27.3 C
Jakarta
21 November 2024, 22:19 PM WIB

Iringi Ida Bhatara Manca, Warga Gianyar Gelar Perang Sampian

GIANYAR – Tiga hari setelah puncak upacara Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, digelar tradisi Siat (Perang) Sampian.

Perang dari bahan jaritan janur tersebut mengiringi rangkaian Ida Bhatara Manca kembali ke tempat masing-masing pada Minggu (21/4) lalu.

Ketua Paruman Pura Samuan Tiga, I Wayan Patera menyatakan, siat sampian sebagai sebuah pertarungan antara dua kekuatan berbeda, yakni kebaikan dan keburukan.

“Yang pada akhirnya, kebenaran nantinya menjadi pemenang,” ujar Patera. Dijelaskan Wayan Patera, dipilihnya sampian untuk sarana tradisi ini dikarenakan sampian merupakan bagian ujung dari dangsil yang dipersembahkan para parekan (masyarakat pengayah, red).  

“Selain itu, sampian merupakan lambang senjata milik Dewa Wisnu yang dipergunakan untuk memerangi adharma atau kejahatan dari muka bumi,” jelasnya.

Yang menarik disela sela prosesi purwa daksina dilaksanakan parade baleganjur yang diikuti 5 desa pakraman yakni, Tengkulak Kelod, Tengkulak Tengah, Tengkulak Kaja, Bedulu dan Wanayu Mas.

“Parade ini ruang seni  sebelum ngiring Ida Bhatara Manca budal (pulang, red),” terang Patera. Diharapkan, melalui parade baleganjur ini, menjadi motivasi desa pakraman untuk ajang kreativitas sekaligus melestarikan seni.

Rangkaian siat Sampian ini diawali ratusan warga mendatangi pura yang dikenal sebagai tempat penyatuan sekte hingga  tercetus desa pakraman dan kahyangan tiga di Bali itu.

Warga sudah berdatangan sejak pagi hari. Warga kemudian bersembahyang sekaligus menyaksikan prosesi siat sampian, parade baleganjur dan  selanjutnya mengiringi Ida Bhatara Manca kembali ke pura masing-masing.

Untuk diketahui, saat upacara di Pura Samuan Tiga, para batara dari pura-pura yang ada di Gianyar didatangkan ke Samuan Tiga.

Siat sampaian kemudian diikuti oleh ratusan warga. Mereka saling lempar dan pukul dengan sampian dari janur yang sudah disiapkan.

Sebelum puncak siat sampian, warga mengelilingi halaman pura. Para warga yang berlarian mengelilingi pura saling berpegangan membentuk pola ombak, mereka juga berusaha menggapai bangunan suci sebanyak tiga kali.

Adapun rangkaian upacara Bhatara Turun Kabeh selanjutnya, dilaksanakan bhakti penganyaran oleh kabupaten dan kota se Bali secara bergiliran.

Kemudian pada tanggal 29 April Ida Bhatara Manca kembali mendatangi Pura Samuan Tiga untuk dilanjutkan upacara melis ngubeng.

Selanjutnya pada 30 April Ida Bhatara Manca kembali pulang dan upacara ditutup. Selanjutnya pada 2 Mei  pecaruan nyaga nyaga nyepi karya dan tanggal 3 Mei  dilanjutkan penyepian karya. 

GIANYAR – Tiga hari setelah puncak upacara Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, digelar tradisi Siat (Perang) Sampian.

Perang dari bahan jaritan janur tersebut mengiringi rangkaian Ida Bhatara Manca kembali ke tempat masing-masing pada Minggu (21/4) lalu.

Ketua Paruman Pura Samuan Tiga, I Wayan Patera menyatakan, siat sampian sebagai sebuah pertarungan antara dua kekuatan berbeda, yakni kebaikan dan keburukan.

“Yang pada akhirnya, kebenaran nantinya menjadi pemenang,” ujar Patera. Dijelaskan Wayan Patera, dipilihnya sampian untuk sarana tradisi ini dikarenakan sampian merupakan bagian ujung dari dangsil yang dipersembahkan para parekan (masyarakat pengayah, red).  

“Selain itu, sampian merupakan lambang senjata milik Dewa Wisnu yang dipergunakan untuk memerangi adharma atau kejahatan dari muka bumi,” jelasnya.

Yang menarik disela sela prosesi purwa daksina dilaksanakan parade baleganjur yang diikuti 5 desa pakraman yakni, Tengkulak Kelod, Tengkulak Tengah, Tengkulak Kaja, Bedulu dan Wanayu Mas.

“Parade ini ruang seni  sebelum ngiring Ida Bhatara Manca budal (pulang, red),” terang Patera. Diharapkan, melalui parade baleganjur ini, menjadi motivasi desa pakraman untuk ajang kreativitas sekaligus melestarikan seni.

Rangkaian siat Sampian ini diawali ratusan warga mendatangi pura yang dikenal sebagai tempat penyatuan sekte hingga  tercetus desa pakraman dan kahyangan tiga di Bali itu.

Warga sudah berdatangan sejak pagi hari. Warga kemudian bersembahyang sekaligus menyaksikan prosesi siat sampian, parade baleganjur dan  selanjutnya mengiringi Ida Bhatara Manca kembali ke pura masing-masing.

Untuk diketahui, saat upacara di Pura Samuan Tiga, para batara dari pura-pura yang ada di Gianyar didatangkan ke Samuan Tiga.

Siat sampaian kemudian diikuti oleh ratusan warga. Mereka saling lempar dan pukul dengan sampian dari janur yang sudah disiapkan.

Sebelum puncak siat sampian, warga mengelilingi halaman pura. Para warga yang berlarian mengelilingi pura saling berpegangan membentuk pola ombak, mereka juga berusaha menggapai bangunan suci sebanyak tiga kali.

Adapun rangkaian upacara Bhatara Turun Kabeh selanjutnya, dilaksanakan bhakti penganyaran oleh kabupaten dan kota se Bali secara bergiliran.

Kemudian pada tanggal 29 April Ida Bhatara Manca kembali mendatangi Pura Samuan Tiga untuk dilanjutkan upacara melis ngubeng.

Selanjutnya pada 30 April Ida Bhatara Manca kembali pulang dan upacara ditutup. Selanjutnya pada 2 Mei  pecaruan nyaga nyaga nyepi karya dan tanggal 3 Mei  dilanjutkan penyepian karya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/