25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:42 AM WIB

Navicula Kritik Manusia Zaman Now Lewat Di Depan Layar

DENPASAR – Navicula baru saja merilis album ke sembilan mereka pada 10 November lalu. Lagu berjudul Earthship memiliki tema kuat dengan unsur-unsur sosial, dan lingkungan.

Salah satu dari 10 lagu band beraliran grunge ini yang cukup menarik yakni “Di Depan Layar” yang disertai peluncuran klip garapan Erick Est dengan konsep hologram.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, vokalis Gede Robi Supriyanto mengatakan, lagu tersebut dia ciptakan atas dasar keresahan yang saat dialami kebanyakan orang termasuk para personil Navicula sendiri.

Arus perkembangan teknologi internet yang diakses melalui gadget justru membuat manusia saat ini bergantung pada layar handphone.

“Kami buat lebih spesifik itu, untuk media sosial,” tutur Robi. Robi menjelaskan, keberadaan media sosial memiliki nilai positif yakni mempermudah hidup dan juga bisa memperluas orang membangun jaringan jika dipergunakan secara bijak.

Namun dampak negatifnya, kata dia, banyak orang justru mengalami kecanduan dan tidak memberi manfaat.

“Berselancar di dunia medsos berlama-lama sampai tidak sempat untuk berinteraksi dengan manusia. Interaksi dengan manusia justru banyak terjadi di dunia maya ketimbang secara langsung,” katanya.

Robi mengaku, fakta ini juga terjadi pada dirinya dan beberapa personil Navicula. Untuk itu, terselip lirik Ku akui ku juga penggemar fantasi, Tapi kutahu itu semua ilusi.

“Kondisi ketergantungan dengan medsos ini membuat kemampuan orang dalam berkomunikasi secara langsung jadi berkurang.

Padahal aksi nyata itu sangat dibutuhkan, dan itu menjadi tolak ukur kedewasaan ketika kita menghadapi langsung sebuah masalah,” terangnya.

Padahal, tidak semua hal bisa dilakukan lewat dunia maya. Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dengan aksi nyata.

Kondisi ini menjadikan orang berlindung dibalik medsos atas apa yang dialami. “Bisa saja jiwanya lagi terguncang, tapi di medsos justru terlihat baik-baik saja,” katanya.

Kondisi ini juga diperparah ketika saat bertemu pun masih sibuk dengan handphone masing-masing. Dia mengakui sendiri, ketika kebersamaan waktu dengan teman dan keluarga jadi berkurang.

Karena ada saja, keinginan untuk membuka handphone bermain medsos. “Makanya sampai ada aturan di meja makan atau saat waktu bersama keluarga tidak ada handphone. Sehingga bisa lebih intim,” tuturnya.

Menurutnya, penggunaan medsos bisa mendatangkan banyak manfaat ketika digunakan secara bijak. Misalnya mempermudah bisnis atau menambah networking. Intinya internet ini akan bermanfaat kalau dipergunakan secara bijak,” tandasnya.

 

DENPASAR – Navicula baru saja merilis album ke sembilan mereka pada 10 November lalu. Lagu berjudul Earthship memiliki tema kuat dengan unsur-unsur sosial, dan lingkungan.

Salah satu dari 10 lagu band beraliran grunge ini yang cukup menarik yakni “Di Depan Layar” yang disertai peluncuran klip garapan Erick Est dengan konsep hologram.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, vokalis Gede Robi Supriyanto mengatakan, lagu tersebut dia ciptakan atas dasar keresahan yang saat dialami kebanyakan orang termasuk para personil Navicula sendiri.

Arus perkembangan teknologi internet yang diakses melalui gadget justru membuat manusia saat ini bergantung pada layar handphone.

“Kami buat lebih spesifik itu, untuk media sosial,” tutur Robi. Robi menjelaskan, keberadaan media sosial memiliki nilai positif yakni mempermudah hidup dan juga bisa memperluas orang membangun jaringan jika dipergunakan secara bijak.

Namun dampak negatifnya, kata dia, banyak orang justru mengalami kecanduan dan tidak memberi manfaat.

“Berselancar di dunia medsos berlama-lama sampai tidak sempat untuk berinteraksi dengan manusia. Interaksi dengan manusia justru banyak terjadi di dunia maya ketimbang secara langsung,” katanya.

Robi mengaku, fakta ini juga terjadi pada dirinya dan beberapa personil Navicula. Untuk itu, terselip lirik Ku akui ku juga penggemar fantasi, Tapi kutahu itu semua ilusi.

“Kondisi ketergantungan dengan medsos ini membuat kemampuan orang dalam berkomunikasi secara langsung jadi berkurang.

Padahal aksi nyata itu sangat dibutuhkan, dan itu menjadi tolak ukur kedewasaan ketika kita menghadapi langsung sebuah masalah,” terangnya.

Padahal, tidak semua hal bisa dilakukan lewat dunia maya. Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dengan aksi nyata.

Kondisi ini menjadikan orang berlindung dibalik medsos atas apa yang dialami. “Bisa saja jiwanya lagi terguncang, tapi di medsos justru terlihat baik-baik saja,” katanya.

Kondisi ini juga diperparah ketika saat bertemu pun masih sibuk dengan handphone masing-masing. Dia mengakui sendiri, ketika kebersamaan waktu dengan teman dan keluarga jadi berkurang.

Karena ada saja, keinginan untuk membuka handphone bermain medsos. “Makanya sampai ada aturan di meja makan atau saat waktu bersama keluarga tidak ada handphone. Sehingga bisa lebih intim,” tuturnya.

Menurutnya, penggunaan medsos bisa mendatangkan banyak manfaat ketika digunakan secara bijak. Misalnya mempermudah bisnis atau menambah networking. Intinya internet ini akan bermanfaat kalau dipergunakan secara bijak,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/