34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 12:47 PM WIB

Was-was & Trauma, Pilih Tidur Luar Rumah, Siswa Belajar di Luar Kelas

Takut, was-was, dan trauma masih terasa pada warga Seririt dan Gerokgak yang mengalami guncangan gempa bumi 5,1 skala ricter Kamis (14/11) lalu. Mereka memilih tetap waspada lantaran gempa bumi susulan terus terjadi.

 

JULIADI, Seririt

DAMPAK gempa bumi yang cukup kuat mengguncang wilayah Bali Utara, Kamis (14/11) sore, membuat warga cemas. Selain panik akibat isu tsunami, trauma gempa bumi tahun 1976 masih menghantui warga.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sejumlah sekolah memilih melakukan kegiatan belajar di luar ruang kelas.

Seperti terlihat di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maya, Seririt. Ratusan siswa terpaksa belajar di halaman sekolah di bawah tenda dan emperan masjid.

Mereka para siswa terlihat tekun menyimak dan mengerjakan pekerjaan sekolah. Meski ada rasa was-was dan trauma. 

Beberapa siswa yang ditemui kemarin mengaku masih trauma. Pasalnya kejadian gempa baru pertama kali dialaminya hingga merasa panik. 

“Masih belum tenang saya belajar, takut kalau ada gempa lagi,” ujar Dipa, siswa kelas IV MI Maya Seririt. 

Dipa mengatakan, dia dan keluarganya semalam suntuk harus mengungsi ke lokasi lebih aman bersama warga lain di daerah Bubunan, Seririt. 

“Saat ini masih ada rasa takut dan panik, bahkan ada beberapa siswa lainnya memilih untuk tidak bersekolah hari ini,” ucapnya.

Kepala MI Maya Seririt Hidayah mengaku belum berani mengajak siswanya belajar didalam kelas. Karena takut terjadi gempa bumi susulan.

Bahkan Jumat malam terus ada gempa susulan meski dengan intensistas lebih kecil dari gempa berkekuatan 5,1 skala ricter yang terjadi Kamis petang lalu. 

“Sekarang saya ajak siswanya diajak belajar diluar ruang kelas. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan rasa trauma dan kecemasan dari siswa dan wali murid,

setelah sempat mengalami guncangan gempa. Selain itu memang pas hari ini ada kegiatan lain. Sehingga anak-anak kami anggap lebih aman berada diluar kelas,” jelas Hidayah.

Tak hanya itu, Hidayah juga menyebut, siswanya tidak terlalu lama belajar di sekolah. Mereka hanya belajar setengah hari.

“Ya, kami pulang siswa lebih awal untuk berjaga-jaga dan tetap waspada. Kami juga sosialiasi kepada siswa bagaimana dapat menyelamatkan diri saat terjadi gempa,” imbuhnya.

Di sisi lain Ishak warga Desa Patas, Gerokgak mengaku hal yang sama sejak tadi malam usai gempa. Dia bersama keluarga memilih untuk tidur diluar emperan rumah.

Tidak hanya dia, begitu pula warga lainnya di desanya juga melakukan hal serupa. “Saya sih tidak panik, hanya kasihan ke anak-anak dan keluarga karena masih cemas dan takut setelah gempa bumi susulan terus saja ada,” ungkapnya.

Dituturkan Ishak Jumat malam kemarin masih tidur diluar rumah mengingat gempa susulan terus terjadi.

Karena baru saja usai sholat Jumat gempa susulan dengan skala kecil masih terjadi. “Ya, kami tetap waspada, mengingat gempa bumi susulan terus terjadi,” tandasnya. (*)

 

 

Takut, was-was, dan trauma masih terasa pada warga Seririt dan Gerokgak yang mengalami guncangan gempa bumi 5,1 skala ricter Kamis (14/11) lalu. Mereka memilih tetap waspada lantaran gempa bumi susulan terus terjadi.

 

JULIADI, Seririt

DAMPAK gempa bumi yang cukup kuat mengguncang wilayah Bali Utara, Kamis (14/11) sore, membuat warga cemas. Selain panik akibat isu tsunami, trauma gempa bumi tahun 1976 masih menghantui warga.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sejumlah sekolah memilih melakukan kegiatan belajar di luar ruang kelas.

Seperti terlihat di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maya, Seririt. Ratusan siswa terpaksa belajar di halaman sekolah di bawah tenda dan emperan masjid.

Mereka para siswa terlihat tekun menyimak dan mengerjakan pekerjaan sekolah. Meski ada rasa was-was dan trauma. 

Beberapa siswa yang ditemui kemarin mengaku masih trauma. Pasalnya kejadian gempa baru pertama kali dialaminya hingga merasa panik. 

“Masih belum tenang saya belajar, takut kalau ada gempa lagi,” ujar Dipa, siswa kelas IV MI Maya Seririt. 

Dipa mengatakan, dia dan keluarganya semalam suntuk harus mengungsi ke lokasi lebih aman bersama warga lain di daerah Bubunan, Seririt. 

“Saat ini masih ada rasa takut dan panik, bahkan ada beberapa siswa lainnya memilih untuk tidak bersekolah hari ini,” ucapnya.

Kepala MI Maya Seririt Hidayah mengaku belum berani mengajak siswanya belajar didalam kelas. Karena takut terjadi gempa bumi susulan.

Bahkan Jumat malam terus ada gempa susulan meski dengan intensistas lebih kecil dari gempa berkekuatan 5,1 skala ricter yang terjadi Kamis petang lalu. 

“Sekarang saya ajak siswanya diajak belajar diluar ruang kelas. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan rasa trauma dan kecemasan dari siswa dan wali murid,

setelah sempat mengalami guncangan gempa. Selain itu memang pas hari ini ada kegiatan lain. Sehingga anak-anak kami anggap lebih aman berada diluar kelas,” jelas Hidayah.

Tak hanya itu, Hidayah juga menyebut, siswanya tidak terlalu lama belajar di sekolah. Mereka hanya belajar setengah hari.

“Ya, kami pulang siswa lebih awal untuk berjaga-jaga dan tetap waspada. Kami juga sosialiasi kepada siswa bagaimana dapat menyelamatkan diri saat terjadi gempa,” imbuhnya.

Di sisi lain Ishak warga Desa Patas, Gerokgak mengaku hal yang sama sejak tadi malam usai gempa. Dia bersama keluarga memilih untuk tidur diluar emperan rumah.

Tidak hanya dia, begitu pula warga lainnya di desanya juga melakukan hal serupa. “Saya sih tidak panik, hanya kasihan ke anak-anak dan keluarga karena masih cemas dan takut setelah gempa bumi susulan terus saja ada,” ungkapnya.

Dituturkan Ishak Jumat malam kemarin masih tidur diluar rumah mengingat gempa susulan terus terjadi.

Karena baru saja usai sholat Jumat gempa susulan dengan skala kecil masih terjadi. “Ya, kami tetap waspada, mengingat gempa bumi susulan terus terjadi,” tandasnya. (*)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/