25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:20 AM WIB

Bikin Wayang Kulit Itu Sulit, Ini Resep Khusus Dalang Sembroli…

SINGARAJA – Membuat wayang kulit tak semudah yang dibayangkan. Para dalang pun masih relatif kesulitan membuat wayang kulit.

Mengingat dibutuhkan teknik khusus dan kesabaran ekstra saat membuat wayang. Pengalaman membuat wayang kulit, dibagikan secara khusus oleh Gusti Made Aryana di Rumah Belajar Komunitas Mahima, siang kemarin (26/5).

Pria yang akrab disapa Dalang Sembroli itu, memberikan workshop membuat wayang kulit pada para pemuda yang berminat mengetahui teknik tersebut.

Para peserta diberikan pelatihan yang sangat dasar. Mulai dari menggambar motif wayang, hingga memahat wayang.

Mengingat pelatihan diberikan pada pemula, workshop dilakukan dengan media kertas, bukan media kulit.

Sembroli mengatakan, pelatihan kemarin hanya semacam pengantar pada masyarakat. Menurutnya membuat wayang kulit merupakan pengetahuan yang cukup rumit dan harus dilatih dalam waktu yang cukup lama.

Bahkan, untuk benar-benar andal, butuh waktu lebih dari 24 jam. “Saya hanya membagikan pengetahuan yang benar-benar dasar. Siapa tahu ada yang nanti berminat membuat wayang kulit,” katanya.

Selain digunakan untuk kerajinan, teknik itu juga bisa digunakan untuk mengembangkan seni pertunjukan modern.

“Sekarang kan banyak pertunjukan modern yang menggunakan media layar atau screen. Siapa tahu teknik ini bisa dikembangkan dengan membuat teknik-teknik tertentu,” imbuh Sembroli.

Menurutnya, selama ini memang tak banyak dalang yang memiliki kemampuan membuat wayang kulit. Dalam artian membuat wayang dari awal hingga akhir.

Meski begitu, ia tak memungkiri para dalang sebaiknya tahu dasar-dasar pembuatan wayang kulit.

“Sebagai dalang alangkah baiknya tahu. Tujuannya ketika ada wayang kita yang rusak-rusak sedikit, kan bisa servis sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut Sembroli mengatakan, saat ini perajin wayang kulit tradisi bisa dibilang setengah hidup. Penyebabnya, konsumen mereka berasal dari kalangan terbatas.

Meski terbatas, dia berharap ada pemuda yang berminat menggeluti pengetahuan tersebut. Sehingga ada pengembangan maupun inovasi, baik dalam karakter maupun penokohan. 

SINGARAJA – Membuat wayang kulit tak semudah yang dibayangkan. Para dalang pun masih relatif kesulitan membuat wayang kulit.

Mengingat dibutuhkan teknik khusus dan kesabaran ekstra saat membuat wayang. Pengalaman membuat wayang kulit, dibagikan secara khusus oleh Gusti Made Aryana di Rumah Belajar Komunitas Mahima, siang kemarin (26/5).

Pria yang akrab disapa Dalang Sembroli itu, memberikan workshop membuat wayang kulit pada para pemuda yang berminat mengetahui teknik tersebut.

Para peserta diberikan pelatihan yang sangat dasar. Mulai dari menggambar motif wayang, hingga memahat wayang.

Mengingat pelatihan diberikan pada pemula, workshop dilakukan dengan media kertas, bukan media kulit.

Sembroli mengatakan, pelatihan kemarin hanya semacam pengantar pada masyarakat. Menurutnya membuat wayang kulit merupakan pengetahuan yang cukup rumit dan harus dilatih dalam waktu yang cukup lama.

Bahkan, untuk benar-benar andal, butuh waktu lebih dari 24 jam. “Saya hanya membagikan pengetahuan yang benar-benar dasar. Siapa tahu ada yang nanti berminat membuat wayang kulit,” katanya.

Selain digunakan untuk kerajinan, teknik itu juga bisa digunakan untuk mengembangkan seni pertunjukan modern.

“Sekarang kan banyak pertunjukan modern yang menggunakan media layar atau screen. Siapa tahu teknik ini bisa dikembangkan dengan membuat teknik-teknik tertentu,” imbuh Sembroli.

Menurutnya, selama ini memang tak banyak dalang yang memiliki kemampuan membuat wayang kulit. Dalam artian membuat wayang dari awal hingga akhir.

Meski begitu, ia tak memungkiri para dalang sebaiknya tahu dasar-dasar pembuatan wayang kulit.

“Sebagai dalang alangkah baiknya tahu. Tujuannya ketika ada wayang kita yang rusak-rusak sedikit, kan bisa servis sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut Sembroli mengatakan, saat ini perajin wayang kulit tradisi bisa dibilang setengah hidup. Penyebabnya, konsumen mereka berasal dari kalangan terbatas.

Meski terbatas, dia berharap ada pemuda yang berminat menggeluti pengetahuan tersebut. Sehingga ada pengembangan maupun inovasi, baik dalam karakter maupun penokohan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/