24.1 C
Jakarta
18 September 2024, 8:36 AM WIB

Dr Amanda: Lebih Baik Lakukan Mediasi Dibanding Jalur Hukum

DENPASAR – Perkembangan media untuk komunikasi diakui memang ada pergeseran dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Pengamat yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel S.sos.,M.Si menjabarkan hal ini secara detail.

Menurut Dr Amanda, di daerah tertentu, penggunaan televisi masih tetap tinggi dan yang paling terasa dampak pengurangannya adalah media cetak.

“Mereka lebih banyak untuk mencari hiburan dan hiburan itu didapatkan di televisi. Maka dari itu, media massa memang sudah hampir dikalahkan oleh media sosial,” ujar Dr. Amanda, Kamis (13/8).

Menurutnya, ada penelitian yang menyebutkan pengguna yang nonton televisi juga sekarang waktunya lebih pendek dibandingkan dengan pengguna internet.

Meski demikian, Dr Amanda melihat masih ada kelemahan dan kekurangan di media sosial. Dimana bermunculan informasi yang hoax ataupun dikatakan informasi yang sumir.

“Nah media massa saat ini mestinya berperan sebagai media verifikasi atau memberikan informasi yang sebenarnya dari sebuah informasi yang tersebar di media sosial,” sebutnya.

Menurut Dr Amanda, media sosial sendiri sekarang memiliki ciri khas. Bahwa siapa yang menjadi sumbernya, terkadang tak mudah terindentifikasi semudah di media massa.

Oleh karena itu, sering kali, siapa yang menyebarkannya pun ikut dalam sebuah perkara dan dapat dijerat dengan hukum.

“Hal seperti ini banyak tak diketahui masyarakat. Jadinya perlu literasi digital tentang hukum yang bisa menjerat itu menjadi penting,” ujarnya.

Amanda mengakui bahwa banyak orang yang terjebak dengan undang-undang ITE. Namun kalau dilihat, banyak persoalan ini bisa dimediasi dengan permohonan maaf.

“Ya seperti penghinaan terhadap presiden, ketika mau dibawa ke jalur hukum, melakukan permohonan maaf ke pihak 

yang dijelekkan. Lebih baik kesitu juga sih, tapi itu tergantung penyidik atau yang melapor,” pungkasnya. 

DENPASAR – Perkembangan media untuk komunikasi diakui memang ada pergeseran dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Pengamat yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel S.sos.,M.Si menjabarkan hal ini secara detail.

Menurut Dr Amanda, di daerah tertentu, penggunaan televisi masih tetap tinggi dan yang paling terasa dampak pengurangannya adalah media cetak.

“Mereka lebih banyak untuk mencari hiburan dan hiburan itu didapatkan di televisi. Maka dari itu, media massa memang sudah hampir dikalahkan oleh media sosial,” ujar Dr. Amanda, Kamis (13/8).

Menurutnya, ada penelitian yang menyebutkan pengguna yang nonton televisi juga sekarang waktunya lebih pendek dibandingkan dengan pengguna internet.

Meski demikian, Dr Amanda melihat masih ada kelemahan dan kekurangan di media sosial. Dimana bermunculan informasi yang hoax ataupun dikatakan informasi yang sumir.

“Nah media massa saat ini mestinya berperan sebagai media verifikasi atau memberikan informasi yang sebenarnya dari sebuah informasi yang tersebar di media sosial,” sebutnya.

Menurut Dr Amanda, media sosial sendiri sekarang memiliki ciri khas. Bahwa siapa yang menjadi sumbernya, terkadang tak mudah terindentifikasi semudah di media massa.

Oleh karena itu, sering kali, siapa yang menyebarkannya pun ikut dalam sebuah perkara dan dapat dijerat dengan hukum.

“Hal seperti ini banyak tak diketahui masyarakat. Jadinya perlu literasi digital tentang hukum yang bisa menjerat itu menjadi penting,” ujarnya.

Amanda mengakui bahwa banyak orang yang terjebak dengan undang-undang ITE. Namun kalau dilihat, banyak persoalan ini bisa dimediasi dengan permohonan maaf.

“Ya seperti penghinaan terhadap presiden, ketika mau dibawa ke jalur hukum, melakukan permohonan maaf ke pihak 

yang dijelekkan. Lebih baik kesitu juga sih, tapi itu tergantung penyidik atau yang melapor,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/