31.8 C
Jakarta
13 Desember 2024, 12:12 PM WIB

Gerindra Hilang Satu Kursi, Golkar 3 Kursi, Untung Bisa Bentuk Fraksi

DENPASAR – Hasil Pemilu 2019 diakui sebagai momentum panen kursi PDI Perjuangan. Rata-rata perolehan kursi PDI Perjuangan baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi naik.

Partai lain seolah tak menduga situasi itu. Buktinya, perolehan kursi Partai Gerindra di DPRD Bali pada Pemilu 2019 menurun satu kursi. 

Beruntung, sekalipun berkurang satu kursi, Gerindra kini masuk dalam jajaran 3 besar perolehan suara terbanyak di DPRD Bali.

Ketua DPC Partai Gerindra Karangasem yang juga Wakil Ketua DPRD Bali I Nyoman Suyasa mengatakan, Gerindra bisa membentuk fraksi gemuk.

“Kan juara 3 sekarang, naik peringkatnya. Kalau kemarin 7 kursi, kita peringkat 4. Sekarang 6 kursi, peringkat 3 dibawah PDIP dan Golkar,” tandas Suyasa.

Dari 6 kursi tersebut, lanjut Suyasa, empat diantaranya diisi oleh wajah baru. Yakni, I Wayan Disel Astawa dari Dapil Badung yang merupakan mantan Politisi PDIP,

I Kade Darma Susila dari Dapil Jembrana, Nyoman Ray Yusha dari Dapil Buleleng, dan I Ketut Juliarta dari Dapil Klungkung.

Sementara dua lainnya merupakan incumbent yakni ia sendiri dari Dapil Karangasem dan I Gde Ketut Nugrahita Pendit dari Dapil Tabanan.

Di antara keenam caleg Gerindra yang lolos ke DPRD Bali, Suyasa bahkan tercatat meraih suara tertinggi yakni 15.638 suara dan merupakan politisi senior di Gerindra.

Bisa dikatakan, peluangnya cukup besar untuk kembali menduduki posisi Wakil Ketua DPRD Bali. 

Dijelaskan posisi pimpinan dewan di Gerindra antara lain ditentukan oleh senioritas, loyalitas, kemudian struktur, perolehan suara dan pengalaman.

“Kita serahkan kepada DPP lah, serahkan kepada Bapak Ida Bagus Putu Sukarta,” tukasnya. Sementara itu, Partai Golkar harus iklas merelakan tiga kursinya hilang di DPRD Bali.

Tiga incumbent yang gagal mempertahankan kursi-kursi tersebut yakni I Made Dauh Wijana dari Dapil Gianyar, IB Pada Kusuma dari Dapil Badung, dan IB Gede Udiyana dari Dapil Denpasar.

Sekretaris DPD Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry mengatakan, penurunan jumlah kursi dari 11 menjadi 8 tidak lepas dari berbagai masalah organisasi secara internal.

Baik di tingkat nasional, maupun daerah serta gempuran masif dari para kandidat partai lain. Namun ditengah penurunan ini, perolehan suara untuk tingkat provinsi khusus di Buleleng justru mengalami kenaikan. 

“Walaupun sebagian besar partai di luar PDIP raihan suaranya menurun, tetapi perolehan suara Partai Golkar naik cukup signifikan.

Tahun 2014 perolehan suara 48.000 dan untuk tahun 2019 mencapai 54.500 atau naik sekitar 6.500 suara,” ujar Politisi asal Buleleng ini.

Menurut Sugawa Korry, tidak tercapainya target provinsi juga disebabkan oleh beberapahal. Salah satunya Ketua DPD Golkar kabupaten yang tidak maju sebagai caleg.

Seperti Ketua DPD Golkar Badung, I Wayan Muntra, Ketua DPD Golkar Tabanan, Ketut Arya Budi Giri, dan Ketua DPD Golkar Klungkung, I Made Ariandi. 

“Kalau saja ketua-ketua DPD tersebut masuk sebagai caleg, pastilah bisa menyumbangkan suaranya sehingga bisa mengamankan dan menambah suara di kabupaten-kabupaten tersebut,” jelasnya. 

Namun demikian, Sugawa Korry menyebut jajaran Partai Golkar telah legowo serta menerima dengan lapang dada keputusan dan pilihan masyarakat Bali.

Pihaknya menjadikan hal ini sebagai masukan dan evaluasi untuk perjuangan Partai Golkar kedepan bersama-sama jajaran kader dan seluruh komponen masyarakat Bali. 

DENPASAR – Hasil Pemilu 2019 diakui sebagai momentum panen kursi PDI Perjuangan. Rata-rata perolehan kursi PDI Perjuangan baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi naik.

Partai lain seolah tak menduga situasi itu. Buktinya, perolehan kursi Partai Gerindra di DPRD Bali pada Pemilu 2019 menurun satu kursi. 

Beruntung, sekalipun berkurang satu kursi, Gerindra kini masuk dalam jajaran 3 besar perolehan suara terbanyak di DPRD Bali.

Ketua DPC Partai Gerindra Karangasem yang juga Wakil Ketua DPRD Bali I Nyoman Suyasa mengatakan, Gerindra bisa membentuk fraksi gemuk.

“Kan juara 3 sekarang, naik peringkatnya. Kalau kemarin 7 kursi, kita peringkat 4. Sekarang 6 kursi, peringkat 3 dibawah PDIP dan Golkar,” tandas Suyasa.

Dari 6 kursi tersebut, lanjut Suyasa, empat diantaranya diisi oleh wajah baru. Yakni, I Wayan Disel Astawa dari Dapil Badung yang merupakan mantan Politisi PDIP,

I Kade Darma Susila dari Dapil Jembrana, Nyoman Ray Yusha dari Dapil Buleleng, dan I Ketut Juliarta dari Dapil Klungkung.

Sementara dua lainnya merupakan incumbent yakni ia sendiri dari Dapil Karangasem dan I Gde Ketut Nugrahita Pendit dari Dapil Tabanan.

Di antara keenam caleg Gerindra yang lolos ke DPRD Bali, Suyasa bahkan tercatat meraih suara tertinggi yakni 15.638 suara dan merupakan politisi senior di Gerindra.

Bisa dikatakan, peluangnya cukup besar untuk kembali menduduki posisi Wakil Ketua DPRD Bali. 

Dijelaskan posisi pimpinan dewan di Gerindra antara lain ditentukan oleh senioritas, loyalitas, kemudian struktur, perolehan suara dan pengalaman.

“Kita serahkan kepada DPP lah, serahkan kepada Bapak Ida Bagus Putu Sukarta,” tukasnya. Sementara itu, Partai Golkar harus iklas merelakan tiga kursinya hilang di DPRD Bali.

Tiga incumbent yang gagal mempertahankan kursi-kursi tersebut yakni I Made Dauh Wijana dari Dapil Gianyar, IB Pada Kusuma dari Dapil Badung, dan IB Gede Udiyana dari Dapil Denpasar.

Sekretaris DPD Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry mengatakan, penurunan jumlah kursi dari 11 menjadi 8 tidak lepas dari berbagai masalah organisasi secara internal.

Baik di tingkat nasional, maupun daerah serta gempuran masif dari para kandidat partai lain. Namun ditengah penurunan ini, perolehan suara untuk tingkat provinsi khusus di Buleleng justru mengalami kenaikan. 

“Walaupun sebagian besar partai di luar PDIP raihan suaranya menurun, tetapi perolehan suara Partai Golkar naik cukup signifikan.

Tahun 2014 perolehan suara 48.000 dan untuk tahun 2019 mencapai 54.500 atau naik sekitar 6.500 suara,” ujar Politisi asal Buleleng ini.

Menurut Sugawa Korry, tidak tercapainya target provinsi juga disebabkan oleh beberapahal. Salah satunya Ketua DPD Golkar kabupaten yang tidak maju sebagai caleg.

Seperti Ketua DPD Golkar Badung, I Wayan Muntra, Ketua DPD Golkar Tabanan, Ketut Arya Budi Giri, dan Ketua DPD Golkar Klungkung, I Made Ariandi. 

“Kalau saja ketua-ketua DPD tersebut masuk sebagai caleg, pastilah bisa menyumbangkan suaranya sehingga bisa mengamankan dan menambah suara di kabupaten-kabupaten tersebut,” jelasnya. 

Namun demikian, Sugawa Korry menyebut jajaran Partai Golkar telah legowo serta menerima dengan lapang dada keputusan dan pilihan masyarakat Bali.

Pihaknya menjadikan hal ini sebagai masukan dan evaluasi untuk perjuangan Partai Golkar kedepan bersama-sama jajaran kader dan seluruh komponen masyarakat Bali. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/