34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 15:02 PM WIB

Tak Pakai Baju Adat Bali, Aniaya Pelajar, Kepala Sekolah Dipolisikan

SEMARAPURA – Citra dunia pendidikan Bumi Serombotan, Klungkung tercoreng. Hal ini terjadi setelah Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung,

I Gusti Made Suberata dipolisikan salah seorang siswinya, Ni Komang Putri, 19 asal Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, kemarin (9/5).

Suberata dilaporkan ke Polres Klungkung lantaran dugaan penganiayaan yang dilakukan kepada siswi IPB Kelas XII tersebut.

Putri yang ditemui di kediamannya, Desa Tojan membenarkan jika ia telah melaporkan Kepala Sekolahnya itu ke Polres Klungkung atas dugaan penganiayaan.

Menurut Putri, peristiwa itu berawal ketika ia sedang berbaris bersama teman-teman yang lain untuk mengikuti kegiatan pelepasan siswa kelas XII.

Namun, karena tidak menggunakan pakaian adat Bali wanita, ia pun diminta untuk keluar dari barisan.

“Karena rambut saya pendek dan setiap menggunakan spray rambut saya sakit kepala, sehingga rambut saya tidak bisa disanggul.

Jadi, saya putuskan pakai setelan jas. Pakaian saya rapi kok dan menurut saya tidak mempengaruhi berjalannya graduation (pelepasan, Red),” katanya.

Lantaran diminta keluar dari barisan, ia pun akhirnya memilih duduk di dekat acara. Saat sedang duduk, dia dilihat oleh salah seorang gurunya, I Gusti Ngurah Sanjaya.

Sanjaya pun bertanya kenapa Putri tidak ikut berbaris dan oleh Putri dijelaskan bahwa ia diminta keluar dari barisan lantaran tidak berpakaian adat Bali.

Tidak sampai di sana, Sanjaya juga menasihati Putri namun dengan nada yang tinggi sehingga membuat ia malu karena diperhatikan dengan orang sekitar.

“Karena saya malu dibentak-bentak, saya tanya balik, “Kok bapak jengat (berkata dengan nada tinggi, Red)”. Terus datang kepala sekolahnya,” ungkapnya.

Tanpa basa-basi, menurutnya, Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, I Gusti Made Suberata itu datang dan menarik tangannya.

Tidak hanya itu, Suberata juga menjambak rambut dan mengocok kepala Putri dan lalu menariknya ke ruang Tata Usaha (TU).

Saat tiba di ruang TU, tangan Putri ditarik sangat keras sehingga tubuhnya langsung terhempas jatuh ke lantai. “Mulut saya langsung terbentur ke lantai dan keluar darah,” terang siswi berambut pendek itu.

Karena tidak terima atas perlakukan guru dan kepala sekolahnya itu, Putri langsung mencoba untuk menghubungi ayahnya, Wayan Suta Sudana.

Saat mencoba menghubungi ayahnya, ia mengaku dihalang-halangi sejumlah gurunya. “Langsung bapak saya datang setelah saya telepon.

Waktu bapak saya datang, kepala sekolah tidak ada seperti tidak pernah melakukan kesalahan apapun,” beber wanita tomboy tersebut.

Kakak Putri, Wayan Predi Astika, 25 menambahkan, setelah mendapatkan adiknya berdarah, ia pun lalu mengajak adiknya itu ke Polres Klungkung untuk melaporkan Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung tersebut.

Oleh pihak Polres Klungkung, adiknya diantar untuk melakukan visum. “Rekaman CCTV juga sudah diambil pihak Polres Klungkung.

Di sana terlihat saat adik saya dijambak. Cuma tidak ada rekaman saat dihempaskan di lantai TU padahal di sana ada CCTVnya juga,” ujarnya.

Astika mengaku tidak akan berdamai dengan Suberata. Sebab kekerasan fisik yang didapat adiknya di SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, bukan kali pertama didapatnya.

Dengan adanya laporan itu, ia berharap tidak ada lagi orang-orang yang mengalami hal serupa di sekolah tersebut. “Proses hukum harus berjalan,” tandasnya.

Kasatreskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan yang dikonfirmasi terpisah membenarkan bahwa siswa atas nama Putri telah melaporkan Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung

I Gusti Made Suberata atas dugaan penganiayaan sehingga oleh pihaknya langsung diantarkan untuk melakukan visum.

“Lalu kami tidak lanjuti dengan meminta keterangan saksi-saksi yang ada. Ada gurunya di sana. Seperti apa sih peristiwanya. Ada beberapa barang bukti yang telah diamankan,” tandasnya.

 

SEMARAPURA – Citra dunia pendidikan Bumi Serombotan, Klungkung tercoreng. Hal ini terjadi setelah Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung,

I Gusti Made Suberata dipolisikan salah seorang siswinya, Ni Komang Putri, 19 asal Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, kemarin (9/5).

Suberata dilaporkan ke Polres Klungkung lantaran dugaan penganiayaan yang dilakukan kepada siswi IPB Kelas XII tersebut.

Putri yang ditemui di kediamannya, Desa Tojan membenarkan jika ia telah melaporkan Kepala Sekolahnya itu ke Polres Klungkung atas dugaan penganiayaan.

Menurut Putri, peristiwa itu berawal ketika ia sedang berbaris bersama teman-teman yang lain untuk mengikuti kegiatan pelepasan siswa kelas XII.

Namun, karena tidak menggunakan pakaian adat Bali wanita, ia pun diminta untuk keluar dari barisan.

“Karena rambut saya pendek dan setiap menggunakan spray rambut saya sakit kepala, sehingga rambut saya tidak bisa disanggul.

Jadi, saya putuskan pakai setelan jas. Pakaian saya rapi kok dan menurut saya tidak mempengaruhi berjalannya graduation (pelepasan, Red),” katanya.

Lantaran diminta keluar dari barisan, ia pun akhirnya memilih duduk di dekat acara. Saat sedang duduk, dia dilihat oleh salah seorang gurunya, I Gusti Ngurah Sanjaya.

Sanjaya pun bertanya kenapa Putri tidak ikut berbaris dan oleh Putri dijelaskan bahwa ia diminta keluar dari barisan lantaran tidak berpakaian adat Bali.

Tidak sampai di sana, Sanjaya juga menasihati Putri namun dengan nada yang tinggi sehingga membuat ia malu karena diperhatikan dengan orang sekitar.

“Karena saya malu dibentak-bentak, saya tanya balik, “Kok bapak jengat (berkata dengan nada tinggi, Red)”. Terus datang kepala sekolahnya,” ungkapnya.

Tanpa basa-basi, menurutnya, Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, I Gusti Made Suberata itu datang dan menarik tangannya.

Tidak hanya itu, Suberata juga menjambak rambut dan mengocok kepala Putri dan lalu menariknya ke ruang Tata Usaha (TU).

Saat tiba di ruang TU, tangan Putri ditarik sangat keras sehingga tubuhnya langsung terhempas jatuh ke lantai. “Mulut saya langsung terbentur ke lantai dan keluar darah,” terang siswi berambut pendek itu.

Karena tidak terima atas perlakukan guru dan kepala sekolahnya itu, Putri langsung mencoba untuk menghubungi ayahnya, Wayan Suta Sudana.

Saat mencoba menghubungi ayahnya, ia mengaku dihalang-halangi sejumlah gurunya. “Langsung bapak saya datang setelah saya telepon.

Waktu bapak saya datang, kepala sekolah tidak ada seperti tidak pernah melakukan kesalahan apapun,” beber wanita tomboy tersebut.

Kakak Putri, Wayan Predi Astika, 25 menambahkan, setelah mendapatkan adiknya berdarah, ia pun lalu mengajak adiknya itu ke Polres Klungkung untuk melaporkan Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung tersebut.

Oleh pihak Polres Klungkung, adiknya diantar untuk melakukan visum. “Rekaman CCTV juga sudah diambil pihak Polres Klungkung.

Di sana terlihat saat adik saya dijambak. Cuma tidak ada rekaman saat dihempaskan di lantai TU padahal di sana ada CCTVnya juga,” ujarnya.

Astika mengaku tidak akan berdamai dengan Suberata. Sebab kekerasan fisik yang didapat adiknya di SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, bukan kali pertama didapatnya.

Dengan adanya laporan itu, ia berharap tidak ada lagi orang-orang yang mengalami hal serupa di sekolah tersebut. “Proses hukum harus berjalan,” tandasnya.

Kasatreskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan yang dikonfirmasi terpisah membenarkan bahwa siswa atas nama Putri telah melaporkan Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung

I Gusti Made Suberata atas dugaan penganiayaan sehingga oleh pihaknya langsung diantarkan untuk melakukan visum.

“Lalu kami tidak lanjuti dengan meminta keterangan saksi-saksi yang ada. Ada gurunya di sana. Seperti apa sih peristiwanya. Ada beberapa barang bukti yang telah diamankan,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/