BULELENG, Radar Bali – Ketekunan mendalami ilmu spiritual sejak 1979 selepas lulus SMA membuat berkah alam semesta datang silih berganti dalam kehidupan Dr. I Ketut Rochineng, SH, MH. Selain 5 pengawal alias ajudan dari alam gaib, yakni Nengrus, Dewi Cuaca, Ki Harmono, Arga, dan Romo Angker, Rocky N- panggilan akrab kakek 3 orang cucu itu, kembali mengalami peristiwa mistis didatangi makhluk supranatural. Pria 62 tahun yang kerap mendapat panggilan gaib dari Pura Dalem Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng mengaku telah menerima panugrahan atau paica dari pura tersebut yang disaksikan oleh Kades Petemon dan Jro Mangku Dalem. Beberapa saat kemudian tepatnya pada akhir bulan Desember 2020, Rocky N didatangi makhluk gaib pada malam hari pukul 24.00 Wita di rumahnya di Denpasar. Sebelum bertemu makhluk gaib tersebut, salah satu ajudan gaibnya, Nengrus sempat melaporkan, karena menerima aura ada makhluk gaib lainnya. Bahkan Rochineng sempat meminta agar makhluk itu menunjukan wujud aslinya.
“Ternyata yang datang makhluk gaib berbadan gemuk, perutnya besar, tidak berpakaian dan tingginya setinggi rumah, kepala gundul tetapi bersisi satu tanduk ke depan,” jelasnya Kemudian terjadilah komunikasi dan memperkenalkan diri dengan mengaku namanya Jero Ratun Gamang dari Pura Pucak Batu Kursi, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang merupakan pura sebagai tempat didatangi tokoh untuk mendapat jabatan lebih tinggi. Kemudian Rochineng menanyakan maksud dan tujuannya. “Ratun Gamang ini ternyata kangen sama saya, karena sebelum menjabat anggota DPRD Bali tangkil ke pura tersebut, dan setelah menjabat belum sempat tangkil kembali ke pura ini. Karena itu, beliau langsung mengundang ke Pura Batu Kursi. Akhirnya tanggal 3 Januari 2021, saya menghadap ke Pura Pucak Batu Kursi. Saya ke pura tersebut diantar Jro Mangku Losin dari Desa Kayu Putih sekaligus menyiapkan semua sesajennya,” beber pencipta album Bali Shanti tersebut.
Anehnya, setelah di pura tersebut juga diwarnai suasana mistis, karena ada orang yang kesurupan, dan memegang tangan Rochineng dengan berkata, “jika tidak dicari ke Denpasar tidak mau tangkil Rochineng”. Selanjutnya ia menyatakan diri kalau ada waktu akan tangkil ke pura sekaligus memberikan dana punia membangun bale pesandekan dan sudah dipenuhi hingga sudah selesai dibangun. “Sampai sekarang selalu kontak komunikasi dengan Ratun Gamang di Pura Pucak Batu Kursi,” ungkapnya. Pura Puncak Kursi diketahui sebagai pura yang sangat dikeramatkan. Dipercaya sebagai pura yang bisa meloloskan jabatan. Banyak pemimpin di Bali yang memohon panugrahan di sana. “Disana dia rajanya Gamang. Di kerajaan gamang, posisi Beliau paling tinggi. Anak buahnya sangat banyak di seluruh Bali,” ungkapnya. Berbeda dengan 5 ajudan gaib yang lain, Jero Ratun Gamang tidak lantas tinggal di rumah Rochineng. Meski demikian, kontak komunikasi batin berlangsung sepanjang waktu.
Tak hanya Jero Ratun Gamang, Rochineng juga berkomunikasi dengan makhluk gaib lintas pulau. Royal Ambarrukmo Yogyakarta yang dikenal sebagai hotel angker karena dibangun di antara pesanggrahan milik Sultan Hamengkubuwono VII dan dibiarkan tak terawat sejak tahun 1930-an juga memiliki cerita khas dengan sosok Rochineng. Di hotel dengan satu kamar dikosongkan, “kamar biru”, yang konon disediakan khusus untuk Nyi Roro Kidul itu, Rochineng bertemu dengan makhluk gaib bertubuh besar dengan dua tanduk menghadap ke depan di kepala. “Kami kenalan. Namanya Ki Ageng Ronggojoyo. Saya juga memperkenalkan diri. Sampai saat ini kami masih melakukan kontak komunikasi jarak jauh. Rombongan DPRD Bali sering menginap di sana kalau kunjungan kerja,” ungkapnya. Ditanya apakah sempat berkomunikasi perihal kapan Covid-19 akan berakhir dengan dua makhluk gaib penguasa Bali, Rochineng menjawab hal itu dijawab Nengrus.
Menurut Nengrus Covid-19 adalah siklus alam yang terjadi atau mewabah agar semua fungsi alam kembali normal alias pembersihan alam. Penyakit itu diistilahkan sudah seizin Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Kapan akan berakhir tidak boleh atau tidak diberitahu karena tidak boleh mengetahui rahasia Tuhan sebelum itu terjadi,” ungkapnya. Untuk mengantisipasi penyakit yang dipicu virus SARS-CoV-2 itu, Rochineng mengatakan secara sederhana dapat dilakukan dengan mengikuti instruksi pemerintah. “Tidak meboya karena ini kehendak alam,” tegasnya. Rochineng menilai pengalaman demi pengalaman gaib yang dialaminya menjadi pelajaran penting. Pria ramah yang menjadikan Made Regog alias Pekak Gunung dari Banjar Celagigendong, Pemecutan, Denpasar sebagai mahaguru itu juga pernah “bertarung” dengan Ratu Gede Penunggun Karang di kediaman rumahnya sendiri kala masih tinggal di Jalan Gunung Agung. Singkat cerita, pada suatu hari menjelang pukul 7 malam beberapa tahun silam, Rochineng menghaturkan canang tangkih. Saat siap-siap maturan dan sudah menghidupkan dupa serta canang tinggal dihaturkan, tiba-tiba datang seorang temannya dari Jalan Imam Bonjol bernama Pak Agung.
Dia bercerita sekeluarga sering tidak bisa tidur, karena diganggu makhluk berwujud besar. Rumahnya pun kerap bergoyang seperti gempa bumi. Tak menunggu lama, Rochineng langsung berboncengan menuju rumah dimaksud. “Karena mengira akan sebentar, persembahan saya taruh begitu saja dan pergi. Saya dibonceng. Tiba di sana, saya memanggil penunggu di rumahnya. Setelah muncul saya bertanya kenapa si pemilik rumah tidak pernah tidur nyaman. “O, tanya saja sama dia. Jawab sang penunggu. Dia malas sekali tidak pernah menghaturkan rarapan, segehan. Saya yang ganggu,” ucap Rochineng. “Saya lalu tanya ke Pak Agung berapa kali menghaturkan segehan. Dia menjawab tidak pernah. Saat saya cek sanggahnya tidak isi apa. Daksina tidak isi. Lalu saya katakan Pak Agung yang salah dan menyarankannya kembali rajin maturan. Saya kontak kembali dengan yang tinggal di sana dan memintanya tidak mengganggu,” terangnya. Karena tidak menuntaskan persembahyangan dengan maksud baik menolong teman, Rochineng ternyata mengalami peristiwa mistis setiba di rumahnya. Ratu Gede Penunggun Karang murka.
Sebelum sadar atas kemurkaan itu, Rochineng setiba di rumah menyaksikan segehan yang belum tuntas dihaturkan berantakan. Karena berantakan dia pun tidak jadi sembahyang dan memutuskan menonton televisi. Tanda-tanda aura gaib datang dirasakan dan keanehan mulai muncul sekitar jam 12 malam di hari yang sama. “Siapa datang ke sini? Tunjukkan wajahmu agar saya tahu apa maksud kedatanganmu,” ujar Rochineng merespons aura yang hadir mendekatinya. Seketika aura tersebut menampakkan diri lewat wujud rangda. Rochineng pun melawannya dengan ilmu batin. Sekian kali serangan, sang makhluk tidak pergi dan justru menertawainya. “Seketika saya menyimpulkan aura tersebut bukanlah manusia, melainkan bhatara. Akhirnya saya menggunakan kawisesan setingkat bhatara dan wujud tersebut terpental menuju Palinggih Penunggun Karang,” ungkapnya. Sadar diganggu Ratu Gede Penunggun Karang, Rochineng pun bertanya kenapa dirinya diganggu. Menariknya, Ratu Gede Penunggun Karang menjawab melali alias bermain.
“Sing inget busanan? Adi sube ngidupang dupa kalain? Adi buung aturan tiang? (Tidak ingat tadi? Kenapa sudah menghidupkan dupa lalu ditinggal? Kenapa batal dihaturkan kepada saya?),” kisah Rochineng. “Gedeg o? Yen keto sorry. Ulian ada tamu uli Imam Bonjol engsap dadine (Marah ya? Kalau begitu maaf. Karena ada tamu dari Imam Bonjol. Lupa jadinya,” ungkap Rochineng meminta maaf atas kesalahannya. “Cening tawang ngelah ilmu. Yen Bhatara jlemane nu makeneh sube tawang (Cening diketahui punya ilmu. Kalau Bhatara, manusia masih berkehendak di otak, kehendak itu sudah diketahui),” ungkapnya saat bertanya lebih jauh kenapa dirinya diganggu. Menimba ilmu kerohanian selama 42 tahun, mantan Penjabat Bupati Gianyar 2018 itu memang kerap dimintai tolong keluarga maupun kerabatnya untuk mengusir makhluk-makhluk gaib yang mengganggu. Di antaranya jin, tonya, setan, dan gendurowo. Tak cukup berbuat baik pada orang lain, sejak kejadian tersebut Rochineng selalu ingat kewajiban utama di rumah sendiri, khususnya terkait ritual tak boleh ditunda dan harus dituntaskan.