29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:40 AM WIB

Lestarikan Warisan Leluhur, Gelar Mekincang-Kincung, Ini Maknanya…

GIANYAR – Warga Banjar Patas, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, menggelar tradisi Mekincang-Kincung, Sabtu malam (27/10) lalu.

Tradisi bertepatan Pujawali di Pura Puseh Bale Agung itu menggambarkan masyarakat yang bekerja keras untuk meraih kesejahteraan.

Peserta yang mengikuti tradisi ini dari kalangan pemuda desa. Sebelum puncak tradisi, peserta mengelilingi penjor besar yang dibuat khusus setinggi lebih dari sepuluh meter.

Usai keliling penjor, peserta langsung memanjat penjor yang melambangkan kerja keras. Menurut Penyarikan Desa Pakraman Patas I Ketut Wija, di penjor tersebut terdapat sampian sebagai lambang kesuburan.

“Sampian itu harus diraih peserta dengan kerja keras berlomba naik penjor setelah melakukan gerakan memutar mengelilingi penjor,” ujar I Ketut Wija.

Kata dia, sampian penjor itu melambangkan kesejahteraan. “Jadi, filosofinya meraih sampian yang melambangkan kesejahteraan ini penuh dengan perjuangan,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu peserta, I Wayan Buda, mengaku lelah bercampur senang usai mengikuti tradisi yang digelar turun temurun itu.

Selama memanjat, dia mengaku kesulitan. Dengan sekuat tenaga, akhirnya dia mampu memperoleh sampian penjor.

“Susah naiknya, berlomba diantara teman dan licin bambunya,” ujar Buda. Setelah memperoleh sampian penjor, dia mengaku bangga karena bisa naik dan mendapatkan lambang kesejahteraan tersebut. “Senang bisa ikut,” tukasnya. 

GIANYAR – Warga Banjar Patas, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, menggelar tradisi Mekincang-Kincung, Sabtu malam (27/10) lalu.

Tradisi bertepatan Pujawali di Pura Puseh Bale Agung itu menggambarkan masyarakat yang bekerja keras untuk meraih kesejahteraan.

Peserta yang mengikuti tradisi ini dari kalangan pemuda desa. Sebelum puncak tradisi, peserta mengelilingi penjor besar yang dibuat khusus setinggi lebih dari sepuluh meter.

Usai keliling penjor, peserta langsung memanjat penjor yang melambangkan kerja keras. Menurut Penyarikan Desa Pakraman Patas I Ketut Wija, di penjor tersebut terdapat sampian sebagai lambang kesuburan.

“Sampian itu harus diraih peserta dengan kerja keras berlomba naik penjor setelah melakukan gerakan memutar mengelilingi penjor,” ujar I Ketut Wija.

Kata dia, sampian penjor itu melambangkan kesejahteraan. “Jadi, filosofinya meraih sampian yang melambangkan kesejahteraan ini penuh dengan perjuangan,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu peserta, I Wayan Buda, mengaku lelah bercampur senang usai mengikuti tradisi yang digelar turun temurun itu.

Selama memanjat, dia mengaku kesulitan. Dengan sekuat tenaga, akhirnya dia mampu memperoleh sampian penjor.

“Susah naiknya, berlomba diantara teman dan licin bambunya,” ujar Buda. Setelah memperoleh sampian penjor, dia mengaku bangga karena bisa naik dan mendapatkan lambang kesejahteraan tersebut. “Senang bisa ikut,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/