26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:22 AM WIB

Perkuat Adat Bali, Golkar Bali Gelar Pelatihan Majejaitan

 

DENPASAR, Radar Bali– Komitmen DPD 1 Golkar Provinsi Bali memperkuat desa adat lewat revisi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang desa adat terus berlanjut. Selain menggelar webinar pemajuan dan penguatan desa adat dalam aspek regulasi, kelembagaan, dan dukungan keuangan, Minggu (2/5) kemarin, partai berlambang pohon beringin itu menggelar pelatihan instruktur Majejahitan Banten di Sekretariat DPD 1 Golkar Bali. Acara tersebut diprakarsai Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) dan Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) Provinsi Bali.

 

Ketua DPD 1 Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry mengatakan kaum ibu memiliki peran sentral dalam kehidupan keluarga, khususnya masyarakat adat Bali. Dalam kehidupan kaum ibu melekat hal hakiki dalam dirinya sebagai seorang wanita. Selain melakukan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga, wanita juga secara sinergi berperan sebagai tulang punggung keluarga dan kehidupan sosial kemasyarakatan. 

“Kami memandang penting kaum perempuan Partai Golkar harus terus dibekali kemampuan di dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai ibu (wanita Bali, red). Salah satunya melakukan yadnya-yadnya dalam agama sesuai kerangka dasar agama Hindu, yaitu tatwa, upakara, susila. Ketiganya merupakan filsafat bagaimana memahami hakikat kebenaran ajaran-ajaran agama Hindu sesuai Weda,” ungkap Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali itu di hadapan peserta.

 

Dari segi upakara, rinci Sugawa Korry, Partai Golkar Bali membahas sarana-sarana bebantenan. Aspek susila ungkapnya akan sempurna manakala seseorang menunjukka perilaku yang lekat dengan ajaran tatwa. “Apa makna banten yang dijadikan sarana penghubung dengan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa dikupas dalam pelatihan ini. Apa makna porosan, pejati, dan sebagainya juga dikupas sehingga apa yang kita haturkan dengan tulus dan senang menjadi sarat makna lebih bermakna. Lebih-lebih lagi jika sarana upacara itu dibuat sendiri,” tandasnya.

 

Jika sarana upacara dibuat sendiri, Sugawa Korry menilai pendalaman terkait yadnya akan lebih bernilai. Untuk itu, ia mengajak seluruh kader Golkar, khususnya yang beragama Hindu agar melestarikan tradisi luhur leluhur tanah Bali. “Saudara-Saudara harus mampu memahami dan menghayati apa itu sarana banten. Lebih baik lagi jika Saudara-Saudara mampu memahami makna yadnya dan membuat sarana banten sendiri. Termasuk mengajarkan kepada generasi penerus Hindu. Itulah tujuan Partai Golkar menggelar pelatihan belajar bersama majejaitan hari ini,” ungkap politisi asal Kecamatan Busungbiu, Buleleng itu. 

 

Ketua IIPG DPD Partai Golkar Provinsi Bali, Ni Wayan Suartini Sugawa Korry dan Ketua KPPG DPD Partai Golkar Provinsi Bali, Gusti Ayu Putu Ardaba Kory mengatakan pelatihan majejaitan didedikasikan untuk merawat dan melestarikan tradisi khasanah budaya Bali. “Jangan sampai lupa dengan makna sebenarnya sarana upacara ini. Perempuan-perempuan Bali selain tugas domestik di rumah sebagai ibu rumah tangga, istri, juga harus bersifat mengayomi. Salah satunya dengan tidak lupa terhadap tradisi,” ujarnya. Para peserta pelatihan diproyeksikan menjadi instruktur atau pelatih majejaitan di masing-masing kabupaten/kota se-Bali. “Golkar sebagai pelita dapat menerangi dan hadir di sisi masyarakat,” tutupnya. 

 

 

DENPASAR, Radar Bali– Komitmen DPD 1 Golkar Provinsi Bali memperkuat desa adat lewat revisi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang desa adat terus berlanjut. Selain menggelar webinar pemajuan dan penguatan desa adat dalam aspek regulasi, kelembagaan, dan dukungan keuangan, Minggu (2/5) kemarin, partai berlambang pohon beringin itu menggelar pelatihan instruktur Majejahitan Banten di Sekretariat DPD 1 Golkar Bali. Acara tersebut diprakarsai Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) dan Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) Provinsi Bali.

 

Ketua DPD 1 Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry mengatakan kaum ibu memiliki peran sentral dalam kehidupan keluarga, khususnya masyarakat adat Bali. Dalam kehidupan kaum ibu melekat hal hakiki dalam dirinya sebagai seorang wanita. Selain melakukan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga, wanita juga secara sinergi berperan sebagai tulang punggung keluarga dan kehidupan sosial kemasyarakatan. 

“Kami memandang penting kaum perempuan Partai Golkar harus terus dibekali kemampuan di dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai ibu (wanita Bali, red). Salah satunya melakukan yadnya-yadnya dalam agama sesuai kerangka dasar agama Hindu, yaitu tatwa, upakara, susila. Ketiganya merupakan filsafat bagaimana memahami hakikat kebenaran ajaran-ajaran agama Hindu sesuai Weda,” ungkap Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali itu di hadapan peserta.

 

Dari segi upakara, rinci Sugawa Korry, Partai Golkar Bali membahas sarana-sarana bebantenan. Aspek susila ungkapnya akan sempurna manakala seseorang menunjukka perilaku yang lekat dengan ajaran tatwa. “Apa makna banten yang dijadikan sarana penghubung dengan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa dikupas dalam pelatihan ini. Apa makna porosan, pejati, dan sebagainya juga dikupas sehingga apa yang kita haturkan dengan tulus dan senang menjadi sarat makna lebih bermakna. Lebih-lebih lagi jika sarana upacara itu dibuat sendiri,” tandasnya.

 

Jika sarana upacara dibuat sendiri, Sugawa Korry menilai pendalaman terkait yadnya akan lebih bernilai. Untuk itu, ia mengajak seluruh kader Golkar, khususnya yang beragama Hindu agar melestarikan tradisi luhur leluhur tanah Bali. “Saudara-Saudara harus mampu memahami dan menghayati apa itu sarana banten. Lebih baik lagi jika Saudara-Saudara mampu memahami makna yadnya dan membuat sarana banten sendiri. Termasuk mengajarkan kepada generasi penerus Hindu. Itulah tujuan Partai Golkar menggelar pelatihan belajar bersama majejaitan hari ini,” ungkap politisi asal Kecamatan Busungbiu, Buleleng itu. 

 

Ketua IIPG DPD Partai Golkar Provinsi Bali, Ni Wayan Suartini Sugawa Korry dan Ketua KPPG DPD Partai Golkar Provinsi Bali, Gusti Ayu Putu Ardaba Kory mengatakan pelatihan majejaitan didedikasikan untuk merawat dan melestarikan tradisi khasanah budaya Bali. “Jangan sampai lupa dengan makna sebenarnya sarana upacara ini. Perempuan-perempuan Bali selain tugas domestik di rumah sebagai ibu rumah tangga, istri, juga harus bersifat mengayomi. Salah satunya dengan tidak lupa terhadap tradisi,” ujarnya. Para peserta pelatihan diproyeksikan menjadi instruktur atau pelatih majejaitan di masing-masing kabupaten/kota se-Bali. “Golkar sebagai pelita dapat menerangi dan hadir di sisi masyarakat,” tutupnya. 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/