DENPASAR – Terkuak sudah aksi pemicu bentrok sesama perantau asal Sumba, NTT yang terjadi di Jalan Tukad Balian Rabu (5/6) sekitar pukul 13.00.
Dari hasil penyelidikan sementara, bentrok bermotif gaji yang belum dibayar. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa saling lempar menggunakan batu dan saling kejar-kejaran memegang pedang.
Hanya terdapat korban materil. Sebab, terdapat rumah yang dirusak pelaku berikut kendaraan warga terkena lemparan batu.
Menurut informasi, peristiwa yang menggegerkan warga dan media sosial berlangsung ketika datang sekelompok orang
Sumba kurang lebih 9 sampai 10 orang ke lokasi proyek Jalan Tukad Balian di sebelah warung Solin Nomor. 129, Renon, Densel Rabu (5/6) sekitar pukul 13.00.
Para buruh proyek ini datang membawa sajam dan mencari mandor proyek yang akrab disapa Pak Anom.
Di lokasi kejadian, sejumlah buruh proyek yang juga asal dari Sumba, NTT, yang dipimpin Yosep Cs ini menjelaskan kepada para pria pembawa sajam dan batu itu bahwa Pak Anom tidak ada di tempat.
Di sana, terlibat aksi sambung mulut dan aksi saling dorong mengakibatkan aksi saling lempar dan kejar-kejaran.
“Sekelompok orang Sumba yang membawa sajam tersebut ternyata merusak proyek dan menyerang buruh proyek yang berada di proyek Pak Anom,” kata sumber.
Para pria yang datang menyerang itu berhasil dipukul mundur dari dalam lokasi proyek hingga ke jalan umum.
Aksi saling lempar pun tak terhindarkan sehingga rumah dan kendaraan sepeda motor milik Wayan Merta, 42, rusak akibat terkena batu akibat bentrokan tersebut.
Warga yang melihat kejadian tersebut langsung melapor ke Mapolsek Denpasar Selatan. Ada juga warga yang mengunggah foto dan video ke medsos sehingga masalah tersebut ramai di dunia maya.
Polisi langsung mendatangi TKP dan mengamankan 8 orang pria asal Sumba. Setelah diamankan, polisi beserta Pol PP melakukan penyidakan terhadap perantau sumba yang tak ber KTP.
Selain 8 orang pelaku, Pol PP juga mengamankan puluhan perantau asal Sumba diduga tidak ber KTP untuk dilakukan pendataan.
“Kami sudah mintai keterangan pelaku dan katanya, permasalahan ini mereka sempat mengadukan ke pihak pengurus Flobamora.
Namun, tidak bisa mengatasi masalah dan memberikan solusi lalu pelaku pelaku penyerangan,” timpal sumber.
Kapolsek Denpasar Selatan Kompol I Nyoman Wirajaya membenarkan terkait adanya peristiwa memalukan tersebut.
Yang mana, sesama Sumba yang seharusnya saling sayang, justru saling serang antara Kelompok Sumba di bawah kendali Pak Anom dan Kelompok Sumba di bawah Kendali Pak Hendrik.
“Mereka ini (para pelaku) tinggal di bedeng proyek Tukat Badung. Info yang mereka dapat, gaji mereka sampai saat ini belum diberi.
Tapi, gaji dari buruh (kelompok Sumba) di Tukat Balian sudah diberikan sehingga mereka datang ke TKP untuk meminta sisa gaji 15 hari terakhir,” tutur Kapolsek.
Dijelaskan Kapolsek, ana kelompok Sumba yang mandornya di bawah Pak Anom mengaku sudah gajian. Sedang kelompok Sumba di bawah mandor Pak Hendrik belum gajian lantaran keburu ditinggal mudik ke Jawa.
Saat di TKP, teman Sumba yang sudah gajian melarang anak buah Pak Hendrik untuk mengadakan aksi demo.
“Mereka lalu diusir. Yang di usir sempat katanya di todong pisau oleh sumba kelompok Pak Anom. Karena itu mereka pulang dan kembali melakukan penyerangan,” beber Kapolsek.