DENPASAR – Kapal selam KRI Nanggala-402 milik Angkatan Laut tak kunjung ditemukan setelah dilaporkan tenggelam di perairan Bali Utara.
Kapal selam Naggala-402 diketahui dilengkapi sistem yang bisa mengubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2). Sistem tersebut nantinya bisa membuat persediaan oksigen lebih dari 72 jam.
Kepastian itu disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono di Base Ops Ngurah Rai, Tuban, Kuta, Bali.
Menurut Laksamana TNI Yudo, oksigen yang ada di dalam kapal selam hanya bertahan selama 72 jam setelah kapal tersebut mengalami black out.
Menurutnya, KRI Nanggala-402 mengalami mati listrik total saat melakukan penyelaman statis.
Mengenai daya tahan oksigen yang hanya mencapai 72 jam saat berada di kedalaman 300 meter, Laksamana TNI Yudo mengatakan,
bahwa kapal buatan Jerman yang memperkuat TNI AL sejak 1981 itu dilengkapi peralatan yang bisa mengubah gas karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2).
“Sistem tersebut nantinya bisa membuat persediaan oksigen lebih dari 72 jam. Namun, keselamatan awak kapal tergantung dari kedalaman kapal tersebut,” paparnya.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono memastikan KRI Nanggala-042 membawa 53 awak kapal,
yang terdiri dari 49 anak buah kapal, satu orang komandan, dan tiga orang arsenal itu dirancang untuk menyelam dengan kedalaman 250-500 meter.
Oleh sebab itu, kapal tersebut statusnya adalah subsunk alias tenggelam. Itu didapat sejumlah bukti autentik.
Adapun barang-barang yang ditemukan di antaranya pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin dan botol oranye yang berisi pelumas periskop kapal selam.
Barang-barang yang ditemukan itu sekitar radius 10 km dari titik pencarian, sementara dalam radius tersebut tidak ada kapal lain melintas.
Dan juga bagian lain kapal selam yang mengapung ke permukaan laut termasuk BBM jenis solar. Bagian atau komponen yang melekat dan tak akan terangkat apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo.
Hingga kini TNI AL dan tim gabungan mempersiapkan tim medis untuk mengevakuasi kru kapal yang kemungkinan selamat dari musibah ini.
Di mana fase subsunk (tenggelam) untuk evakuasi medis terhadap ABK yang ada kemungkinan selamat “Kita evakuasi baik di Surabaya atau Banyuwangi. Demikian tim gabungan SAR masih terus berjuang mengidentifikasi,” kata Laksamana Yudo.
Namun, tim memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, deteksi kedalaman laut diduga KRI Nanggala tenggelam berada pada 850 meter di bawah permukaan laut.
“Sangat riskan dan memiliki kesulitan tinggi saat ROV (Remotely Operated Vehicle) atau pengangkatan. Sehingga dengan kesulitan kita tetap jalankan untuk prosedur pengangkatan dan evakuasi selanjutnya,” tutup Laksamana TNI Yudo.