AKBP Ni Nyoman Suartini menjadi satu-satunya kapolres pertama di Bali dari kalangan wanita.
Bertepatan hari Kartini, perwira menengah polisi dengan dua melati di pundak ini mengajak beberapa Polwan Polres Karangasem untuk membagikan masker kepada pengguna jalan dengan mengenakan kebaya.
ZULFIKA RAHMAN, Amlapura
SEBAGAI seorang wanita yang berkarir di dunia kepolisian, capaian level Kapolres bagi AKBP Ni Nyoman Suartini merupakan hal luar biasa.
Mengemban amanat sebagai pimpinan di tingkat daerah tentu tak ia sia-siakan. Sebagai kodrat perempuan, ia ingin memegang prinsip ramah.
Suartini selalu tampil dengan senyum. “Amanat sebagai Kapolres ini harus dijaga dengan rasa tanggungjawab,” ujarnya ditemui usai aksi membagikan masker di Jalan Ahmad Yani, Subagan, Rabu (21/4).
Di hari Kartini kemarin, ia dan beberapa Polwan turun ke jalan membagikan masker kepada pengguna jalan.
Dengan mengenakan kebaya, ia menyelipkan pesan kepada pengguna jalan untuk selalu menjaga kesehatan dan disiplin menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi.
“Kami Polwan Polres Karangasem di hari Kartini ingin hadir di tengah masyarakat, bahwa Kartini Karangasem hadir dan berbuat untuk masyarakat.
Menggunakan kebaya karena ini ciri khas dari perempuan Indonesia yang juga melekat kepada Ibu Kartini. Kami bagi masker dan atur lalulintas,” ucapnya.
Ditunjuk menjadi Kapolres Karangasem di bulan November 2019, Suartini mulai melakukan penataan eksternal dan internal di Polres Karangasem.
Sebagai pemimpin dari kalangan perempuan ia harus menempatkan diri sebagai pemimpin yang bawahannya lebih banyak dari kaum laki-laki.
Hal tersebut cukup menjadi tantangan tersendiri. “Tetapi ketika kita memposisikan diri bukan sebagai pemimpin yang di atas tetapi menempatkan sebagai mitra mereka, mereka respect dan bekerja luar biasa membantu tugas saya selama ini,” jelas Suartini.
Perwira dengan pangkat dua melati dipundak ini mengaku, dengan dipercaya menjabat sebagai Kapolres Karangasem, tentunya menguji kemampuannya sebagai seorang perempuan.
“Sejauh mana orang mendengungkan tentang gender, emansipasi wanita. Ketika ada stigma perempuan diragukan dalam memimpin, ya kita buktikan dengan kerja nyata,” terang perwira asal Gianyar ini.
Ada beberapa gebraka yang ia lakukan sepanjang menjabat sebagai Kapolres Karangasem.
Hanya beberapa bulan menjabat, Suartini dihadapkan dengan pandemi. Sehingga ia lebih fokus untuk hadir di tengah masyarakat.
“Tentunya bagaimana mejalin kerjasama juga dengan pemerintah daerah dan juga masyarakat Karangasem,” ucapnya.
Perempuan yang sempat menduduki jabatan di Korlantas Mabes Polri ini pun cukup banyak memiliki program unggulan tentang kemasyarakatan.
Salah satunya memberdayakan Bhabinkamtibmas untuk terlibat langsung mengajar masyarakat.
Selain itu, ada juga program Polisi Keliling (Si Kaling) ke banjar-banjar untuk mensosialisasika penerapan prokes. Termasuk mengintensifkan buser untuk berpatroli memantau wilayah.
“Astungkara tingkat kriminal kita menurun. Meski di masa pandemi yang cenderung di beberapa daerah meningkat tapi hal itu bisa kami cegah,” kata Suartini.
Diakui menjadi Kapolres dari kalangan perempuan cukup berat. Karena sebagai seorang perempuan, ia tidak hanya dituntut menjadi pelayan masyarakat namun juga memikirkan ranah domestik atau rumah tangga.
Hal itu kata Suartini tetap berjalan beriringan. Antara tugas menjadi abdi negara dan juga menjadi ibu rumah tangga.
“Jam 5 pagi saya bangun sudah siapkan masakan, mengurus anak dan lainnya. Selanjutnya mulai jam 6 keliling. Sebagai perempuan kita harus bisa mengkonsentrasikan pekerjaan di kepolisian dan rumah tangga. Itulah kelebihan wanita.
Harapan saya itu sebagai wanita ada banyak perempuan yang muncul sebagai Kartini yang membawa banyak perubahan,” tandasnya.