31 C
Jakarta
1 Mei 2024, 10:05 AM WIB

Polling Abal-abal Marak, Mantra – Kerta Diposisi Buncit, KRB Berang

MANGUPURA – Hajatan Pilkada Serentak 2018 menghangat. Setelah Gede Ngurah Wididana alias Pak Oles, kini giliaran Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra yang mengeluhkan poling-poling di media sosial yang dinilai “mengganggu”.

Politisi Partai Golongan Karya (Golkar) sekaligus Ketua Koalisi Rakyat Bali (KRB) mengeluhkan fenomena poling yang diduga dilakukan oleh lembaga survei yang tidak kredibel dan terpercaya.

Dirinya menyayangkan publikasi survei diduga abal-abal yang menyajikan angka-angka aneh tersebut menyasar kontestan Pilgub Bali 2018.   

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Gus Adhi- sapaan akrab Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra- mengatakan poling yang dilakukan oleh sejumlah media minim pertanggungjawaban secara ilmiah.

“Ini merugikan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra- I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta),” tandasnya.

Imbuhnya, poling sejumlah media online dimaksud menempatkan Mantra-Kerta di posisi buncit dalam aspek elektabilitas usai debat perdana Pilgub Bali, Sabtu (28/4) lalu.

Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Partai Golkar untuk Dapil Bali setelah memperoleh 71.964 suara itu mempertanyakan instrumen sekaligus legalitas poling yang dilakukan.

“Janganlah rakyat dibodohi dengan poling abal-abal yang tidak jelas metodologi dan lembaga surveinya,” kata Gus Adhi.

Adanya publikasi poling tanpa metodologi yang jelas, tandasnya sangat tidak sehat bagi pendidikan politik masyarakat Pulau Dewata.

“Selain Mantra-Kerta, publiklah yang paling dirugikan dengan adanya berita bohong atau hoaks tentang poling abal-abal itu,” tambahnya.

Gus Adhi berharap hal tersebut tidak terjadi sebab poling hoaks akan memicu kegaduhan yang kontraproduktif alias tidak berguna.

“Opini publik digiring untuk percaya pada data-data yang tak berdasar ini tentu berbahaya,” tegasnya.

Dikatakan pria asal Kerobokan, Badung itu masyarakat Bali dituntut cerdas memilah berita karena bisa tersesat dan harus melaksanakan kroscek untuk memperoleh informasi yang benar dan terpercaya.

“Semua juga tahu, kalau mengacu pada debat perdana, Mantra-Kerta yang paling tepat memimpin Bali. Kan tidak ada yang ditutupi. Seluruh masyarakat Bali telah menyaksikan secara langsung di layar televisi,” pungkasnya. 

MANGUPURA – Hajatan Pilkada Serentak 2018 menghangat. Setelah Gede Ngurah Wididana alias Pak Oles, kini giliaran Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra yang mengeluhkan poling-poling di media sosial yang dinilai “mengganggu”.

Politisi Partai Golongan Karya (Golkar) sekaligus Ketua Koalisi Rakyat Bali (KRB) mengeluhkan fenomena poling yang diduga dilakukan oleh lembaga survei yang tidak kredibel dan terpercaya.

Dirinya menyayangkan publikasi survei diduga abal-abal yang menyajikan angka-angka aneh tersebut menyasar kontestan Pilgub Bali 2018.   

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Gus Adhi- sapaan akrab Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra- mengatakan poling yang dilakukan oleh sejumlah media minim pertanggungjawaban secara ilmiah.

“Ini merugikan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra- I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta),” tandasnya.

Imbuhnya, poling sejumlah media online dimaksud menempatkan Mantra-Kerta di posisi buncit dalam aspek elektabilitas usai debat perdana Pilgub Bali, Sabtu (28/4) lalu.

Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Partai Golkar untuk Dapil Bali setelah memperoleh 71.964 suara itu mempertanyakan instrumen sekaligus legalitas poling yang dilakukan.

“Janganlah rakyat dibodohi dengan poling abal-abal yang tidak jelas metodologi dan lembaga surveinya,” kata Gus Adhi.

Adanya publikasi poling tanpa metodologi yang jelas, tandasnya sangat tidak sehat bagi pendidikan politik masyarakat Pulau Dewata.

“Selain Mantra-Kerta, publiklah yang paling dirugikan dengan adanya berita bohong atau hoaks tentang poling abal-abal itu,” tambahnya.

Gus Adhi berharap hal tersebut tidak terjadi sebab poling hoaks akan memicu kegaduhan yang kontraproduktif alias tidak berguna.

“Opini publik digiring untuk percaya pada data-data yang tak berdasar ini tentu berbahaya,” tegasnya.

Dikatakan pria asal Kerobokan, Badung itu masyarakat Bali dituntut cerdas memilah berita karena bisa tersesat dan harus melaksanakan kroscek untuk memperoleh informasi yang benar dan terpercaya.

“Semua juga tahu, kalau mengacu pada debat perdana, Mantra-Kerta yang paling tepat memimpin Bali. Kan tidak ada yang ditutupi. Seluruh masyarakat Bali telah menyaksikan secara langsung di layar televisi,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/