28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:46 AM WIB

Ada Kaset Lolot Hingga Gamelan Bali, Peminat Naik 20 Persen Tiap Tahun

Semakin tua sebuah barang, semakin mahal harganya. Salah satunya yakni kaset dan vinyl. Barang elektronik ini kini keberadaan mulai langka. Sebab, sejumlah musisi di Indonesia maupun di dunia mulai beralih ke digital store.

 

WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

SUASANA acara bertajuk Cassete Store Day Bali 2018 yang digelar sejak Sabtu hingga Minggu (20-21/10) kemarin di Plaza Renon, Denpasar berlangsung cukup ramai.

Meski pun di hari terakhir, tampak satu persatu pengunjung mall tersebut menengok koleksi yang disajikan.

Terlebih berada di dekat pintu masuk, lapak sejumlah komunitas ini pun menjadi perhatian pengunjung lainnya.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, tampak terlihat ratusan kaset lawas di masing-masing lapak komunitas. Kaset tersebut pun cukup beragam.

Mulai dari kaset band The Beatles, Guns N Rose, The Cranberries dan masih banyak lagi kaset band legenda dari berbagai belahan dunia. Tentu dengan beragam genre musik.

Tak mau ketinggalan, kaset-kaset band Bali pun terlihat di salah satu lapak komunitas, seperti album Lolot Band yang pertama.

Hal yang tak kalah menarik lainnya, ada juga kaset gamelan Bali dan Jawa. “Tahun ini lebih beragam. Sehingga cukup berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujar Andhika Gautama.

Andhika menjelaskan, acara Cassete Store Day ini sejatinya merupakan acara tahunan yang diadakan serentak diberbagai negara di dunia.

“Biasanya sih dilakukan secara serentak diseluruh dunia pada tanggal 14 Oktober. Kalau Bali sih bisa ikut setelah seminggu setelahnya sih ya. Intinya sih kita jualan rilisan fisik kaset dan juga piringan hitam dan sebagainya,” ujarnya.

Targetnya, kata Andhika, sejatinya sederhana. Yakni hanya ingin  melestarikan rilisan fisik dengan pembelian.

Dalam acara kali ini, melibatkan 20 komunitas dengan genre yang berbeda-beda. “Kalau harga sih rata-rata dari lima ribu sampai satu juta ada,” ujarnya.

Disinggung mengenai peminat rilisan fisik lawas di Bali, kata Andhika, sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

“Kami sih lihatnya dari penjualan. Dan, memang mengalami peningkatan hingga 20 persen. Artinya animo pengunjungan semakin naik juga,” akunya.

Adanya peningkatan penjualan rilisan fisik, Andhika menyebut, jika melihat di luar negeri memang sudah mengalami peningkatan juga dalam beberapa tahun belakangan ini, begitu juga di Indonesia sendiri.

“Mungkin orang sudah mulai kangen dengan rilisan fisik. Saya akui konsep streaming memang efisien, mudah dan gampang di akses.

Namun, orang kini juga mulai ingin melihat cover album, lirik lagunya. Sehingga ingin kembali lagi ke kaset. Sama seperti buku dan lainnya,” tuturnya.  (*)

 

Semakin tua sebuah barang, semakin mahal harganya. Salah satunya yakni kaset dan vinyl. Barang elektronik ini kini keberadaan mulai langka. Sebab, sejumlah musisi di Indonesia maupun di dunia mulai beralih ke digital store.

 

WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

SUASANA acara bertajuk Cassete Store Day Bali 2018 yang digelar sejak Sabtu hingga Minggu (20-21/10) kemarin di Plaza Renon, Denpasar berlangsung cukup ramai.

Meski pun di hari terakhir, tampak satu persatu pengunjung mall tersebut menengok koleksi yang disajikan.

Terlebih berada di dekat pintu masuk, lapak sejumlah komunitas ini pun menjadi perhatian pengunjung lainnya.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, tampak terlihat ratusan kaset lawas di masing-masing lapak komunitas. Kaset tersebut pun cukup beragam.

Mulai dari kaset band The Beatles, Guns N Rose, The Cranberries dan masih banyak lagi kaset band legenda dari berbagai belahan dunia. Tentu dengan beragam genre musik.

Tak mau ketinggalan, kaset-kaset band Bali pun terlihat di salah satu lapak komunitas, seperti album Lolot Band yang pertama.

Hal yang tak kalah menarik lainnya, ada juga kaset gamelan Bali dan Jawa. “Tahun ini lebih beragam. Sehingga cukup berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujar Andhika Gautama.

Andhika menjelaskan, acara Cassete Store Day ini sejatinya merupakan acara tahunan yang diadakan serentak diberbagai negara di dunia.

“Biasanya sih dilakukan secara serentak diseluruh dunia pada tanggal 14 Oktober. Kalau Bali sih bisa ikut setelah seminggu setelahnya sih ya. Intinya sih kita jualan rilisan fisik kaset dan juga piringan hitam dan sebagainya,” ujarnya.

Targetnya, kata Andhika, sejatinya sederhana. Yakni hanya ingin  melestarikan rilisan fisik dengan pembelian.

Dalam acara kali ini, melibatkan 20 komunitas dengan genre yang berbeda-beda. “Kalau harga sih rata-rata dari lima ribu sampai satu juta ada,” ujarnya.

Disinggung mengenai peminat rilisan fisik lawas di Bali, kata Andhika, sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

“Kami sih lihatnya dari penjualan. Dan, memang mengalami peningkatan hingga 20 persen. Artinya animo pengunjungan semakin naik juga,” akunya.

Adanya peningkatan penjualan rilisan fisik, Andhika menyebut, jika melihat di luar negeri memang sudah mengalami peningkatan juga dalam beberapa tahun belakangan ini, begitu juga di Indonesia sendiri.

“Mungkin orang sudah mulai kangen dengan rilisan fisik. Saya akui konsep streaming memang efisien, mudah dan gampang di akses.

Namun, orang kini juga mulai ingin melihat cover album, lirik lagunya. Sehingga ingin kembali lagi ke kaset. Sama seperti buku dan lainnya,” tuturnya.  (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/