32.6 C
Jakarta
25 April 2024, 13:56 PM WIB

Sarang WN Tiongkok Sindikat Penipuan Online Dulu Jadi Rumah Ibadah

DENPASAR – Polda Bali kembali menggerebek warga Tiongkok di tiga tempat berbeda Selasa (1/5) siang lalu pukul 13.30.

Tim awalnya mengobok-obok Perumahan Mutiara Abianbase 1, Mengwi, Badung. Di sini digerebek 49 orang, 5 WNI (2 perempuan dan 3 laki-laki), dan 44 WNA asal Tiongkok (7 perempuan dan 37 laki-laki).

Penggerebekan selanjutnya petugas mengamankan 32 orang pelaku di Jalan Bedahulu XI/ 39 Denpasar. Dengan rincian 4 WNI (2 perempuan dan 2 laki-laki), dan 28 WNA Tiongkok (3 perempuan dan 25 laki-laki).

Penggerebekan terakhir di Jalan Gatsu I /9 Denpasar tersangka berjumlah 33 orang.  Antara lain terdiri dari 2 WNI (1 perempuan dan 1 laki-laki), dan 31 WNA asal Tiongkok (1 perempuan dan 30 laki-laki).

Fakta lain berhasil dihimpun Jawa Pos Radar Bali terkait status rumah mewah berlantai II di Perumahan Mutiara, Banjar Semate, Kelurahan Abianbase, Mengwi, Badung.

Rumah ini ternyata milik Hendrik Pardede. Dulunya sempat dijadikan tempat ibadah. Namun, belakangan malah dijadikan markas sindikat penipuan online lintas negara.

Bendesa adat setempat I Gede Suryadi, 54, menerangkan bahwa  penggerebekan yang dilakukan tim gabungan dari Polda Bali itu membuatnya terkejut.

Sejatinya selama ini rumah milik warga Medan, Sumatra Utara yang juga pengembang perumahan itu pernah digunakan sebagai tempat ibadah.

“Dulu, rumah tersebut masih terbuka dengan kedatangan petugas pecalang yang melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Belakangan semakin tertutup dan tidak diperbolehkan lagi,” tambahnya.

Dirinya sendiri sama sekali tidak menaruh curiga rumah tersebut digunakan oleh sindikat cyber crime itu. Pasalnya, tidak ada aktivitas yang tampak terlihat dari luar.

Kesibukan dan suara peranti komunikasi para pengguna telepon  tidak terdengar lantaran menggunakan peredam suara.

“Penghuninya tidak terlihat selama ini. Hanya ada satu perubahan dari rumah yakni antena yang tinggi di samping rumah,” sebutnya saat ditemui di kawasan TKP.

Ketua Pecalang Banjar Semate I Putu Sutresna, 57, mengaku kerap memeriksa KTP pendatang yang berada di wilayah tersebut, termasuk di rumah yang digerebek.

 Selama ini, pemeriksaan berjalan sesuai dengan aturan dan mengambil foto kopi KTP penghuninya.

“Dari dulu sejak dibangun, lokasi ini aman. Sehingga kami pun akhir-akhir ini jarang memantau ke dalam. Ke depan, kami akan melakukan pemantauan lagi,” kilahnya.

DENPASAR – Polda Bali kembali menggerebek warga Tiongkok di tiga tempat berbeda Selasa (1/5) siang lalu pukul 13.30.

Tim awalnya mengobok-obok Perumahan Mutiara Abianbase 1, Mengwi, Badung. Di sini digerebek 49 orang, 5 WNI (2 perempuan dan 3 laki-laki), dan 44 WNA asal Tiongkok (7 perempuan dan 37 laki-laki).

Penggerebekan selanjutnya petugas mengamankan 32 orang pelaku di Jalan Bedahulu XI/ 39 Denpasar. Dengan rincian 4 WNI (2 perempuan dan 2 laki-laki), dan 28 WNA Tiongkok (3 perempuan dan 25 laki-laki).

Penggerebekan terakhir di Jalan Gatsu I /9 Denpasar tersangka berjumlah 33 orang.  Antara lain terdiri dari 2 WNI (1 perempuan dan 1 laki-laki), dan 31 WNA asal Tiongkok (1 perempuan dan 30 laki-laki).

Fakta lain berhasil dihimpun Jawa Pos Radar Bali terkait status rumah mewah berlantai II di Perumahan Mutiara, Banjar Semate, Kelurahan Abianbase, Mengwi, Badung.

Rumah ini ternyata milik Hendrik Pardede. Dulunya sempat dijadikan tempat ibadah. Namun, belakangan malah dijadikan markas sindikat penipuan online lintas negara.

Bendesa adat setempat I Gede Suryadi, 54, menerangkan bahwa  penggerebekan yang dilakukan tim gabungan dari Polda Bali itu membuatnya terkejut.

Sejatinya selama ini rumah milik warga Medan, Sumatra Utara yang juga pengembang perumahan itu pernah digunakan sebagai tempat ibadah.

“Dulu, rumah tersebut masih terbuka dengan kedatangan petugas pecalang yang melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Belakangan semakin tertutup dan tidak diperbolehkan lagi,” tambahnya.

Dirinya sendiri sama sekali tidak menaruh curiga rumah tersebut digunakan oleh sindikat cyber crime itu. Pasalnya, tidak ada aktivitas yang tampak terlihat dari luar.

Kesibukan dan suara peranti komunikasi para pengguna telepon  tidak terdengar lantaran menggunakan peredam suara.

“Penghuninya tidak terlihat selama ini. Hanya ada satu perubahan dari rumah yakni antena yang tinggi di samping rumah,” sebutnya saat ditemui di kawasan TKP.

Ketua Pecalang Banjar Semate I Putu Sutresna, 57, mengaku kerap memeriksa KTP pendatang yang berada di wilayah tersebut, termasuk di rumah yang digerebek.

 Selama ini, pemeriksaan berjalan sesuai dengan aturan dan mengambil foto kopi KTP penghuninya.

“Dari dulu sejak dibangun, lokasi ini aman. Sehingga kami pun akhir-akhir ini jarang memantau ke dalam. Ke depan, kami akan melakukan pemantauan lagi,” kilahnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/