DENPASAR- Aura mistis sangat dirasakan oleh ribuan penonton di Pangung Terbuka Ardha Cadra, Taman Budaya, Bali Denpasar, Sabtu (29/9) malam.
Suasana angker itu, menyusul dengan pementasan tarian sakral “Tari Kecak Memedi”
Tari yang terakhir kali dipentaskan empat tahun silam atau tepatnya 2014, itu kembali dipentaskan oleh SMAN 2 Tabanan serangkaian Gelaran Bali Mandara Nawantya 2018.
Komposer yang juga penggagas ide pementasan, I Gusti Nengah Hari Mahardika ditemui usai pementasan, mengatakan, tari kecak Sang Hyang Memedi adalah tarian sakral penetralisir wabah penyakit dan kekuatan gaib atau penolak Bali. Tarian ini berasal dari desa Pangkung Karung, Tabanan.
“Tari ini mengedepankan hubungan kehidupan manusia dengan Asura dan mengedepankan keharmonisan skala niskala,” katanya.
Dalam prosesnya, lanjut Mahardika, tari Sang Hyang Memedi melibatkan tiga orang pelakon utama.
Ketiganya harus merupakan pria yang berambut panjang. Ketiganya harus rela menyerahkan diri ke Sang Hyang Memedi.
“Ketiganya diajak ke campuan (tiga pertemuan sungai).
Di sana diberikan nyanyian, dupa.
Ketiganya diarak keliling desa dengan maksud bisa menetralisir alam niskala maupun bukan nikskala,” tambah pria yang akrab disapa Gus Hari ini.
Usai diarak, ketiganya akan diajak ke pura dalam. Di sana mereka akan memadamkan api yang sebelumnya dinyalakan
Menurutnya, sejarah Tari Kecak Memedi Tari muncul di tahun1912 silam.
Namun tarian ini sangat jarang dipentaskan.
Baru pada tahun 2014 lalu, kata Gus Hari, tarian ini sempat kembali dipentaskan.
Namun setelahnya kembali hilang.
Hingga akhirnya, Gus Hari memiliki gagasan untuk mementaskan tari sakral ini di panggung megah Panggung Terbuka Ardha Candra.
Dijelaskan Gus Hari, tidak ada alat musik khusus dalam tari kecak Sang Hyang Memedi ini. Hanya menggunakan pengolah suara atau cak saja.
“Kalau dari segi kostum, kami menggunakan keraras (daun pisang kering) serta gelang di tangan dan kaki menggunakan akar-akar,” tambahnya.
Hal ini dilakukan karena Sang Hyang Memedi harus berkostum klasik atau yang terkesan kotor.
Sementara pentas tari sakral itu, melibatkan 180 orang pelajar SMA Negeri 2 Tabanan dan Karawitan Bism.