lagi, kemasan album ini dibuat dengan konsep wooden book gift yang berbentuk kotak kayu dengan desain seperti buku.
Di dalamnya berisi beberapa gift seperti buku tentang mini album SVAMI , gelang panca warna , CD mini album, sticker, gantungan kunci dari lontar.
“Packagingnya klasik sebagai merchandise di dalam buku juga kami berusaha mengangkat edukasi tentang aksara Bali dengan harapan melestarikan bahasa dan sastra Bali,” imbuhnya sembari berharap agar album ini bisa diterima di telinga para pendengar.