26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:26 AM WIB

Olok-olok Premanisme di Panggung Bondres

DENPASAR – Ada yang menarik dari pertunjukan Sekaa (kelompok) Bondres Satya Bandhu Kencana, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat.

Selaku wakil Kota Denpasar, mengangkat kisah menarik yang bertajuk Premanisme dalam lomba bondres antarkabupaten/kota se- Bali di pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40, kemarin (25/6).

Meski secara umum tema ini membahas tentang premanisme dalam masyarakat, namun dalam bondres, ini benang merahnya merujuk pada praktik tindak kekerasan.

Kejadian yang bisa muncul sehari-hari di dalam kehidupan berumah tangga. AA Ngurah Tresna Adnyana, selaku panitia dari perwakilan Denpasar mengatakan, tema ini memang sengaja diangkat dari kehidupan sehari-hari.

Di lingkungan masyarakat saat ini masih banyak masalah yang terjadi seperti aksi premanisme. Apalagi di kota Denpasar.

“Ya, selain kasus KDRT, saat ini juga masih banyak terjadi aksi pemalakan atau aksi yang berhubungan premanisme lainnya,” katanya.

Kekerasan yang sering didengar atau terlihat di depan mata, tapi tak kunjung tuntas pemberantasannya.

Meski membahas tema yang cukup serius, di dalam cerita ini terselip sejumlah pesan positif yang dibalut dengan banyolan-banyolan.

Penuh spontanitas nan khas ala bondres. Sementara itu, untuk memaksimalkan diri dalan mengikuti lomba tersebut, persiapan dilakukan wakil Denpasar dengan memakan waktu tidak kurang dari empat, sampai enam bulan lamanya.

“Yang terakhir kami gelar latihan gabungan antara penari dan penabuh,” tuturnya. Dia mengaku tidak ada kesulitan dalam persiapan sebelum lomba.

Pasalnya, individu yang terlibat adalah mereka yang sudah biasa terlibat dalam bondres.  “Kami tidak terlalu menargetkan juara. Itu urusan belakangan. Yang terpenting, kami bisa menghibur masyarakat,” akunya, seusai pementasan.

Saat ditanya terkait hubungannya dengan tema PKB, Tresna Adnyana menyampaikan bahwa di dalam diri manusia ada sifat amarah seperti api.

Api ini sejatinya bisa dikendalikan dengan bijak, diarahkan ke hal positif. Tapi, bila diumbar semaunya, tentu akibatnya tidak baik.

“Pesannya, api ini jangan diarahkan ke hal negatif seperti premanisme,” tandasnya. Para peserta dari wakil Kota Denpasar ini pun umumnya datang dari kalangan muda yang usianya rata-rata 20 tahunan.

Mereka terdiri dari 15 orang penabuh dan 5 orang penari. 

DENPASAR – Ada yang menarik dari pertunjukan Sekaa (kelompok) Bondres Satya Bandhu Kencana, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat.

Selaku wakil Kota Denpasar, mengangkat kisah menarik yang bertajuk Premanisme dalam lomba bondres antarkabupaten/kota se- Bali di pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40, kemarin (25/6).

Meski secara umum tema ini membahas tentang premanisme dalam masyarakat, namun dalam bondres, ini benang merahnya merujuk pada praktik tindak kekerasan.

Kejadian yang bisa muncul sehari-hari di dalam kehidupan berumah tangga. AA Ngurah Tresna Adnyana, selaku panitia dari perwakilan Denpasar mengatakan, tema ini memang sengaja diangkat dari kehidupan sehari-hari.

Di lingkungan masyarakat saat ini masih banyak masalah yang terjadi seperti aksi premanisme. Apalagi di kota Denpasar.

“Ya, selain kasus KDRT, saat ini juga masih banyak terjadi aksi pemalakan atau aksi yang berhubungan premanisme lainnya,” katanya.

Kekerasan yang sering didengar atau terlihat di depan mata, tapi tak kunjung tuntas pemberantasannya.

Meski membahas tema yang cukup serius, di dalam cerita ini terselip sejumlah pesan positif yang dibalut dengan banyolan-banyolan.

Penuh spontanitas nan khas ala bondres. Sementara itu, untuk memaksimalkan diri dalan mengikuti lomba tersebut, persiapan dilakukan wakil Denpasar dengan memakan waktu tidak kurang dari empat, sampai enam bulan lamanya.

“Yang terakhir kami gelar latihan gabungan antara penari dan penabuh,” tuturnya. Dia mengaku tidak ada kesulitan dalam persiapan sebelum lomba.

Pasalnya, individu yang terlibat adalah mereka yang sudah biasa terlibat dalam bondres.  “Kami tidak terlalu menargetkan juara. Itu urusan belakangan. Yang terpenting, kami bisa menghibur masyarakat,” akunya, seusai pementasan.

Saat ditanya terkait hubungannya dengan tema PKB, Tresna Adnyana menyampaikan bahwa di dalam diri manusia ada sifat amarah seperti api.

Api ini sejatinya bisa dikendalikan dengan bijak, diarahkan ke hal positif. Tapi, bila diumbar semaunya, tentu akibatnya tidak baik.

“Pesannya, api ini jangan diarahkan ke hal negatif seperti premanisme,” tandasnya. Para peserta dari wakil Kota Denpasar ini pun umumnya datang dari kalangan muda yang usianya rata-rata 20 tahunan.

Mereka terdiri dari 15 orang penabuh dan 5 orang penari. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/