27.2 C
Jakarta
1 Mei 2024, 6:00 AM WIB

Dewa Rai Akui Anaknya Kerap Kelayapan Hingga Dini Hari

RadarBali.com – Anggota DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dewa Rai, ayah kandung tersangka penusuk Prada Yanuar Setiawan, 20, siswa dikjur infanteri Pulaki – Singaraja, hingga tewas, Minggu (9/7) lalu, mengklaim selalu menjaga Dewa Komang DA dengan baik.

Bahkan, Dewa Rai mengklaim pengawasan Dewa Komang DA dilakukan ketat. Dewa Rai yang tinggal di kawasan perumahan elite di Jimbaran, itu setiap hari memantau anaknya jika keluar rumah.

Dewa Rai tak menampik jika Dewa Komang DA yang baru berusia 16 tahun kerap keluar malam bersama teman-temannya.

Setiap keluar malam pulang pukul 23.00. Namun, tidak jarang pulang hingga larut pukul 02.00, dini hari.

Saat malam kejadian diketahui jika DKDA baru pulang dari tempat hiburan malam di Bilangan Jalan Legian, Kuta.

Dewa Rai marah setiap anaknya pulang lewat pukul 24.00. Ketika malam kejadian, Dewa Rai sempat menelpon Dewa Komang DA.

Tapi teleponnya tak dijawab. Beberapa saat kembali dihubungi sambungan telepon Dewa Komang DA tidak aktif.

“Saya sudah punya firasat, pasti terjadi apa-apa karena sampai pukul 04.00 belum pulang. Ternyata firasat saya benar,” imbuh politisi asal Buleleng itu dengan nada lirih.

Apakah karena pengaruh lingkungan? Dewa Rai mengklaim lingkungan rumahnya sangat baik. Tapi, dia menduga pergaulan tidak baik datang dari teman sepermainan.

Dewa Rai mendapat kabar anaknya terlibat pengeroyokan Minggu (9/7) pagi, setelah didatangi anggota Polsek Kuta Selatan.

Dewa Rai yang keluar rumah membeli bubur ayam sudah ditunggui polisi. Polisi membawa pelaku lain teman Dewa Komang DA.

Pria 49 tahun itu kaget luar biasa setelah DKDA yang baru kelas X (satu SMA) itu disebut sebagai pelaku penusukan.

“Saya kira hanya mejaguran (baku hantam) biasa. Ternyata dia menusuk tentara sampai meninggal. Saya shock, tidak menyangka anak saya seperti itu,” ucapnya menyesal.

Kini, Dewa Rai hanya bisa bersedih dan menyesal. Anak yang diharapkan menjadi masa depan keluarga tersandung kriminalitas.

“Saya bina anak saya dari kecil, tapi sekarang hancur semua. Sekolah pasti gagal. Saya berharap ini menjadi pelajarnan bagi keluarga saya,” pungkasnya.

 

 

RadarBali.com – Anggota DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dewa Rai, ayah kandung tersangka penusuk Prada Yanuar Setiawan, 20, siswa dikjur infanteri Pulaki – Singaraja, hingga tewas, Minggu (9/7) lalu, mengklaim selalu menjaga Dewa Komang DA dengan baik.

Bahkan, Dewa Rai mengklaim pengawasan Dewa Komang DA dilakukan ketat. Dewa Rai yang tinggal di kawasan perumahan elite di Jimbaran, itu setiap hari memantau anaknya jika keluar rumah.

Dewa Rai tak menampik jika Dewa Komang DA yang baru berusia 16 tahun kerap keluar malam bersama teman-temannya.

Setiap keluar malam pulang pukul 23.00. Namun, tidak jarang pulang hingga larut pukul 02.00, dini hari.

Saat malam kejadian diketahui jika DKDA baru pulang dari tempat hiburan malam di Bilangan Jalan Legian, Kuta.

Dewa Rai marah setiap anaknya pulang lewat pukul 24.00. Ketika malam kejadian, Dewa Rai sempat menelpon Dewa Komang DA.

Tapi teleponnya tak dijawab. Beberapa saat kembali dihubungi sambungan telepon Dewa Komang DA tidak aktif.

“Saya sudah punya firasat, pasti terjadi apa-apa karena sampai pukul 04.00 belum pulang. Ternyata firasat saya benar,” imbuh politisi asal Buleleng itu dengan nada lirih.

Apakah karena pengaruh lingkungan? Dewa Rai mengklaim lingkungan rumahnya sangat baik. Tapi, dia menduga pergaulan tidak baik datang dari teman sepermainan.

Dewa Rai mendapat kabar anaknya terlibat pengeroyokan Minggu (9/7) pagi, setelah didatangi anggota Polsek Kuta Selatan.

Dewa Rai yang keluar rumah membeli bubur ayam sudah ditunggui polisi. Polisi membawa pelaku lain teman Dewa Komang DA.

Pria 49 tahun itu kaget luar biasa setelah DKDA yang baru kelas X (satu SMA) itu disebut sebagai pelaku penusukan.

“Saya kira hanya mejaguran (baku hantam) biasa. Ternyata dia menusuk tentara sampai meninggal. Saya shock, tidak menyangka anak saya seperti itu,” ucapnya menyesal.

Kini, Dewa Rai hanya bisa bersedih dan menyesal. Anak yang diharapkan menjadi masa depan keluarga tersandung kriminalitas.

“Saya bina anak saya dari kecil, tapi sekarang hancur semua. Sekolah pasti gagal. Saya berharap ini menjadi pelajarnan bagi keluarga saya,” pungkasnya.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/