RadarBali.com – Sebanyak 20 lukisan milik seniman I Wayan Kun Adnyana di pamerkan di Neka Art Museum Ubud.
Mengusung tema Candra Sangkala, karya yang dipamerkan sejak Kamis (26/10) malam hingga 26 November mendatang ini adalah karya-karya yang dalam penciptaannya melewati proses yang unik.
Bagaimana tidak? Bak arkeolog, dosen ISI Denpasar ini terlebih dahulu melakukan riset terhadap sejumlah relief
(seni pahat dan ukiran yang ada pada candi, kuil, monumen dan tempat bersejarah) sebelum akhirnya mulai menumpahkan imajinasinya di atas kanvas.
Selama 1 tahun lamanya, Kun melakukan riset terhadap sejumlah relief yang ada di Bali. Usai melakukan riset, dia kemudian mulai kembali menceritakan hiatory dari relief yang ditemukannya menjadi karya lukis yang bernilasi seni tinggi.
Diwawancara di sela pembukaan pameran, Kun mengatakan jika bagian tersulit dalam proses terciptanya karya-karyanya
tersebut saat dirinya menerjemahkan relief yang ditemukannya dari sejumlah obyek bersejarah di Bali ke dalam karya lukis.
Dalam menerjemahkan relief yang ditemukannya, Kun menggunakan buku Monumental Bali: Introduction to Balinese Archaeology & Guide to the Monuments karya August Johan Bernet Kempers.
“Di sana letak proses yang cukup sulit,” ujarnya. Pengerjaan karya-karya ini pun digubah dengan menggunakan 5 teknik pendekatan yang memudahkannya melahirkan karya lukis secara utuh.
Ke 5 teknik yang dipakainya yakni teknik cutting, coloring, smashing, highlighting dan yang terakhir adalah teknik drawing.
“Saya juga mengelompokkan karya saya menjadi dua yakni interior dan eksterior yang secara keseluruhannya mencerikan tentang kehidupan sehari-hari,” tambah seniman muda ini.
Sementara sang kurator, Warih Wisatsana menganggap jika Kun bukanlah perupa biasa. Kun disebutnya sebagai seorang perupa yang berkarya berdasarkan riset.
“Saya ibaratkan Kun itu sebagai seorang arkeolog, dimana dia melakukan riset terlebih dahulu sebelum menuangkan idenya di atas media kanvas,”tandasnya.