GIANYAR – Di tengah situasi pandemi covid-19, tak menyurutkan langkah Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Payangan untuk melakukan perawatan lontar.
Kali ini, lokasi perawatan lontar kuno itu berada di sebuah rumah di Banjar Pengaji, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan.
Lontar kuno yang dirawat kali ini bertema Wariga (Perhitungan Hari Baik) dan Usadha (Pengobatan).
Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Payangan I Wayan Suarmaja menyatakan, tetap melakukan perawatan lontar.
Di rumah itu sebanyak 41 cakep lontar dirawat. Itu dilakukan lantaran beberapa kondisi lontar sudah ada yang rusak. Karena tiga generasi penerus tidak ada yang menekuni.
“Total jumlah lontar yang dikoleksi itu ada 41 cakep, dengan beberapa embatan-embatan yang sudah rusak,” kata Suarmaja.
Pria yang juga Koordinator Penyuluh Bahasa Bali tingkat provinsi itu memaparkan, isi lontar kebanyakan tentang wariga.
Yakni mengarah ke Pebayuhan Oton atau Tenung Paweton. Selain itu terdapat juga lontar yang berkaitan dengan Usadha.
Meski sejak tiga generasi sampai saat ini tidak ada yang menekuni, namun saat ini masih disimpan dengan baik.
“Kami di Penyuluh Bahasa Bali melaksanakan kegiatan ini direncanakan dua kali. Karena jumlah naskah yang cukup banyak.
Dan tim yang turun juga terbatas, mengingat situasi saat ini di tengah pandemi,” jelasnya. Saat pandemi, mereka turun dengan menerapkan protokol kesehatan.
“Saat melakukan perawatan naskah kami hanya turun bersama delapan orang, dan semua menggunakan protokol kesehatan,” terangnya.
Suarmaja juga menjelaskan di tengah pandemi saat ini pihaknya mengaku belum bisa memaksimalkan kegiatan.
Terutama dalam perawatan lontar ke lapangan secara langsung. Sebab dibatasi dengan prosedur dan protokol kesehatan.
Sehingga pihaknya lebih memanfaatkan pemberian materi atau pemahaman terkait Bahasa Bali melalui media sosial, dan pembahasan secara virtual.
“Selama pandemi, kegiatan kami juga tidak bisa maksimal. Karena ruang gerak terbatas,” pungkasnya.