TABANAN – Emak-emak di bumi Lumbung Beras mulai resah setelah heboh aksi begal pantat yang terjadi di wilayah Kerambitan.
Tidak hanya di dunia nyata, kehebokan akibat ulah pelaku begal pantat juga merambah media sosial. Mereka membicarakan aksi pelaku yang diketahui pernah beraksi di Banjar Dukuh Belong, Desa Baturiti.
Disebut-sebut sudah ada dua emak-emak yuang menjadi korban asusila tak bertanggungjawab yang dilakukan orang tak dikenal tersebut.
Kondisi ini terang saja membuat emak-emak di Tabanan resah dan was-was. Pasalnya, pelaku hingga kini belum tertangkap.
Mencuatnya kejadian ini berawal dari percakapan dua perempuan melalui pesan WhatsApp (WA). Salah satu perempuan berinisial Ni Putu S, 38, pertama kali mengunggah keluh kesahnya di status WA.
Selanjutnya status warga asal banjar Dukuh Belong, Desa Baturiti tersebut ditanggapi temannya yang juga sempat menjadi korban. Dari obrolan melalui WA itu kemudian viral di media sosial.
Terkait hal ini, Kapolsek Kerambitan, Kompol Dewa Gede Putra membenarkan adanya kejadian pelecehan seksual itu. Hanya saja kata dia, belum ada laporan resmi dari para korban ini.
Namun pihaknya mendapat informasi dari masyarakat, pelecehan seksual itu terjadi sekitar pukul 19.30 Wita pada Sabtu (22/2) lalu.
Saat itu, korban Ni Putu S melintas seorang diri menggunakan sepeda motor Scoopy di lokasi kejadian tepatnya di jembatan Banjar Dukuh Belong.
Saat melintas, korban diikuti dari belakang dan langsung meremas pantat korban oleh pelaku yang identitasnya hingga kini tidak diketahui itu.
Saat menjalankan aksinya itu, laki-laki tersebut menggunakan sepeda motor beat warna putih dan langsung kabur.
“Korban tidak terima mendapat perlakuan itu langsung melakukan pengejaran. Pelaku melaju menuju arah Kerambitan masuk ke
Jalan Tendean sebelah selatan wantilan Desa Baturiti dan pelaku menghilang,” tutur Kompol Dewa Gede Putra.
Namun hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan dari para korban. Untuk mengantisipasi kejadian ini terulang, Polsek Kerambitan lebih mengintensifkan patroli dengan menyebar anggota lebih banyak.
“Ini untuk mengantisipasi adanya korban lain. Tapi kami tetap bergerak dan telah mengorek keterangan korban untuk mendapat informasi mengenai pelaku,” pungkasnya.