29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:33 AM WIB

Nekat Beroperasi, Buruh Angkut Pasir di Zona Merah Tertimpa Galian C

RadarBali.com – Meski pemerintah memutuskan zona merah ditutup untuk aktivitas apapun, termasuk galian C, namun aktivitas penambangan masih terus berlangsung sampai sekarang.

Salah satu tambang pasir di zona merah yang masih nekat beroperasi adalah tambang pasir di Desa Pempetan, Rendang, Karangasem.

Apesnya, aktivitas penambangan itu akhirnya membawa korban. Wayan Gunarta, 40, seorang buruh angkut pasir asal Desa Pule, Rendang, Karangasem menjerit kesakitan setelah tertimpa longsoran galian C.

Akibat insiden itu, korban mengalami patah tulang terbuka dan terpaksa dilarikan ke IGD RS Sanglah untuk mendapat perawatan setelah sempat dirujuk ke RS Penta Medika Klungkung.

Menurut rekan kerja korban Ketut Narna, 45, patah tulang terbuka pada kaki kanan Gunarta akibat tertimpa longsoran pasir galian C.

Kejadian yang dialami Gunarta bermula saat dia bersama dengan buruh angkut pasir lain sedang melakukan penambangan pasir di daerah Pempatan, Rendang Karangasem.

Ketika akan menaiki pasir ke dalam bak truk, tiba-tiba gunungan pasir yang tepat berada di dekatnya longsor seketika.

Buruh angkut pasir lainnya berhasil menyelamatkan diri. Tapi, berbeda dengan Gunarta. Dia menjadi korban longsoran pasir galian C.

Usai kejadian, pekerja lainnya langsung memberikan bantuan kepada Gunarta. Kemudian mengevakuasi Gunarta ke rumah sakit.

“Saya  yang berada di lokasi penambangan panik. Hanya sekejap gunungan pasir galian C longsor ke bawah,” ungkap Narna.

Menurut Narna, meski Gunung Agung ditetapkan Awas oleh PVMBG, hingga saat ini penambangan pasir di Pempatan, Rendang Karangasem tetap dilakukan.

Sehari hampir 20 sampai 25 truk pengangkut pasir yang datang ke lokasi penambangan. Jarak lokasi  penambangan dengan lereng gunung agung sekitar 10 kilometer. 

“Pekerjaan sebagai buruh angkut pasir hampir 15 tahun lebih digeluti Gunarta. Hanya itu pekerjaan kami. Bahkan sebagian besar masyarakat Pempatan bekerja sebagai buruh angkut pasir,” ujarnya. 

Selain mengalami patah tulang terbuka, kata Narna, Gunarta mengalami luka robek di kepala belakang. Namun sudah diberikan tindakan medis berupa 4 jahit luar dan 2 jahitan dalam.

“Mudah-mudahan segera dilakukan operasi. Agar kondisi Gunarta lebih baik,” harapnya. “Kejadian ini menjadi pelajaran, buat saya dan pekerja lainnya. Agar tetap berhati-hati saat melakukan kegiatan penambangan pasir,” ucap Narna.

RadarBali.com – Meski pemerintah memutuskan zona merah ditutup untuk aktivitas apapun, termasuk galian C, namun aktivitas penambangan masih terus berlangsung sampai sekarang.

Salah satu tambang pasir di zona merah yang masih nekat beroperasi adalah tambang pasir di Desa Pempetan, Rendang, Karangasem.

Apesnya, aktivitas penambangan itu akhirnya membawa korban. Wayan Gunarta, 40, seorang buruh angkut pasir asal Desa Pule, Rendang, Karangasem menjerit kesakitan setelah tertimpa longsoran galian C.

Akibat insiden itu, korban mengalami patah tulang terbuka dan terpaksa dilarikan ke IGD RS Sanglah untuk mendapat perawatan setelah sempat dirujuk ke RS Penta Medika Klungkung.

Menurut rekan kerja korban Ketut Narna, 45, patah tulang terbuka pada kaki kanan Gunarta akibat tertimpa longsoran pasir galian C.

Kejadian yang dialami Gunarta bermula saat dia bersama dengan buruh angkut pasir lain sedang melakukan penambangan pasir di daerah Pempatan, Rendang Karangasem.

Ketika akan menaiki pasir ke dalam bak truk, tiba-tiba gunungan pasir yang tepat berada di dekatnya longsor seketika.

Buruh angkut pasir lainnya berhasil menyelamatkan diri. Tapi, berbeda dengan Gunarta. Dia menjadi korban longsoran pasir galian C.

Usai kejadian, pekerja lainnya langsung memberikan bantuan kepada Gunarta. Kemudian mengevakuasi Gunarta ke rumah sakit.

“Saya  yang berada di lokasi penambangan panik. Hanya sekejap gunungan pasir galian C longsor ke bawah,” ungkap Narna.

Menurut Narna, meski Gunung Agung ditetapkan Awas oleh PVMBG, hingga saat ini penambangan pasir di Pempatan, Rendang Karangasem tetap dilakukan.

Sehari hampir 20 sampai 25 truk pengangkut pasir yang datang ke lokasi penambangan. Jarak lokasi  penambangan dengan lereng gunung agung sekitar 10 kilometer. 

“Pekerjaan sebagai buruh angkut pasir hampir 15 tahun lebih digeluti Gunarta. Hanya itu pekerjaan kami. Bahkan sebagian besar masyarakat Pempatan bekerja sebagai buruh angkut pasir,” ujarnya. 

Selain mengalami patah tulang terbuka, kata Narna, Gunarta mengalami luka robek di kepala belakang. Namun sudah diberikan tindakan medis berupa 4 jahit luar dan 2 jahitan dalam.

“Mudah-mudahan segera dilakukan operasi. Agar kondisi Gunarta lebih baik,” harapnya. “Kejadian ini menjadi pelajaran, buat saya dan pekerja lainnya. Agar tetap berhati-hati saat melakukan kegiatan penambangan pasir,” ucap Narna.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/