29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:57 AM WIB

Yakin Lolos Karena Hanya Bermodalkan Dana Kampanye Nol Rupiah

DENPASAR- Kasus dugaan pemalsuan laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK) Pemilu Legislatif 2019 yang dialamatkan pada Dr. Somvir akhirnya menemui titik klimaks, Kamis (4/7) kemarin.

 

Tim Klarifikasi Penanganan Dugaan Pelanggaran Pemilu Bawaslu Bali yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu memeriksa caleg DPRD Bali Partai Nasional Demokrat (NasDem) Dapil 5 Buleleng peraih 11.898 suara itu.

 

Hasil penyelidikan Bawaslu Bali akan menentukan karier politik sang guru yoga asal India: dicoret atau dilantik jadi wakil rakyat masa bakti 2019-2024. 

 

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, Dr. Somvir diperiksa selama satu jam lebih.

 

 Ditemui langsung usai diperiksa, sang guru yoga asal India bersikukuh dirinya lolos ke kursi DPRD Bali tanpa menggunakan uang sepeser pun.

 

Dr. Somvir juga ngotot tidak merekayasa laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK), seperti yang dituduhkan pelapor Gede Suardana.

 

“Kami klarifikasi apa yang dilaporkan semua itu tidak benar dan dana kampanye yang saya setorkan ke partai itu memang di lapangan seperti itu (Rp 0, red),” jelasnya pelan.

 

Ditambahkan, alat peraga kampanye berupa baliho serta stiker yang terpasang semasa kampanye merupakan sumbangan para muridnya sebagai wujud bakti terhadap guru. “Kemungkinan dibuat simpatisan murid saya. Itu tanpa sepengetahuan saya,” imbuhnya sembari menekankan dirinya adalah seorang guru yoga. “Jadi memang nol rupiah, karena kami tidak pernah simakrama,” paparnya.

 

Lebih lanjut, Dr. Somvir menegaskan suara yang diraihnya pada Pileg 2019 merupakan suara yang dia rawat selama 5 tahun pasca gagal di Pileg 2014. Suaranya saat ini sama terangnya sama dengan perolehan suara periode 5 tahun lalu, yakni  sebesar 11 ribuan suara.

 

“Kami tidak pernah simakrama. Modelnya bed. Kami pakai person to person. Jadi tidak ada yang aneh dan tidak perlu dibesar-besarkan,” ungkapnya.

 

Politisi Partai Nasdem itu mengaku enggan ambil pusing menyikapi laporan yang dialamatkan kepadanya. Dia juga tidak mau lapor balik atas kasus tersebut, dan lebih memilih mengajak musuh politiknya untuk ikut yoga, sebagaimana bidang yang kini ditekuninya.

 

“Saya tidak akan lapor balik, karena itu sahabat-sahabat saya semua. Jika sementara ini mungkin mereka kecewa, tapi setelah ini akan damai semua,” kata Somvir. Dia bahkan menawarkan bagi siapa saja yang tak puas dengan dirinya, untuk bertemu dengannya. Dia juga menawarkan untuk mengajak yoga yang saat ini ia tekuni.

“Kalau ada yang terus-terusan, belajarlah yoga,” paparnya menawarkan solusi. Meski demikian, Somvir menyebut dirinya dizolimi. “Saya dizolimi terus, tapi saya terima semua kerikil dan batu-batu itu dengan senyum,” ungkap pria asal India yang mengaku sudah 25 tahun menetap di Bali.

 

DENPASAR- Kasus dugaan pemalsuan laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK) Pemilu Legislatif 2019 yang dialamatkan pada Dr. Somvir akhirnya menemui titik klimaks, Kamis (4/7) kemarin.

 

Tim Klarifikasi Penanganan Dugaan Pelanggaran Pemilu Bawaslu Bali yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu memeriksa caleg DPRD Bali Partai Nasional Demokrat (NasDem) Dapil 5 Buleleng peraih 11.898 suara itu.

 

Hasil penyelidikan Bawaslu Bali akan menentukan karier politik sang guru yoga asal India: dicoret atau dilantik jadi wakil rakyat masa bakti 2019-2024. 

 

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, Dr. Somvir diperiksa selama satu jam lebih.

 

 Ditemui langsung usai diperiksa, sang guru yoga asal India bersikukuh dirinya lolos ke kursi DPRD Bali tanpa menggunakan uang sepeser pun.

 

Dr. Somvir juga ngotot tidak merekayasa laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK), seperti yang dituduhkan pelapor Gede Suardana.

 

“Kami klarifikasi apa yang dilaporkan semua itu tidak benar dan dana kampanye yang saya setorkan ke partai itu memang di lapangan seperti itu (Rp 0, red),” jelasnya pelan.

 

Ditambahkan, alat peraga kampanye berupa baliho serta stiker yang terpasang semasa kampanye merupakan sumbangan para muridnya sebagai wujud bakti terhadap guru. “Kemungkinan dibuat simpatisan murid saya. Itu tanpa sepengetahuan saya,” imbuhnya sembari menekankan dirinya adalah seorang guru yoga. “Jadi memang nol rupiah, karena kami tidak pernah simakrama,” paparnya.

 

Lebih lanjut, Dr. Somvir menegaskan suara yang diraihnya pada Pileg 2019 merupakan suara yang dia rawat selama 5 tahun pasca gagal di Pileg 2014. Suaranya saat ini sama terangnya sama dengan perolehan suara periode 5 tahun lalu, yakni  sebesar 11 ribuan suara.

 

“Kami tidak pernah simakrama. Modelnya bed. Kami pakai person to person. Jadi tidak ada yang aneh dan tidak perlu dibesar-besarkan,” ungkapnya.

 

Politisi Partai Nasdem itu mengaku enggan ambil pusing menyikapi laporan yang dialamatkan kepadanya. Dia juga tidak mau lapor balik atas kasus tersebut, dan lebih memilih mengajak musuh politiknya untuk ikut yoga, sebagaimana bidang yang kini ditekuninya.

 

“Saya tidak akan lapor balik, karena itu sahabat-sahabat saya semua. Jika sementara ini mungkin mereka kecewa, tapi setelah ini akan damai semua,” kata Somvir. Dia bahkan menawarkan bagi siapa saja yang tak puas dengan dirinya, untuk bertemu dengannya. Dia juga menawarkan untuk mengajak yoga yang saat ini ia tekuni.

“Kalau ada yang terus-terusan, belajarlah yoga,” paparnya menawarkan solusi. Meski demikian, Somvir menyebut dirinya dizolimi. “Saya dizolimi terus, tapi saya terima semua kerikil dan batu-batu itu dengan senyum,” ungkap pria asal India yang mengaku sudah 25 tahun menetap di Bali.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/