26.9 C
Jakarta
27 April 2024, 2:05 AM WIB

Putu Moh Setir Mobil Sendiri Jemput Jasad Anak Kandung, Akhirnya…

MANGUPURA – Sehari setelah diduga dibunuh dengan cara diracun ibu kandungnya, Ni Luh Putu Septyan Parmadani, tiga bocah mungil nan imut,

itu akhirnya dibakar melalui sebuah ritual Sawa Preteka Mapendem Ring Geni atau Makingsan Digeni kemarin di setra (kuburan) Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Petang, Badung.

Prosesi ritual Makingsan Digeni dilakukan pada malam hari hingga menjelang dini hari. Makingsan Digeni adalah sebuah ritual upacara pembakaran jenazah yang baru meninggal.

Hanya saja, ritual ini belum disebut ngaben. “Berdasar hasil rapat keluarga besar, kami melangsungkan upacara Makingsan Digeni untuk tiga anak kami ini,” ujar Kelian Banjar Dinas Sandakan Ketut Sujana.

Upacara ritual terhadap Putu Anak, 7, Made Mas, 4, dan Nyoman Mas, 2, dilakukan setelah ayah kandung korban, Putu Moh Diana, menjemput jasad ketiga anaknya di RS Sanglah.

Jenazah tiba di rumah duka pukul 23.45 Rabu (21/2) tengah malam, dan langsung dilakukan ritual Makingsan Digeni Kamis (22/2) dini hari.

“Bapaknya termasuk kuat, Dia (Putu Moh Diana) langsung jemput dan menyetir mobilnya untuk menjemput tiga jenazah anaknya, ” kata I Ketut Sujana.

Setelah jenazah dibakar, kemudian dilanjutkan ritual nganyut abu jenazah. “Upacara (Makingsan Digeni) berlangsung sampai pukul 03.00, ” ungkapnya.

Makingsan digeni, diambil karena dresta (aturan) yang berlaku di banjar setempat. “Karena jumlahnya lebih dari dua dan ganjil.

Kalau ganjil, lebih dari dua, tidak diizinkan melakukan acara pengabenan secara langsung. Termasuk mayat tidak boleh menginap,” jelasnya.

Namun setelah ritual makingsan digeni, pihak keluarga kembali meminta petunjuk kepada sulinggih terakit pengabenan.  

“Terkait pengabenan, kami sudah minta petunjuk kepada Ida Rsi Bhujangga. Dikasih waktu tanggal 4 Maret, asal tak ada halangan,” terangnya.

Namun, upacara ngaben hanya dilakukan untuk anak pertama, yakni Putu Ana, 7. Sedangkan anak kedua Made Mas, 4, dan si bungsu, Nyoman Mas, 2, akan dilaksanakan upacara ngalungah.

“Karena kedua adiknya belum ketus (tanggal) gigi, cukup dilakukan upacara panglungahan,” tegasnya kepada Jawa Pos Radar Bali. 

MANGUPURA – Sehari setelah diduga dibunuh dengan cara diracun ibu kandungnya, Ni Luh Putu Septyan Parmadani, tiga bocah mungil nan imut,

itu akhirnya dibakar melalui sebuah ritual Sawa Preteka Mapendem Ring Geni atau Makingsan Digeni kemarin di setra (kuburan) Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Petang, Badung.

Prosesi ritual Makingsan Digeni dilakukan pada malam hari hingga menjelang dini hari. Makingsan Digeni adalah sebuah ritual upacara pembakaran jenazah yang baru meninggal.

Hanya saja, ritual ini belum disebut ngaben. “Berdasar hasil rapat keluarga besar, kami melangsungkan upacara Makingsan Digeni untuk tiga anak kami ini,” ujar Kelian Banjar Dinas Sandakan Ketut Sujana.

Upacara ritual terhadap Putu Anak, 7, Made Mas, 4, dan Nyoman Mas, 2, dilakukan setelah ayah kandung korban, Putu Moh Diana, menjemput jasad ketiga anaknya di RS Sanglah.

Jenazah tiba di rumah duka pukul 23.45 Rabu (21/2) tengah malam, dan langsung dilakukan ritual Makingsan Digeni Kamis (22/2) dini hari.

“Bapaknya termasuk kuat, Dia (Putu Moh Diana) langsung jemput dan menyetir mobilnya untuk menjemput tiga jenazah anaknya, ” kata I Ketut Sujana.

Setelah jenazah dibakar, kemudian dilanjutkan ritual nganyut abu jenazah. “Upacara (Makingsan Digeni) berlangsung sampai pukul 03.00, ” ungkapnya.

Makingsan digeni, diambil karena dresta (aturan) yang berlaku di banjar setempat. “Karena jumlahnya lebih dari dua dan ganjil.

Kalau ganjil, lebih dari dua, tidak diizinkan melakukan acara pengabenan secara langsung. Termasuk mayat tidak boleh menginap,” jelasnya.

Namun setelah ritual makingsan digeni, pihak keluarga kembali meminta petunjuk kepada sulinggih terakit pengabenan.  

“Terkait pengabenan, kami sudah minta petunjuk kepada Ida Rsi Bhujangga. Dikasih waktu tanggal 4 Maret, asal tak ada halangan,” terangnya.

Namun, upacara ngaben hanya dilakukan untuk anak pertama, yakni Putu Ana, 7. Sedangkan anak kedua Made Mas, 4, dan si bungsu, Nyoman Mas, 2, akan dilaksanakan upacara ngalungah.

“Karena kedua adiknya belum ketus (tanggal) gigi, cukup dilakukan upacara panglungahan,” tegasnya kepada Jawa Pos Radar Bali. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/