29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:26 AM WIB

Istri Koster Terkaget-kaget Heboh Kasus Paedofil Tokoh Besar di Bali

DENPASAR – Berawal dari saling balas komentar di Facebook terkait seseorang tokoh berinisial GI yang diduga sebagai pelaku paedofil di Pulau Dewata,

Istri Gubernur Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster akhirnya mengundang empat orang tersebut untuk‘ngopi syantik’ di Wisma Sabha Utama, Denpasar.

Keempat orang yang diundang oleh Istri Koster tersebut, yakni I Wayan Setiawan, Siti Saipurah, Dwitra J Ariana dan Ria Olsen.

Siti Saipurah atau akrab dipanggil Ipung saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali Selasa (29/1) kemarin mengatakan, kehadirannya atas undangan ‘ngopi syantik’ tersebut untuk

membongkar kasus paedofil yang ada di Bali dengan terduga pelaku GI, salah satu tokoh besar di Bali sekaligus pengelola asrama.

“Kasus ini (terduga GI) merupakan kasus lama dan menjadi rahasia umum di Bali. Pertama kali mencuat ke publik itu tahun 2008,” ujar Ipung.

Dipaparkan oleh Ipung, dan juga disampaikan kepada istri Koster, pada tahun 2008 silam, ada 12 anak yang kabur dari Asram di Klungkung, tempat tokoh GI ini bernaung.

12 anak yang diduga korban GI ini kemudian ditampung oleh Ngurah Harta, yang juga salah satu tokoh spriritual di Bali.

“Karena dia (GI) ini seorang tokoh, tak ada yang melaporkannya. Kasus ini lama diam. Namun, tahun 2010 terjadi lagi. Juga tidak ada yang mengusut. Tak hanya itu, tahun 2012 terjadi lagi dan terakhir di tahun 2015,” ungkapnya.

Sejumlah aktivis peduli anak, dari LBH Apik, P2TP2A, termasuk juga psikiater Prof Suryani dan Ngurah Harta yang sudah mengetahui kasus ini sejak lama dan perwakilan keluarga korban berkumpul untuk membuat laporan.

Masih ingat juga di kepala Ipung, pada bulan Maret 2015, ia diundang oleh Prof Suryani untuk mempelajari kasus tersebut.

“Prof Suryani bertanya ke saya, saya bilang sudah cukup bukti dan memenuhi unsur jika mau dilaporkan ke kepolisian.

Yang perlu dilakukan adalah melakukan penguatan terhadap korban dan keluarganya yang ada di Sidemen, Karangasem,” ujarnya.

Namun, tanpa alasan yang jelas, tepatnya pada saat H-1 saat itu, tiba-tiba rencana penguatan terhadap korban dan keluarganya serta laporan ke kepolisian tiba-tiba dibatalkan.

“Saya tidak tahu mengapa dibatalkan. Akhirnya sampai sekarang kasus ini tak terjadi pelaporan dan ini menjadi beban moral saya,” ungkapnya.

Mendengar pemaparan tersebut, kata Ipung, Istri orang nomor satu tersebut terkejut dan terkaget-kaget.

“Iya, awalnya ibu (istri Koster) terkaget-kaget. Dikira kami ingin menjatuhkan pertemanan mereka (ibu koster-GI). Tapi yang jelas, ibu Koster menerima semua masukan.

Kini kami tinggal menunggu responya saja,” ujarnya. “Yang penting bola panas sudah terlempar ke orang penting,” imbuhnya.

Ipung berharap, kasus ini dapat menjadi perhatian semua pihak, termasuk pihak kepolisian. Ipung sendiri menyebut sejumlah bukti sejatinya sudah cukup,

seperti bukti surat pernyataan GI yang mengakui dan meminta maaf atas apa yang dia lakukan terhadap anak-anak asrama.

Kedua, GI juga berjanji akan keluar dari asrama dan tidak akan menjadi guruji di tempat Asram tersebut.

Ketiga ada keterangan seorang donatur tetap bule yang bersedia menjadi saksi ke persidangan atau kantor polisi dan Ke empat keterangan dari korban.

Surat pernyataan tersebut diteken oleh GI pada 2010 silam. Sementara itu, Prof Suryani saat dikonfimarsi Selasa (29/1), mengaku lupa dengan kejadian tersebut.

“Paedofil, kapan dimana? Di Asram mana? Kok saya nggak baca ya? Saya nggak ada ngelapor apa. Saya nggak pernah dengar,” awalnya.

Namun setelah dinggatkan kembali, Suryani baru ingat tetapi lupa akan kasusnya. “Saya sudah lama nggak aktif tangani kasus-kasus paedofil. 

Itu kan sudah dulu itu, 2010. Sekarang udah nggak lagi. Maaf saya lupa itu kasusnya sudah terlalu lama kasusnya,” pungkasnya. 

DENPASAR – Berawal dari saling balas komentar di Facebook terkait seseorang tokoh berinisial GI yang diduga sebagai pelaku paedofil di Pulau Dewata,

Istri Gubernur Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster akhirnya mengundang empat orang tersebut untuk‘ngopi syantik’ di Wisma Sabha Utama, Denpasar.

Keempat orang yang diundang oleh Istri Koster tersebut, yakni I Wayan Setiawan, Siti Saipurah, Dwitra J Ariana dan Ria Olsen.

Siti Saipurah atau akrab dipanggil Ipung saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali Selasa (29/1) kemarin mengatakan, kehadirannya atas undangan ‘ngopi syantik’ tersebut untuk

membongkar kasus paedofil yang ada di Bali dengan terduga pelaku GI, salah satu tokoh besar di Bali sekaligus pengelola asrama.

“Kasus ini (terduga GI) merupakan kasus lama dan menjadi rahasia umum di Bali. Pertama kali mencuat ke publik itu tahun 2008,” ujar Ipung.

Dipaparkan oleh Ipung, dan juga disampaikan kepada istri Koster, pada tahun 2008 silam, ada 12 anak yang kabur dari Asram di Klungkung, tempat tokoh GI ini bernaung.

12 anak yang diduga korban GI ini kemudian ditampung oleh Ngurah Harta, yang juga salah satu tokoh spriritual di Bali.

“Karena dia (GI) ini seorang tokoh, tak ada yang melaporkannya. Kasus ini lama diam. Namun, tahun 2010 terjadi lagi. Juga tidak ada yang mengusut. Tak hanya itu, tahun 2012 terjadi lagi dan terakhir di tahun 2015,” ungkapnya.

Sejumlah aktivis peduli anak, dari LBH Apik, P2TP2A, termasuk juga psikiater Prof Suryani dan Ngurah Harta yang sudah mengetahui kasus ini sejak lama dan perwakilan keluarga korban berkumpul untuk membuat laporan.

Masih ingat juga di kepala Ipung, pada bulan Maret 2015, ia diundang oleh Prof Suryani untuk mempelajari kasus tersebut.

“Prof Suryani bertanya ke saya, saya bilang sudah cukup bukti dan memenuhi unsur jika mau dilaporkan ke kepolisian.

Yang perlu dilakukan adalah melakukan penguatan terhadap korban dan keluarganya yang ada di Sidemen, Karangasem,” ujarnya.

Namun, tanpa alasan yang jelas, tepatnya pada saat H-1 saat itu, tiba-tiba rencana penguatan terhadap korban dan keluarganya serta laporan ke kepolisian tiba-tiba dibatalkan.

“Saya tidak tahu mengapa dibatalkan. Akhirnya sampai sekarang kasus ini tak terjadi pelaporan dan ini menjadi beban moral saya,” ungkapnya.

Mendengar pemaparan tersebut, kata Ipung, Istri orang nomor satu tersebut terkejut dan terkaget-kaget.

“Iya, awalnya ibu (istri Koster) terkaget-kaget. Dikira kami ingin menjatuhkan pertemanan mereka (ibu koster-GI). Tapi yang jelas, ibu Koster menerima semua masukan.

Kini kami tinggal menunggu responya saja,” ujarnya. “Yang penting bola panas sudah terlempar ke orang penting,” imbuhnya.

Ipung berharap, kasus ini dapat menjadi perhatian semua pihak, termasuk pihak kepolisian. Ipung sendiri menyebut sejumlah bukti sejatinya sudah cukup,

seperti bukti surat pernyataan GI yang mengakui dan meminta maaf atas apa yang dia lakukan terhadap anak-anak asrama.

Kedua, GI juga berjanji akan keluar dari asrama dan tidak akan menjadi guruji di tempat Asram tersebut.

Ketiga ada keterangan seorang donatur tetap bule yang bersedia menjadi saksi ke persidangan atau kantor polisi dan Ke empat keterangan dari korban.

Surat pernyataan tersebut diteken oleh GI pada 2010 silam. Sementara itu, Prof Suryani saat dikonfimarsi Selasa (29/1), mengaku lupa dengan kejadian tersebut.

“Paedofil, kapan dimana? Di Asram mana? Kok saya nggak baca ya? Saya nggak ada ngelapor apa. Saya nggak pernah dengar,” awalnya.

Namun setelah dinggatkan kembali, Suryani baru ingat tetapi lupa akan kasusnya. “Saya sudah lama nggak aktif tangani kasus-kasus paedofil. 

Itu kan sudah dulu itu, 2010. Sekarang udah nggak lagi. Maaf saya lupa itu kasusnya sudah terlalu lama kasusnya,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/